Melayani Nafsu Satpam

Dirgantara putra 20.22 |

Melayani Nafsu Satpam




Suatu hari, di hari sabtu, aku merasa bosan di kost-an ku. Kebetulan, aku lagi sendiri di kamarku. Ku hidupkan Laptopku. Kucolok modemku. Aku mulai searching situs-situs bokep gay. Ku tonton beberapa video gay. Aku juga membaca beberapa cerita gay yang membuatku semakin terrangsang. Nafsu ku sudah naik ke ubun-ubun minta untuk disalurkan. Aku segera melesat ke kamar mandi. Ku buka celanaku. Lalu kukocok kecil penisku sambil mengingat adegan video yang kutonton tadi. Tiba- tiba terbayang di kepalaku Pak Choi. Pak Choi adalah satpam di sekolahku.
Dia sudah berumah tangga. Namun belum memiliki anak. Badannya tidak terlalu tinggi. Tinggi kami hampir sama. Kulitnya sawo matang. Ada kumis tipis di atas bibirnya yang menambah kesan seksi. Tubuhnya tidak begitu atletis. Namun, sebagai bapak-bapak, perutnya tidaklah buncit. Mungkin karena sering latihan olahraga. Wajahnya juga tergolong ganteng. Aku suka padanya. Setiap pulang sekolah, aku selalu menyapanya. Dan dia juga selalu membalas sapaan ku. Dia memang ramah. Aku jadi semakin suka padanya. Aku jadi semakin bernafsu. Ku kocok penisku sambil membayangkan pak choi dan tubuh seksinya. Beberapa saat kemudian sperma ku mendesak keluar. Aku tidak begitu puas dengan ini. Karna, hanya tangan yang melayani nafsuku.
Otakku mulai berputar. Aku ingat pak Choi. Iseng-iseng, aku pergi ke sekolah. Ku ingat Pak Choi akan jaga hingga besok. Aku langkahkan kakiku. Aku hanya berjalan kaki. Karna jarak rumah kost dengan sekolah hanya 300 meter. Setibanya di sekolah, aku langsung mencari keberadaan pak choi. Sekolah sudah sangat sepi. Saat itu pukul 17.30. Aku segera melesat ke pos satpam. Aku masuk. Tidak ada orang. “Wah, pak choi tak ada. Kemana dia?” Pikirku dalam hati. Aku pun hendak pulang dengan hati kesal. Namun aku teringat, aku meninggalkan jaketku di ruangan kelas. Aku pergi ke ruangan kelas hendak mengambil jaketku. Ah, rupanya sudah terkunci. Aku akan pulang ketika ku dengar suara dari arah ruang multi media. Aku mengendap-endap ke sana. Ku intip dari jendela. TV di ruangan multimedia menyala. Aku kaget saat kulihat film yang terputar di sana. Film Dewasa. Film dewasa pun bukan sembarang film. Namun, Film Gay!
Ku amati sebentar film itu. Terlihat di adegan dua pria sedang asyik bercumbu di atas sofa. Sontak, adik kecilku membesar. Aku jadi penasaran siapa yang menonton film gay ini. Ku intip. Ternyata, Pak Choi! Aku sangat terkejut. Ku lihat dia duduk di atas kursi sambil bemalas-malasan menyaksikan film itu dengan serius. Aku jadi kegirangan sendiri dalam hati mengetahui pak choi bisex. Aku pun memikirkan cara bagaimana caranya masuk ke dalam. Aku terduduk bersandar di pintu sambil memikirkan beribu cara. Tiba-tiba.. kreek. Pintu terbuka. Ternyata tidak terkunci. Aku yang tadinya bersandar di pintu jadi terjatuh. Ku lihat pak Choi. Dia sangat terkejut. Kemudian, dia bangkit dari tempat duduknya. Tanpa ku sadari dia sudah berada di sampingku dan memegangi tanganku dengan kuat agar tidak kabur. “Kamu ngapain disini?” tanya nya
“Hmm.. anu pak, jaket saya ketinggalan. Saya mau ambil pak.” Kataku gemetaran.
“Mumpung kamu disini, dan saya yakin kamu udah lihat apa yang terjadi, kamu layani saya.” Katanya
“Maksud bapak?” kataku sok polos. Padahal dalam hati aku sudah sangat kegirangan.
Dia tak menjawab, malah ditariknya aku dengan kuat masuk ke ruangan multi media. Aku pura-pura menolak. Agar tidak terlihat aku sangat menginginkan hal ini terjadi. Dia tetap memegang tanganku. Diambilnya rantai yang ada di saku seragamnya yang dia biasa gunakan untuk mengikat anak-anak yang ketauan bolos. Dia ikatkan tangan ku di kaki meja. Aku pura-pura melawan. Namun, aku justru sangat menyukainya. Di luruskannya badanku, dan aku tidur terlentang dengan tangan lurus terikat . Dipelorotkannya celana dan celana dalamku. Menyembullah adik kecilku yang sudah tegang. Dengan segera Pak Choi mengulum penisku. Dia mengisapnya dalam-dalam. Dimainkannya buah pelerku. Dijilatinya kepala kontolku yang tak bersunat. Dikocoknya penisku, sambil disepongnya. Tangan dan mulutnya bergantian melayani penisku. Bulu kemaluan ku bergesakan dengan kumisnya yang tipis-tipis. Aku mulai blingsatan. Aku pura-pura berteriak menolak.
“Pak, tolong lepaskan saya pak. Hmphh..Jangan pak. Tolong lepaskan pak. Tolong dilepas pak. Aduh.. pak!” kataku dengan nada memelas seperti seorang gadis yang menolak diperkosa oleh preman-preman. Namun, dai tetap bekerja mengoral penisku. Liurnya sudah membasahi sekujur penisku. Ku tendang-tendang dia. Sambil mulutku terus mengeluarkan kata-kata menolak perlakuannya. Ku maki-maki dia dengan kasar.
Tiba-tiba, pak Choi melepas kulumannya di penisku. Dia kemudian melepaskan rantai yang mengikat tanganku. Dia terduduk dengan wajah memelas dan merasa bersalah. Dalam hati aku jadi menyesal kenapa ku maki-maki dia tadi. Dia kemudian bersuara “ Maafkan bapak dik. Bapak dikuasai nafsu. Sekarang kamu boleh pulang. Namun bapak mohon, jangan beritahu ini pada siapa pun. Bapak takut kehilangan pekerjaan dik.” Katanya dengan suara yang parau dan masih terasa kuasa nafsu di dalam dirinya. Aku tertegun. Dalam hati aku jadi merasa bersalah sembar merasa sial melewatkan kesempatan brcinta dengan pak Choi. Aku yang hanya mengenakan kaus oblongku bergerak ke arah Pak Choi dan memeluknya. Dia terkejut. Kemudian aku mengecup bibirnya dengan lembut. Ku bisikkan kata di telinganya. “Maafkan saya pak Choi, berlaku kasar. Saya mau muasin nafsu bapak.” Kataku.Entah dari mana aku belajar kata-kata itu. Nafsu yang mengajariku.
Wajah pak CHoi kembali berbinar dikuasai nafsu. Kembali diciumnya mulutku. Kami berciuman sangat hangat. Lidah kami beradu. Ludah kami bercampur. Nafsu kami bergabung menjadi satu. Ciuman kami sangat lama dan sangat memancing libido naik. Adik kecilku yang tak terbungkus apa-apa pun menegang dengan kerasnya. Kami tetap berciuman dengan hangat tanpa memperdulikan jendela multimedia yang terbuka dan pintu yang tidak terkunci. Kontolku sudah berkedut-kedut. Ku lepaskan ciumanku dari mulut pak Choi. Ku buka baju satpamnya perlahan. Kemudian ku buka kausnya. Dia sudah telanjang dada, memamerkan otot bisep nya yang besar dengan dada yang kencang serta perut yang rata meski tidak sixpack. Ku cium lagi dia. Namun ciumanku kini turun keleher. Kusedot lehernya dan kejilat. Setelah itu aku turun ke kedua tangannya. Ku jilati tangannya seperti induk kucing menjilati anaknya yang baru lahir.
Kemudian aku sampai diputingnya. Sudah menegang. Kujilati dan kusedot kedua putingnya secara bergantian. Dia blingsatan. Tangan kiriku aktif meraba dan mengelus perutnya. Sementara tangan kananku meremas-remas otot bisepnya. Agak lama kulakukan permainan itu. Sampailah hisapan ku dipusarnya. Dia yang tadinya duduk kini sudah terlentang pasrah. Ku buka celananya dengan mulutku. Lalu kubantu melepaskannya dengan tanganku. Kemudian ku buka celana dalamnya. Blum! Menyembullah kontol yang besar dengan kepala kontol yang tidak bersunat, panjang, coklat, dan gemuk. Kurasa panjang kontol pak Choi sekitar 17 cm dengan diameter 4cm. Gemuk sekali kontolnya. Bulunya juga lumayan banyak. Aku tak langsung bekerja pada kontolnya. Kujilati dulu bagian pahanya yang berbulu.
Sesudah aku puas, aku mulai bekerja pada kontolnya yang besar. Kujilati dulu batang kontolnya dari bawah ke atas berulang-ulang. Mirip anak kecil menjilati es krim. Kemudian kumasukkan semua batangnya kemulutku, lalu kulepas dengan isapan dan jilatan di batangnya. Kulakukan juga hal itu berulang-ulang. Dia mulai tak sabar dengan tempo permainan ku yang lambat. Namun dia teta berusaha menikmati permainanku. Terbukti dari desahannya yang memburu. Sementara dibawah sana, kontolku dengan panjang 15 cm sudah menjulang dan berkedut-kedut bak monas terkena gempa. Mungkin dia sudah tak sabar dengan kulumanku yang lambat. Dia bangkit berdiri. Kemudian dia melepaskan bajuku. Kini kami berdua telanjang bulat. Dijongkokkannya badanku, hingga mulutku tepat di depan penisnya. Disodok-sodokkannya kontolnya di dalam mulutku. Aku sedikit tersedak. Namun aku berusaha menyeimbangi pegerakan kontolnya. Kontolnya keluar masuk di dalam mulutku. Dia mendesah keenakan. Namun aku tidak nyaman dengan posisi ini. Kutarik penisnya dari dalam mulutku. “Pak, 69 yok,” ajakku. Dia mengiyakan.
Kami kemudian berbaring di lantai. Mulutku mengulum kontolnya. Begitu juga dia mengulum kontolku. Aku memang sangat menyukai posisi ini. Kami saling mengulum. Desahan kami beradu dengan desahan dua orang pria yang sedang bersetubuh dalam film gay yang sedang terputar. “hmmhh.. ahhhh.. nghhhaaahh… Ouchh..” desahku. Aku masih tetap mengulumi penisnya. Kuletakkan kepala kontolnya di mulutku. Sementara tanganku mengocok-ngocok pangkal penisnya. Tangan ku yang satu lagi bergantian menjambak bulu kemaluannya dan memainkan buah peler serta anusnya. Dia mendesah. Dia juga tetap bekerja pada kontolku. Dijilatinya sekujur kontolku dan dimainkannya kepalanya. Disepongnya keluarmasuk kontolku.
“Aduh.. enak banget dik seponganmu.” Kata pak choi.
“Hmphh.. bapak juga punya kontol dan sepongan yang nikmat pak”
“Ouch.. ah… hm.. ah..ah..ah..ah…ya begitu dik. Ah.. ah.. ouh.. hmphh.. aduh enaknya.. uhh.uhh..uhh”
Pak choi sudah berhenti mengulumku. Dia malah asyik dengan kulumanku di kontolnya yang perkasa itu.
“Aduh, pak. Sodomi aku aja pak. Pasti lebih enak.” Kataku membujuk.
“dengan senang hati dik.” Kata pak choi.
Kemudian, dia menarik penisnya dari mulutku. Dirapatkannya dua buah meja. Kemudian diangkatnya aku lalu didudukkannya aku di tepi meja. Aku lalu berbaring sambil mengangkat kakiku. Akibatnya, lobang anusku terekspos didepannya. Secara perlahan dia gesekkan kontolnya di depan anusku. Kemudian dengan bantuan tangannya, dia dorong penisnya menembus lobang anusku. Perlahan. Dan rasanya sakit sekali. Aku hanya bisa menahannya dengan menggigit bibirku. Dia mendorong kontolnya lagi. Blesss… Kontolnya terbenam di anusku. Dia kemudian berhenti. Aku ngos-ngosan. Keringat sudah mengalir di sekujur tubuhku. Begitu juga dengan pak choi ku yang perkasa. Kami menikmati saat momen dimana tubuh kami berdua menjadi satu melalui terbenamnya kontol pak choi di dalam anusku. Kemudian dia mulai memaju mundurkan kontolnya di dalam anusku. Clpak..cplak…cplak..cplak. Demikian bunyi pertemuan pantatku dengan pinggul pak choi. Dia sangat jago mengentot. Kadang tempo nya cepat kadang juga lambat. Kami berdua mendesah. Kali ini desahannya tidak beradu dengan desahan dari film. Karna film yang diputar sudah habis. Aku mulai mendesah.
“Ouh.. sakit. Hmphh.. Ah..ah..ah..ah..ah..ah..ah..ah.ah..Oh ya.. uhmmm.. ah..ah..ah..ah..ah..ah..”
Tempo desahanku beriringan dengan sodokan kontol pak choi yang gemuk di dalam anusku.
Tiba-tiba pintu ruang multimedia terbuka. Aku sangat terkejut. Begitu juga dengan pak Choi. Sampai-sampai kontolnya lepas dari lobang anusku. Mata kami tertuju ke pintu. Disana berdiri seorang pria tampan dan Tinggi. Kulitnya putih. Mengenakan seragam satpam juga. Otot-ototnya terbentuk oleh seragamnya yang ketat. Sangat sexy dan maskulin. Tiba-tiba pak choi berkata “Ah..elu don. Gua sampe takut nih.” Kata pak choi santai. “Asyik tuh bang! Boleh ikutan gak?” kata satpam yang kuketahui bernama doni. “Yaudah gabung aja. Tapi kunciin pintu sama tutu jendela ya don.” Kata pak choi.
Setelah itu pak choi kembali fokus ke acara ngentot kami. Dia kemudian menyentakkan kontolnya yang terlepas masuk ke anusku secara kuat dan tiba-tiba. Aku pun langsung merasa kesakitan “Argghh.. sakit” Teriakku. Pak choi pun tidak lagi memberiku waktu. Dia langsung mengentotku. Maju mundur maju mundur. Aku hanya bisa menikmati saja. Tak terlihat oleh ku, Pak Doni sudah telanjang dengan kontol tegang sepanjang 17 cm. Dia sudah berdiri di atas meja. Kemudian dia memasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Aku pun berusaha melayani kontolnya agar dia puas. Dia majumundurkan kontolnya dimulutku. Lidahku pun aktif menjilat. Sementara tangannya meraba-raba dadaku dan meremas-remas putingku. Sesekali dia cupang putingku hingga merah. Di lain sisi, pak choi asyik mengentotiku. Hanya desahan tertahan yang keluar dari mulutku. Pasalnya, mulutku tersumbat oleh kontol pak doni. “hmphh..hmphh..hmphh..” desahku. Pak choi terus mengentotku. Dia juga mulai meracau. “aduh…. Enak banget. Ah.. ouhh.. yeah. Uhmm” katanya. Beberapa menit kemudian, dia bergetar. Kurasakan penisnya berkedut-kedut. Dia kemudian melenguh seperti kerbau jantan. “Ngghhh… Ehmmm.. Ahhhh…” Lenguhannya diiringi semburan sperma yang banyak ke dalam lobang anusku. CROTT…CROTT..CRROOOTT..CROT….CROTTT.CROOOTTTT..! Sangat banyak sperma yang mengalir. Tubuhku terasa hangat oleh sperma pak choi. Dia pun ngos-ngosan. Kemudian dia segera mencabut penisnya. Pak Choi pun terduduk lemas menikmati sisa-sisa kenikmatannya.
Melihat itu, pak Doni langsung turun dari meja. Dilepaskannya kontolnya dari mulutku. Dia menggendongku dengan mudah karna tubunhya berotot. Kemudian dia duduk di atas meja . Didudukkannya aku tepat di atas kontolnya. Diamblaskannya penisnya langsung membor anusku. Aku berteriak kesakitan. Namun dia menenangkanku dengan ciumannya. Diciumnya mulutku dengan mesra. Setelah aku agak tenang, dia angkat dan turunkan badanku diatas badannya . Secara otomais kontolnya mengentotku. Dia mudah saja mengangkat turunkanku, karna badanku kecil sementara tubunhya berotot. Puas dengan gaya ngentot begitu, dia kemudian berbaring di meja. Tanpa melepaskan kontolnya dari anusku, aku berjongkok membelakanginya. Kemudian kunaik turunkan sendiri badanku diatas kontolnya. Dia keenakan “hmm..hmm..hmm..hmm..” hanya desahan kenikmatan yang keluar dari bibir kami. Aku menaik turunkan tubuhku sambil mengocok penisku. Aku tidak begitu suka posisi ini.
Pak doni memang baik. Dia segera mengganti posisi ngentot kami. Ini adalah posisi ngentot ke tiga kami hanya dalam kurun waktu setengah jam. Dia rapatkan tubuhku ke dinding. Kami dalam keadaan berdiri. Diangkatnya satu kakiku keatas kursi sehingga lobangku terekspose. Kemudian dia menancapkan rudalnya ke lobangku. Kami ngentot berdiri! Lima menit berselang, Pak doni mengganti gaya ngentot kami. Mungkin dia tak suka. Padahal aku sudah sangat suka gaya itu. Memang dalam bercinta, semua pihak hendaklah merasa nikmat. Kemudian dia menyuruhku posisi doggy style. Ini gaya ngentot kami ke empat. Dia kemudian berlutut dan mengentotku dari belakang. Doggy! Posisi ini menguntungkan kedua pihak. Dia terus mengentotku dengan cepat. Kali ini Pak Choi ikut ambil alih. Dia mengulum penisku dengan lincah. SLURP! SLURP! Begitu bunyi lidah Pak Choi yang tak henti-hentinya menjilati kontol ku. Puas menjilat, Pak Choi kini siap menyedot kontol yang lezat itu. Seperti vacum cleaner, Pak choi menyedot isi kontol ku. SLURP! SLURP! aku hanya bisa mendesah. Ditambah lagi entotan Pak Doni yang lincah di anusku. Membuatku melayang.
Pak Doni terus mengentotku sementara penisku dimainkan pak Choi. Sodokannya mengenai prostatku yang membuat aku semakin terrangsang. Aku mulai meracau tak jelas "Aarrgghh.. Fuck me! Oohh.. Ngentot yang kencang.. Aarrgghh.. saya mau kontol bapak.. Aargghh.. Ayo, ngentot yang dalam.. Aarrggh.. Tunjukkan kejantanan mu pak.. Aarrgghh.."aku mulai kasar. Pak Doni pun jadi ikut begitu "Hhohh.. Aarrgghh.. Gile, nih.. Aarrgghh.. Cowok ini doyan kontol juga.. Aarrgghh.. Oke deh.. Gue bakal ngentotin loe.. Uugghh.. Sampe loe menjerit minta ampun.. Aarrgghh.. Fuck You. Terima kontolku. Kau yang minta. Aku kasih. Aghh.. enak ni kontol aku diginiin" Dengan itu, pak Doni pun makin keras menggenjot tubuhku. Keringat sudah membasahi sekujur tubuh pak Doni yang atletis dan membuatnya mengkilap. Suasana panas yang erotis begitu terasa di dalam ruangan itu. Aroma keringat lelaki, bau kontol, dan precum menyengat dari tubuh kami bertiga.
Beberapa menit berselang, pak Choi terus menyepong kontolku. Argh.. Dia juga mengocokinya dengan kuat. Kontolku samapai terasa sakit. Namun rasa nikmat kuterima ditambah sodokan Pak Doni yang selalu mengenai prostatku. Pak Doni yang dari tadi masih merem-melek karena terhanyut kenikmatan menyodomi pantat perjaka tiba-tiba mulai meracau. "Oohh.. Aahh.. Gue mau muncrat.. Oohh.." erang Pak Doni, tubuhnya basah dengan keringat. Aku memandang dengan penuh nafsu saat tubuh Pak Choi yang atletis itu mulai mengejang-ngejang. Kontol Pak Doni yang bersarang di dalam anus ku terasa menggembung dan kemudian dengan cepat memuntahkan lahar putih panas. CROTT…CROTT…CROT…CROTT… "Aarrgghh!!" teriak Pak Doni, sambil menghujamkan kontolnya dalam-dalam. Aku pun ikut berteriak karena prostatku tertekan keras sekali. Siraman pejuh hangat Pak Doni terasa menyelimuti prostat ku. Karna mendapat perlakuan begitu, prostatku pun keenakan dan aku pun mnegejang. “Aduh..aku nyampe pak… Arghh” teriakku diiringi semburan spermaku yang langsung disedot habis pak Choi. CROT…CROT..CROT..CROT.. Sperma ku tidak terlalu banyak lagi, karna tadi aku sudah coli.
Satpam Seksi itu terus-menerus melenguh sementara badannya terguncang hebat. "Aarrggh!! Oohh!! Uuggh!! Aarrggh!! Oohh!!" Ketika tak ada lagi pejuh yang dapat disemprotkan, kontol Pak Doni pun melemas. Dengan desahan panjang, Pak Doni menarik kontolnya keluar. Beriringan juga dengan tetesan sperma ku yang mengalir ke mulut pak Choi. Semuanya disedotnya. "Aahh.. Enak banget.. Oohh.." racau Pak Doni, lemas. Usai ngecret, pak doni merobohkan tubuhnya di samping ku dan Pak Choi. Napasnya terengah-engah, puas dengan orgasmenya. “Enak kan?” Tanya pak Choi. “enak pak, jawabku.” Kami kemudian membereskan dan membersihkan diri kami dan ruangan itu.
Sejak Saat itu kami jadi ngentot tiap hari sabtu. Tentu kami bertiga. Aku yang bot ini melayani dua satpam top yang macho. Pernah juga sekali teman pak Choi, Pak Jaka yang juga Top ikut dengan kami. Jadinya, kontol pak Choi di anusku, kontol pak Jaka dimulutku, dan kontol Pak Doni di ketekku. Kadang juga aku suka mengajak pak Doni ngentot berdua di kamar kos ku ketika tak ada orang. Karna aku paling suka sama pak Doni. Kami browsing gaya-gaya ngentot gay dan mempraktekkannya. Aku sangat suka dientot pak Doni. Mulai saat itu, aku jadi pelayan nafsu stpam-satpam keren , macho, seksi, dan jago ngentot!

0 komentar:

Posting Komentar