Namaku
RyanArdiansyah saat ini aq duduk di kelas 2 MTs, atau yang sekarang
jadi kelas VIII, aq menjabat sebagai wakil OSIS di sekolahku plus
menjadi salah satu panitia Acara Muludan kali ini sehingga aq harus
bertanggung jawab terhadap lancarnya acara ini.
Aq
bersama dengan keempat temanku Didin, Iman, Asep dan Iwan kebagian
sebagai seksi pubdokdek (Publikasi Dokumentasi dan Dekorasi). Hanya aq
saja yang masih kelas 2 sedangkan sisanya kelas 3 tapi karena kita sudah
lama kenal gak jadi masalah. Sekedar info z perawakan kami berempat
biasa2 z, Asep tingginya paling 150 dan beratnya 50 kg dia hitam manis
dan senyumnya bikin cewe2 gak tahan. Iman tinggi 145 dan berat 45 kg
kulitnya putih dan dia paling ganteng diantara kita semua. Didin dia ini
perawakannya paling tinggi dan paling besar sehingga dia selalu
kebagian angkat2 tapi walaupun begitu dia orangnya ‘penyabar’. Iwan
tinggi 148 dan berat 45 kg dia lumayan manis dengan kulit kuning
langsatnya dan Iwan ini orangnya paling alim (soleh) karena dia anak
Kiai setempat. Sedangkan aq tinggi 150 dan berat 40 kg, kata orang sih
senyumku manis dan mataku sayu jadi orang2 suka susah menafsirkan arti
pandangan mata aq.
Hari ini kami berlima sangat
sibuk karena besok adalah hari H, atau hari pelaksanaan acara Muludan.
Aq, Didin dan Iwan bagian membuat panggung sementara Iman dan Asep
bagian dekorasi, membuat tulisan dan hiasan di panggung. Sehabis pulang
sekolah mereka membuat hiasan itu dirumah Asep tapi nanti sore mereka
kesini. Aq, Didin dan Iwan sehabis pulang sekolah tidak pulang ke rumah
dulu tapi langsung membuat panggung di ruangan kelas 1 karena kelas ini
lumayan bagus dibanding dengan kelas yang lain.
“Ryan,
tolong kamu luruskan bangku2nya, takutnya ntar yang naek panggung
terperosok kalau bangkunya tidak benar2 lurus”. Kata Iwan (maklum MTs
kita ada di kampung jadi untuk bikin panggung untuk acara2 besar
memakain bangku atau meja belajar lagian jaman dulu belum banyak rental
panggung dll) ouwh ea lupa kejadian ini terjadi sekitar 15 tahun yang
lalu.
“Ok bos” jawabku.
“Din tolong ikatkan bambu ini dengan kuat ea?” perintah Iwan lagi pada Didin.
“Kamu
juga jangan hanya nyuruh ini nyuruh itu doang dung, ikut kerja ke”.
Balas Didin kesel, karena emang dari tadi Iwan ini hanya nyuruh kita2
saja, ea sih aq tau law dia ketua seksi tapi tetap harus kerja juga
dunx.
3 jam telah berlalu dan akhirnya panggung beserta kursi2 untuk penonton telah siap, dan kita bertiga pada kelelahan.
“Aaaaaaaaaaaaakhhhhh ...... capenya”. Kata Iwan sambil merebahkan tubuhnya di lantai.
“Cape apaan? Dari tadi kamu hanya banyak nyuruh ini nyuruh itu z. Paling hanya cape mulut z” balas Didin.
“Ea
neh. Kamu mah hanya geser bangku dikit2 z”. Balasku sambil duduk di
salah satu kursi penonton sementara Didin duduk di tepi panggung sambil
ngiaps2in badanya pake buku dan kita bertiga pada buka baju seragam
karen keringetan.
“Hehe ...... ekh Asep dan Iman mana? Qk belum nongol2 juga tu bocah”.
“Assalamu’alaikum” Suara Asep dan Iman
“Wa’alaikumsalam”. Jawab kami berbarengan
“Panjang umur lo berdua, baru z si Iwan nanyain kalian, kangen katanya”. Kata Didin
“Gila lo din, emangnya gw cowo apaan?” kata Iwan sambil menoyor kepala Didin
“Hahahahahahaha ......” kami semua tertawa.
“Ekh
sep mana dekorasi buat panggungnya? Sudah beres kan? Lw udah beres
kalian pasang dech di panggung aq mw mandi dulu”. Kata Iwan sambil jalan
ke kamar mandi sekolah.
“Ok dech”. Kata Asep dan Iman.
“Ekh
aq pulang dulu ea? Gerah nech mw mandi plus ganti baju, din wan mw
nitip apa dari rumah?” kataku sambil ngambil baju seragam plus tas
sekolah aq.
“Aq nitip baju ganti plus makan malam z,
kamu minta ke ortu aq di rumah, laper nech” kata Iwan sambil teriak
karena sudah agak jauh.
“Lw kamu din?” tanyaku pada Didin.
“Sama dech, ekh jangan kelamaan ea? Sudah laper banget tau, si Asep juga kenapa gak bawa makanan?”
“Sorry bro, lo kan tau gw keluarga miskin. Hehe”. Balas Asep
“Ok dech, aq pulang duluan ea? Ekh lupa nanti malam kita nginep disini kan?” tanyaku lagi
“Ea iyalah masa ea iya dong” serempak Asep, Didin dan Iman.
“Good”. Kataku
************
Malam
pun tiba, karena ini ruangan kelas jadi kita semua tidur diatas
panggung. Aq kebagian paling pinggir, kemudian Didin, Asep, Iwan dan
Iman. Kita tidur hanya memakai sarung yang biasa di pakai buat sholat.
Saat
tengah malam aq tersadar karena aq ngerasa sesak nafas, saat aq buka
mata ternyata Didin tengah menindih aq, matanya tertutup tapi anehnya
bagian bawah tubuhnya menggesek-gesekan kemaluannya diatas kemaluan aq,
sehingga hal ini membuat kemaluan aq jadi tegang, tangan dia juga
menggenggam tangan aq sehingga aq tak bisa bergerak untuk melepaskan
diri.
“Ngaphmhmhmhmh.....................” baru z aq
mw ngomong, tiba2 Didin mencium mulut aq dengan buasnya, ciuman yang
makin dalam dan membuatku melayang.
Dengan perlahan mata dia membuka, terus tangan kananya disimpan diatas bibirnya memberi tanda untuk diam, padaku.
“Nikmati saja”. Katany
Akhirnya
aq diam dan menikmati apa yang dia lakukan, dia menurunkan wajahnya dan
menghisap puting aq sehingga aq menggigit bibirku sendiri menahan
nikmat n geli.
“Emhphmphmphmph.........” erangan tertahan aq
Kedua
tangan dia menarik celana sekaligus celana dalam aq terus dia juga
melepas celana sekalian ma celana dalamnya, sehingga kita sama2 tidak
memakai celana, terus dia mengesek2an penis dia dengan penis aq sehingga
hal ini memebri kenikmatan tersendiri bagi kami.
Lalu dia meludahi tangannya dan mengoleskan ludah itu ke penisnya sehingga gesekan penis kita menjadi lebih nikmat.
Dia mencium bibir aq lagi dengan buasnya.
“Ekh
penis aq jepit ma paha kamu ea? Agar lebih
enak..........emphmphmphmphm” katanya sambil berbisik sambil melanjutkan
ciumannya.
“Hemmmmmmmmmmmm.................” aq gak bisa jawab karena dia menutup bibirku dengan bibirnya yang terasa manis,
Dia
terus menggesek2an penisnya diantara paha aq dan tanpa sadar aq juga
menikmati hal itu karena penis aq menggesek2perutnya yang lumayan gede,
dari kecil aq memang menyukai orang yang cuby, aq juga gak ngerti
kenapa, mungkin karena tubuh aq yang kecil jadi suka iri melihat hal
yang dimiliki oleh orang lain.
Didin terus z
menggesek2an penis hingga hampir 30 menit dan selama itu pula bibir dia
tidak diam, kadang mencium bibir aq kadang pipi, jidat bahkan kuping aq
juga tak luput dari jilatanya,
“Emhmhmhmh...... aq dah mw keluar nech...............akhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
Jrot......jrot.....jrot.....jrot.....
banyak juga air kencing (aq belum mengerti pada saat itu bahwa yang
keluar dari penis Didin namanya sperma bukan air kencing) yang keluar
dari penisnya sehingga membuat kami jadi basah terutama bagian pantat aq
yang langsung berada didepan penisnya. Tak lama kemudian aq juga
mengalami hal yang sama
Jrot.....jrot.....jrot....jrot........
aq tidak mengerti apa yang barusan aq keluarin dan lakuin ma Didin tapi
yang pasti hal itu sangat nikmat.
Lalu Didin kembali tidur disamping aq, dan memakai celananya lagi, aq juga melakukan hal yang sama.
Ceceran
sperma yang ada di sekitar paha, pantat dan perut aq, semuanya aq lap
dengan celana dalam aq tapi aq tetap memakainya setelah dipakai lap,
karena takut yang tau kalau aq tidak pakai celdam keesokan paginya
karena kita biasanya mandi pagi bareng.
“Aduh
gatalnya pantat aq, ikh ikh ikh” kata Iman 5 menit berselang setelah aq
selesai memakai celana lagi. (aq gak tau apa Iman tau dengan apa yang aq
dan Didin lakukan barusan, sehingga dia menyindir dengan ngomong gitu,
tapi aq gak peduli habisnya nikmat sih hehe).
Dan
pada saat acara berlangsung ada satu kejadian lucu di atas panggung,
dimana saat pembawa acara naik ke atas panggung dan mau membuka acara,
kakinya sedikit terpeleset. Dalam hati aq berkata: “Pasti air kencing
semalam belum kering hehe.........”
------------ TAMAT ---------
0 komentar:
Posting Komentar