about psikopat

Dirgantara putra 17.52 |

Sebuah cerita menggenaskan yang dimulai dengan diketemukannya potongan tubuh manusia didalam dua buah tas koper besar dan kecil di dua lokasi di tepi jalan Kebagusan Raya, Jakarta Selatan, pada hari Sabtu tanggal 12 Juli 2008 yang lalu, akhirnya terus menggelundung bagaikan bola salju. Cerita tersebut berlanjut dengan terungkapnya identitas potongan tubuh tersebut yaitu Heri Santoso, 40 tahun dan pelaku pembunuhan dan mutilasi yaitu Verrry Idham Henyaksyah alias Ryan (30) alias Ryan. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh tersangka Ryan terhadap korbannya Heri Santoso bermula adanya niat dan usaha dari korban untuk merayu dan merebut pacar atau kekasih Ryan yang bernama Novel Andrias alias Noval (28).
Namun ternyata, berkat perkembangan penyidikan yang dilaksanakan oleh petugas penyidik Polri, cerita sadisme tersebut tidak berhenti disitu saja. Terus berlanjut dan berkembang dengan diketemukannya beberapa mayat lain yang diduga dibunuh secara sadisme pula oleh tersangka Ryan. Adapun mayat – mayat korban tersebut berada dan dikuburkan (dipendam) dibeberapa tempat disekitar rumah asal tersangka Ryan di Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Keempat korban mutilasi Ryan adalah Ariel (Jakarta), Ikhsan (Jombang), Guntur (Nganjuk), dan Grandy (diduga warga Belanda).
Keadaan yang berbeda diketemukan terhadap kondisi mayat – mayat korban yang dikubur di Jombang. Mereka diketemukan relative lebih utuh kondisi mayatnya bila disbanding dengan mayat Heri Santoso. Sehingga tersangka Ryan sampai untuk keempat korban yang diketemukan di rumahnya Jombang hanya sebatas melakukan pembunuhan, sedangkan pada kasus terhadap Heri Santoso setelah dilakukan pembunuhan dilanjutkan dengan memutilasi tubuh korban.
Psikopatkah dia ?
Melihat kejadian tersebut, kemudian banyak orang yang langsung menjudge bahwa Ryan mengalami gejala behaviour disorder yaitu psikopat. Psikopat sendiri dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana adanya individu yang merasakan kenikmatan dan kenyamanan serta kesenangan ketika menyaksikan kesakitan, penderitaan dari orang lain yang diakibatkan oleh perbuatan yang ditimbulkannya (Limas Sutanto: 2005).
Jika mendasari penyataan diatas tentang perilaku Ryan sebagai tindakan psikopat, maka kita harus mencari dan menemukan adanya suatu rasa kepuasan, kenikmatan dan kesenangan yang dialami oleh Ryan setelah melakukan pembunuhan dan mutilasi tersebut. Apabila kita mengacu kepada pengakuan tersangka Ryan dalam BAP tidak diketemukan adanya perasaan tersebut. Untuk menemukan adanya factor kesenangan dari Ryan pada saat melakukan tindakan pembunuhan adalah merupakan hal yang sulit.
Kemudian dengan melihat factor korban dari aksi Ryan yang lain yang diketemukan di kubur di Jombang, diketahui bahwa mayat kebanyakan masih dalam keadaan utuh apabila dibandingkan dengan mayat Heri Santoso. Dari situ ada beberapa hal yang dapat kita tarik bahwa dia (Ryan) melakukan proses pembunuhan dan mutilasi bukan karena adanya factor kesenangan atau kepuasan. Kalau ryan merasa adanya factor kesenangan pada saat melakukan pembunuhan yang disertai mutilasi tentunya Ryan terhadap mayat – mayat yang dikubur di Jombang tidak dalam keadaan utuh lagi.
Faktor yang lain yang melekat pada suatu diri psikopat adalah factor afektif atau interpersonal dan factor gaya hidup social yang menyimpang (Sarlito Wirawan Sarwono: 2008). Dari kedua factor gaya hidup social diketahui bahwa tersangka Ryan didalam pergaulan secara kasat mata tidak memiliki hambatan. Di lingkungan tempat tinggal di Jombang, dia terkenal sebagai guru ngaji, guru senam dan atlet bola voli. Hal tersebut menunjukan proses berinteraksinya dengan masyarakat lingkungan terjalin secara wajar, sebagaimana warga kebanyakan.
Kemudian jika didasarkan kepada checklist yang disusun oleh Robert Hare tentang ciri – ciri psikopat yang meliputi :
1. Ciri-ciri personal/emosional, yang terdiri :
a. Glibness yang berarti Melakukan tindakan – tindakan tanpa pikir panjang
b. Grandiosity yang berarti : Terobsesi akan hal – hal yang besar
c. Lack of guilt yang berarti : Tak merasa bersalah setelah melakukan sesuatu yang salah
d. Shallow emotion yang berarti : emosi yang dangkal
2. Ciri-ciri penyimpangan sosial yang terdiri :
a. Impulsiveness yang berarti : Bertindak berdasarkan gangguan dan bukan pikiran
b. Lack of responsibility yang berarti : Tak bertanggungjawab
c. Antisocial behaviour yang berarti : perilaku – perilaku antisosial
maka perilaku tersangka Ryan tersebut khususnya berkaitan dengan Grandiosity atau terobsesi akan hal – hal yang besar, Lack of guilt atau perasaan tidak bersalah setelah melakukan perbuatan dan Impulsiveness atau bertindak berdasarkan gangguan dan bukan pikiran, maka perbuatan Ryan belum termasuk dalam ciri psikopat. Hal tersebut dikarenakan Ryan melakukan pembunuhan semata – mata karena ketidak terimaan dirinya terhadap respon atau tindakan yang dilakukan oleh korban. Terhadap korban Heri santoso dikarenakan respon dan ucapan korban yang akan merebut pacar pasangan gay tersangka. Sedangkan terhadap korban yang lainnya diduga dikarenakan tidak sediaan korban untuk menikah dengan tersangka Ryan. Kemudian jika dikaitkan dengan Impulsiveness maka perilaku dari tersangka Ryan adalah dilakukan secara sadar dan kemauan serta telah melalui rencana yang matang. Hal ini terlihat dari cara yang bersangkutan melakukan pembunuhan terhadap korban – korbannya.
Agression dan Konsep Pertahanan Diri !
Dengan mencermati kronologi peristiwa tersebut, maka perbuatan dari tersangka Ryan tersebut memiliki kecenderungan lebih kearah bentuk agression dan pemenuhan konsep pertahanan diri.
Agression dapat diartikan sebagai suatu perilaku yang dilakukan secara sengaja atau terencana dan sadar yang menimbulkan kerugian, kerusakan bahkan kematian. Dalam hal ini terhadap pembunuhan yang dilakukan kepada Heri santoso dapat kita golongkan sebagai Instrumental Agression yaitu agression dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah untuk tetap mengamankan dan mencegah dari korban merebut pasangan gay nya yaitu Novel. Pembunuhan yang dilakukan hanya merupakan reaksi atas tindakan dan perilaku korban yang secara jelas menyatakan akan merebut pasangan nya.
Kita ketahui bahwa populasi atau kuantitas jumlah gay di Indonesia masih sedikit, sehingga membuat jika telah terdapat suatu pasangan maka hubungan yang terjalin antar pasangan tersebut akan sangat kuat. Dengan begitu maka tersangka Ryan akan berusaha mempertahankan sekuat tenaga bahkan dengan cara membunuh siapapun yang mencoba merebut pasangannya. Kemudian terhadap mayat korban Heri Santoso yang kemudian dimutilasi, hal ini adalah semata – mata hanya untuk menghilangkan barang bukti dan mempersulit penyidikan. Kegiatan mutilasi tersebut bukanlah merupakan kebiasaan atau watak dari tersangka Ryan. Hal ini dapat kita lihatb berdasarkan penemuan mayat yang lainnya di Jombang. Mayat – mayat tersebut hampir dalam keadaan utuh.
Dengan begitu maka pada pembunuhan Heri Santoso kemungkinan tersangka Ryan dalam keadaan tertekan dan marah yang amat sangat sampai tega memutilasi mayat dan merusak alat kelamin korban. Sedangkan terhadap perbunuhan yang lain, tersangka Ryan hanyalah membunuh karena tekanan batin atas penolakan ajakan nikah tersangka oleh para korban. Jadi pembunuhan tersebut hanya merupakan pelampiasan kekecewaannya saja. Tidak ada maksud untuk merusak, menyiksa secara keji. Hanya takut orang yang disukainya jatuh keorang yang lain.
Kemudian jika melihat pada konsep yang lain sebagaimana disampaikan oleh Sigmund Freud, bahwa didalam setiap diri individu terdapat yang dikenal dengan Konsep Pertahanan Diri. Dalam konsep tersebut dikenal adanya konsep untuk mempertahankan diri, existensi, harga diri dan teritori atau kekuasaan yang dimilikinya dengan cara apapun dan bagaimanapun terhadap berbagai ancaman yang ada.
Dalam kasus Ryan tersebut kecenderungan bahwa aksi pembunuhan yang dilakukan oleh tersangka Ryan lebih merupakan balasan atas reaksi yang diberikan oleh korban. Dapat kita lihat bahwa terhadap korban Heri Santoso secara jelas diungkapkan, korban Heri mendesak, memojokkan dan memaksa untuk merebut pacar atau pasangan gay dari tersangka. Kemudian tersangka Ryan hanya melakukan reaksi atas tindakan korban dengan cara membunuh dan memutilasinya. Dalam hal ini tingkat kekesalan dan kemarahan tersangka sudah memuncak dan tak terbendung. Begitu pula terhadap korban yang lain. Dimungkinkan aksi pembunuhan tersebut dilakukan sebagai jawaban atau reaksi atas jawaban berupa penolakan ajakan untuk menikah dari tersangka Ryan.
Penanganan lebih lanjut.
Demi tercapainya rasa keadilan, maka hendaknya terhadap perilaku dari tersangka Ryan tersebut haruslah dapat dinyatakan sebagai pihak yang bersalah dan dapat dijatuhi hukuman yang sesuai dengan perbuatannya. Maka dari itu penanganan terhadap tersangka Ryan sejauh mungkin dilakukan dengan bekerja sama dengan berbagai pihak.
Penghindaran lolos dari jerat hukum akan memuaskan segala pihak dalam masyarakat. Untuk itu tugas dari penyidik menjadi berat untuk membuktikan bahwa tersangka Ryan tidak dalam keadaan psikopat. Karena berdasarkan perundang – undangan yang berlaku bahwa penjatuhan pidana dapat gugur salah satunya dikarenakan sakit jiwa atau terganggu jiwanya (sesuai pasal 44 KUHP). Disinilah peran detecting malingering dari penyidik diperlukan. Suatu peran untuk mendeteksi kebohongan atas kepura – puraan sakit dari seseorang sehingga dengan sakitnya tersebut dia akan terbebas dari pertanggung jawaban atas perbuatan yang dia lakukan.

0 komentar:

Posting Komentar