My Sexy Vampire
My Sexy Vampire
By Yanz
WARNING: mature untuk
konten sex dan berdarah, buat yang alergi dua hal tersebut disarankan jangan
baca, kalau nekat terima resiko masing-masing wuahahaha, hard yaoi.
SUMMARY: “Humm…
mangsa empuk,” gumamku sambil menggigit tomat segar yang kupegang.
Stevan adalah vampire
yang haus akan darah dan ‘kepuasan’
*Stevan POV*
“Humm… mangsa empuk,”
gumamku sambil menggigit tomat segar yang kupegang.
Aku berduduk di atas
pohon sambil mengawasi pemuda yang diperkirakan berumur 16 tahun itu, dia
sedang berdoa dengan khusuk kemudian meletakkan karangan bunga di atas sebuah
makam. Samar-samar terdengar dia sedang mengobrol dengan makam tersebut, bocah
yang aneh..
*Alvin POV*
“Ahahaha.. aku masih
ingat kenangan itu, kau pun ingat kan? Wajahmu sangat manis saat gugup, Angel,”
kataku sambil meratakan bunga yang kutebar di atas makam kekasihku yang bernama
Angel itu.
Kemudian tawaku
terhenti, kupejamkan mataku rapat, “Aku masih belum percaya kau sudah tiada,
maaf… gara-gara aku datang terlambat kau jadi harus mengalami kecelakaan itu,
akhh.. aku merindukanmu…” kataku sambil terhisak dan menggenggam tanah makam
itu.
BUUUK!!
“Aaakkhh!” pekikku
saat merasakan ada sesuatu yang menimpaku. Aku menoleh ke belakang tapi Cuma
menemukan sebuah tomat segar tergeletak tidak jauh dariku, aku yakin bahwa
tomat itu yang menimpaku tadi.
“Pria aneh..
berbicara dengan makam dan menangis huh?” terdengar sebuah suara menyindir dari
atas pohon.
Aku menengok, “Hei..
kau turun! Jangan hanya berani main dibelakang!” bentakku sambil mencari-cari
sosok yang ada di atas pohon.
HYUUUT!!!
Orang itu pun
melompat dari pohon dan tiba-tiba gemuruh angin ikut menyertai, aku langsung
memegangi belakang leherku karena merasa merinding, langit juga sudah semakin
gelap karena jam sudah menunjukkan pukul 18:00.
“Ada masalah apa,
Bodoh?”
“What the hell…
seenakmu saja mengejek orang, memang siapa kau, berani mengejekku?”
“Aku Stevan…” ucapnya
sambil tersenyum sinis dan menggenggam tanganku, hah tangannya begitu dingin
seperti mayat.
“Aku tidak menanyakan
namamu!”
“Hn…” katanya sambil
melangkah semakin jauh, namun sebuah tomat terjatuh dari jubah panjangnya dan
menggelinding ke arahku.
“Hei.. kakak, ini
punyamu terjatuh!” teriakku sambil berlari ke arahnya dan menyodorkan tomat
tadi.
Dia membalikkan
tubuhnya dan tiba-tiba menarik tubuhku ke dalam dekapannya yang ditutupi
jubahnya.
@@@@@@@@
Aku mulai tersadar
dari pingsanku, rasanya kepalaku sangat sakit. Beberapa kali kukedipkan mataku
akhirnya aku mulai ingat apa yang terjadi yaitu aku diculik orang yang kutemui
di kuburan tadi, shit..
“Akhh… apa-apaan
ini?!!” teriakku saat menemukan diriku telah terpasung dengan rantai-rantai
yang sangat kuat di tangan dan kakiku.
Aku melihat
sekeliling, entah dimana aku sekarang yang pasti aku ada di sebuah ruangan yang
di dominasi warna hitam dan merah, dekorasi ghotik, mewah dan keren… tapi
kenapa bisa aku disini?
“Akhirnya kau
bangun…” katanya dingin, dia adalah lelaki dengan jubah hitam, wajah putih
pucat, rambut hitam, bibir merah dan bermata merah, seperti bukan manusia… Di
tangannya ada gelas kecil berisikan cairan merah. Dia meletakkan gelasnya di
atas meja di sampingku kemudian duduk di kasur yang aku tiduri.
“Hei… apa yang kau
lakukan padaku?” tanyaku dengan nada yang sedikit membentak.
“Hn… Alvian Ananda,
sudah lama aku mengincarmu…”
“Kau siapa dan dari
mana kau tau namaku?!!”
“Aku tau banyak hal…”
katanya sambil menggoreskan kuku panjangnya di pipiku.
“Akkhh… sakit..” aku
memekik kesakitan Karena aku bisa merasakan goresan yang memberi rasa perih di
pipimu, kemudian dia menjilat jarinya yang terkena darahku.
“Begitu segar dan
nikmat…” desisnya di dekat kupingku.
Sreeett!! Sreeett!!
Secepat kilat tangan
dan kukunya merobek pakaianku sehingga badanku polos sekarang, “Hei!! Apa-apaan
kau!” aku berteriak semakin emosi melihat tindakannya.
“Aku hanya ingin
menikmatimu secara perlahan…” dia mengambil gelas tadi, ditumpahkannya cairan
kental merah itu ke atas dadaku, kemudian dia merangkak menaiki tubuhku, “Hmmm
begitu menggiurkan,” bisiknya dengan sedikit desahan di telingaku.
“Kau… jangan sentuh
aku! Aakhhh emmmhh essshh aah…” desahku saat lidah-lidahnya menjilati cairan
kental yang ada di dadaku, dapat tercium bau anyir khas darah, apa? darah?
Kenapa dia meminum darah? Aku memejamkan mataku rapat-rapat karena rasa geli
yang sangat menggangguku.
“Bukankah ini terasa
nikmat kan?” katanya sambil melumat bibirku dengan lembut namun makin lama
menjadi ciuman yang dalam.
“Ahhh.. emmhhh
ta-tapi aaahh.. ini aneh jika dilakukan dengan sesama lelaki aahh…” aku
mendesah semakin hebat saat tangannya memegang penisku dan bibir dinginnya
menciumi leherku.
“Gak ada yang aneh
emmhh… rasanya sama saja Cuma tempatnya yang beda,” katanya menyeringai mesum,
aku berusaha berontak tapi tidak berdaya dengan belenggu di tangan dan kakiku.
Lidah itu merayap
perlahan dari leher ke kupingku yang membuat gejolak aneh ditubuhku, di sisi
lain tangan dinginnya mengelus perut dan penisku, “Aaah… emmmhhh aaahhh
cu-cukup aahhh kumohon enghhh ahhh…”
“Menangislah..mendesahlah… menggeranglah… itu
akan jadi hiburan tersendiri buatku, Dobe,” katanya sambil menjilat-jilat
leherku, hal aneh yang pertama kali kurasakan namun ternyata bisa membuat
penisku berdiri perlahan, ditambah lagi tangannya terus bergerayang nakal
disana.
“AAAAAAAARRGGHHH
AAAHHH STOP AAAAKKHH IT’S HURT… ENGHHH AAHHH…” aku menggerang sejadinya saat
aku merasakan ada benda tajam yang menancap di leherku, dapat kurasakan darah
segar mengalir di sana sedangkan dia terus menjilat dan menghisap leherku penuh
kenikmatan, di saat yang bersamaan, jemarinya satu persatu memasuki lubangku
yang ada di bawah, yang membuatku tidak bisa menahan rasa yang teramat sakit.
“Hmmm… segar dan
sempit, sempurna.. kau benar-benar typeku,” bisiknya dengan dasahan yang serak,
tubuhku menggigil kesakitan, kemudian dia melepaskan jemarinya dari lubangku
dan mengarahkan tangan kirinya tersebut ke penisku yang setengah tegang.
“Emmhh… ini lebih
baik… ukkhhh…. Aaahh…” aku mendesah nikmat saat tangan dinginnya itu bergerak
di penisku, remasan dan kocokan yang membuatku mulai tergiur dengan
permainannya sampai-sampai aku melupakan rasa sakit yang ada di leherku, di
sisi lain bibir merahnya merambat ke dadaku dan menghisap nippleku penuh nafsu,
aku menggeliat dan mendesah untuk menggambarkan rasa nikmatku padanya.
“You love it? Hmmm..
I glad to hear that…” katanya yang kemudian menurunkan bibirnya ke perutku,
menciumi dan menjilat perutku dengan cekatan sedangkan tangannya meremas
testisku dan membuat gejolak di tubuhku semakin hebat.
“Aaahh… emmmhh… more…
I want more please aaaaahhhkk.. ooohhh…” kucoba menggerakkan kakiku dan pahaku
berhasil menjepit pinggulnya, dia menatapku liar seperti sangat kelaparan dan
beberapa detik kemudian dia melahap penisku dengan dasyat, aku terus menggerang
dibuatnya, erangan demi erangan menggema di ruangan itu, bagaimana tidak, dia
mengisap penisku dengan kuat dan menarik ulur mulutnya dengan cepat di sana,
sedangkan tangannya meremas testisku.
“Penis yang indah…
bersih dan kemerahan, aku menyukainya hummmhh…” ucapnya yang kembali memasukkan
penisku ke mulutnya yang dingin namun lembab, dapat kurasakan gigitan kecil
yang menyengat penisku namun terasa nikmat, setelah cukup puas dia melahap
penisku dia pun merangkak ke atas, kami berciuman dengan ganas, aku membalas
ciumannya karena gejolak nafsu yang sudah tidak dapat kutahan. Sedangkan
tangannya mengocok penisku dengan cepat.
“Ugghhhh enghhhh
emmm… ooohhh… aaaakhh… emmmhhh…” aku menggerang tertahan karena ciuman kami,
aku merasa penisku semakin basah dan licin, rasa licin yang memudahkannya
mempermainkan penisku, permainan yang membuatku merasa sangat nikmat.
“Ummmhh… kau suah
tidak dapat menolakku rupanya,” desisnya namun dia melepaskan tangan dan
ciumannya, aku mengerutakan kening menandakan kekecewaanku, dia malah bangkit
dari tubuhku dan berjalan menjauhiku.
“Hai! Kau mau kemana!
Tidak bertanggung jawab, kau sudah membuatku horny tapi kenapa meninggalkanku
dalam keadaan nanggung begini?” sekitar semenit aku menunggu akhirnya aku
kembali menemukan sosoknya di hadapanku, dia memegang sesuatu di tangannya,
seperti penis?
“Toy sex…” desisnya
dan menyeringai mesum.
“A-apa itu toy sex?”
tanyaku gugup.
“Alat yang akan aku
gunakan untuk mempermainkanmu…” ucapnya dengan menjilat ujung toy sex itu kemudian
memasukkan seluruh toy sex itu ke dalam mulutnya. Aku menelan ludahku dan
penisku berdenyut-denyut rasanya.
Dia melepaskan jubah
dan celananya sehingga memamerkan tubuhnya yang padat dan atletis, aku kagum
melihatnya bagaikan patung ukiran yang begitu indah, kemudian mataku turun ke
arah bawah, di sana aku melihat penisnya yang sudah sangat tegang, wajahku
memanas dan aku pun mengalihkan pandangan dari tubuhnya. Dia kembali merangkak
menaiki tubuhku, kami saling menatap dan aku mulai mengagumi ketampanannya yang
sungguh menawan.
“Apa kau siap?”
“Siap untuk apa?!”
tanyaku dengan nada sedikit keras. Dia menyeringai kemudian turun ke bawah.
Caranya menatap selangkanganku membuatku gugup, jantungku berpacu begitu cepat,
apakah yang akan dia lakukan? Dia mengelus pahaku dengan lembut, dipegangnya
telapak kakiku kemudian lidahnya menjilati jari dan telapak kakiku yang
membuatku sangat geli, jilatannya naik ke betisku kemudian pahaku. Di sana dia
memberikan beberapa tanda merah, setelah cukup puas bermain di pahaku lidahnya
kembali berpindah ke lubangku, aku sedikit terkejut dan memberontak tapi dia
menahan pahaku, dia membasahi lubangku dengan salivanya dan memasukkan lidahnya
di dalam sana, aku memejamkan mataku begitu erat dan hampir tidak percaya dengan
hal menjijikan yang baru saja dia lakukan.
“Aaaakkhh… emmhhh…
ooohhh… apa kau sudah gila haah? Aaahh…” erangku lagi saat tangannya kembali
meremas penisku. Tidak lama kemudian mulutnya kembali merambat ke penisku, dia
menjilati dari ujung sampai seluruh batang penisku setelah itu dihisapnya
testisku dengan penuh kenikamatan.
“Perjaka yang lezat…”
desisnya dan membuat wajahku memanas.
Dia meninggalkan
sedikit air ludahnya di penisku kemudian mengocok penisku perlahan namun
kemudian semakin cepat dan cepat, aku menggeliat nikmat, dia kembali menghisap
penisku dengan tangannya yang meremas-remas testisku, “Sssssrrppphh…
Sssssrrrrppphhh aahhh… Sssssrrppphh…” terdengar suara-suara penuh gairah yang
dia keluarkan saat dia menghisap-hisap penisku dengan cepat, aku sudah tidak
bisa menahan bebanku lagi, rasanya denyutan di penisku semakin deras dan…
“HEI APA YANG KAU
LAKUKAN?!!” teriakku kecewa saat aku merasakan lidahnya menutupi lubang
penisku, aku menggerang hebat, rasanya kesal dan menggigil karena puncak
kenikmatanku dia hambat. Tangannya terus meremas-remas testisku yang membuatku
semakin geram, dan akhirnya dia melepaskan hambatan itu dan menghisap penisku
dengan kecang..
CROOOTT…. CRROOOTT…
CRROOOTTT…
Penisku memuntahkan
sperma kental untuk pertama kalinya, tubuhku mengejang untuk beberapa saat
namun kemudian aku lemas dan merasakan lelah yang luar biasa, “Hummm lezat…”
ucapnya salbil menjilati sela-selat bibirnya yang berlumuran sperma.
“Aku lelah sekali…”
ucapku lemas, namun tiba-tiba aku merasakan ada benda aneh yang melesak masuk
kedalam bokongku, “AAAAKKKHHH APAAH YANG KAU…. AAAAAKKKHH…” aku kembali
menggerang hebat saat benda itu bergetar, ditambah lagi dia menggerakkan benda
itu keluar masuk di sana.
“Inilah fungsinya toy
sex… untuk mempermainkanmu~”
“Aaaakkhhh… oooohhh..
sa-sakit… aaakkkhh hentikan eummmhh aaaahh…” erangku saat getaran benda itu
bertambah, tubuhku sangat lemah dan lelah, aku tidak bisa menahan air mataku
karena benda aneh itu.
“Humm… Aku masih
membutuhkan servicemu, jangan pingsan dulu,” ucapnya sambil berjongkok di depan
wajahku dan membiarkan toy sex it uterus bergetar di lubangku. Dia menarik
daguku kemudian mengecup bibirku, “Puaskan aku…” lanjutnya. Dia mendekatkan batang
penisnya ke depan wajahku, aku membesarkan bola mataku, bagaimana bisa aku
harus memasukkan benda itu kedalam mulutku?
“Ugghhh emmmhhh
ummmhhh…” aku berusaha menutup mulutku rapat-rapat namun kuku tajamnya kembali
muncul dalam sekejab dan menggores leherku. Dengan terpaksa aku membuka mulutku
barulah kuku tajamnya kembali lenyap. Dia memasukkan penis tegaknya ke dalam
mulutku, aku terbatuk-batuk karena penisnya berhasil menyentuh kerongkonganku,
cukup lama aku mengulum penisnya barulah dia menarik penisnya dari mulutku, aku
menatapnya lemas.
“Hn… sudah waktunya…”
desisnya diiringi seringaiyan mesum. Dia menaiki tubuhku, dia melebarkan pahaku
dan melepas toy sex yang terus bergetar di lubangku. Aku menelan air ludahku
saat melihatnya menjilati jarinya dengan sexy, namun…
“Aaaakkhh… ooohhh…”
aku kembali menggerang saat jari dingin itu melesak masuk ke dalam lubangku.
Dia goyangkan jari-jarinya kemudian aku marasa ada benda yang lebih besar
menanti di ujung lubangku, aku memejamkan mataku kuat-kuat saat tau dia
menggesek-gesekkan penisnya di liang lubangku, dan penisnya masuk dengan kasar
ke dalam lubangku, “Aaaakkkhh… ooohhhh emmhhh aaaarrgghhh aaahhh sakittt
aahh..”
“Sakit? Nanti kau
akan meminta lebih…” desisnya, dia terus memompa lubangku dengan cepat…
dinding-dinding lubangku berdenyut-denyut, tidak lama kemudian aku bisa
menikmati permainannya. Aku mendesah nikmat, ingin sekali kupeluk dan cium dia
namun aku dirantai Cuma bisa diam merasakan serangan yang dia berikan.
“Aaahhkkhh… ooohhh…
eemmhhh… oohhh faster aaahh….” Desahku kenikmatan, tangannya tidak diam, dia
kembali meremas penisku dan membuatnya tegang kembali. Gerakan pinggulnya
maju-mundur semakin menghentak dan hebat.
“Ekkhhh…. Sudah
waktunya aaakkhhh…” desahnya, dan CROOTTT… CRROOTT… CRROOTT… tubuhku mengejang
saat kami mengalami klimaks bersamaan, aku dapat merasakan cairan itu di dalam
lubangku dan di saat yang bersamaan dia kembali menghisap darah di leherku, aku
terkulai lemas bukan hanya karena hampir kehabisan darah namun karena
permainannya yang menguras tenaga.
“A-aku akan mati…
sekujur tubuhku terasa sakit.. aakkhh…” desisku lemah.
“Aku membutuhkanmu,
jangan mati. Aku akan memberikanmu kehidupan kedua asal kau berjanji akan
menjadi pasanganku selamanya.”
Aku hanya mengangguk
lemah, rasanya detik-detik ajalku sudah datang. Namun dia kembali memunculkan
taring tajamnya dan menggigit pergelangan tangannya, dia buka mulutku dan
meminumkan tetesan darahnya untukku. Aku memajamkan mata dengan kuat dan
setelah kubuka mataku menjadi merah sama sepertinya.
“You must be mine
forever…” desisnya sambil mengecup bibirku.
“Sure… my sexy
vampire…”
END
0 komentar:
Posting Komentar