panggung sandiwara

Dirgantara putra 18.15 |

 Namaku RyanArdiansyah saat ini aq duduk di kelas 2 MTs, atau yang sekarang jadi kelas VIII, aq menjabat sebagai wakil OSIS di sekolahku plus menjadi salah satu panitia Acara Muludan kali ini sehingga aq harus bertanggung jawab terhadap lancarnya acara ini.
 Aq bersama dengan keempat temanku Didin, Iman, Asep dan Iwan kebagian sebagai seksi pubdokdek (Publikasi Dokumentasi dan Dekorasi). Hanya aq saja yang masih kelas 2 sedangkan sisanya kelas 3 tapi karena kita sudah lama kenal gak jadi masalah. Sekedar info z perawakan kami berempat biasa2 z, Asep tingginya paling 150 dan beratnya 50 kg dia hitam manis dan senyumnya bikin cewe2 gak tahan. Iman tinggi 145 dan berat 45 kg kulitnya putih dan dia paling ganteng diantara kita semua. Didin dia ini perawakannya paling tinggi dan paling besar sehingga dia selalu kebagian angkat2 tapi walaupun begitu dia orangnya ‘penyabar’. Iwan tinggi 148 dan berat 45 kg dia lumayan manis dengan kulit kuning langsatnya dan Iwan ini orangnya paling alim (soleh) karena dia anak Kiai setempat. Sedangkan aq tinggi 150 dan berat 40 kg, kata orang sih senyumku manis dan mataku sayu jadi orang2 suka susah menafsirkan arti pandangan mata aq.
 Hari ini kami berlima sangat sibuk karena besok adalah hari H, atau hari pelaksanaan acara Muludan. Aq, Didin dan Iwan bagian membuat panggung sementara Iman dan Asep bagian dekorasi, membuat tulisan dan hiasan di panggung. Sehabis pulang sekolah mereka membuat hiasan itu dirumah Asep tapi nanti sore mereka kesini. Aq, Didin dan Iwan sehabis pulang sekolah tidak pulang ke rumah dulu tapi langsung membuat panggung di ruangan kelas 1 karena kelas ini lumayan bagus dibanding dengan kelas yang lain.
 “Ryan, tolong kamu luruskan bangku2nya, takutnya ntar yang naek panggung terperosok kalau bangkunya tidak benar2 lurus”. Kata Iwan (maklum MTs kita ada di kampung jadi untuk bikin panggung untuk acara2 besar memakain bangku atau meja belajar lagian jaman dulu belum banyak rental panggung dll) ouwh ea lupa kejadian ini terjadi sekitar 15 tahun yang lalu.
 “Ok bos” jawabku.
 “Din tolong ikatkan bambu ini dengan kuat ea?” perintah Iwan lagi pada Didin.
 “Kamu juga jangan hanya nyuruh ini nyuruh itu doang dung, ikut kerja ke”. Balas Didin kesel, karena emang dari tadi Iwan ini hanya nyuruh kita2 saja, ea sih aq tau law dia ketua seksi tapi tetap harus kerja juga dunx.
 3 jam telah berlalu dan akhirnya panggung beserta kursi2 untuk penonton telah siap, dan kita bertiga pada kelelahan.
 “Aaaaaaaaaaaaakhhhhh ...... capenya”. Kata Iwan sambil merebahkan tubuhnya di lantai.
 “Cape apaan? Dari tadi kamu hanya banyak nyuruh ini nyuruh itu z. Paling hanya cape mulut z” balas Didin.
 “Ea neh. Kamu mah hanya geser bangku dikit2 z”. Balasku sambil duduk di salah satu kursi penonton sementara Didin duduk di tepi panggung sambil ngiaps2in badanya pake buku dan kita bertiga pada buka baju seragam karen keringetan.
 “Hehe ...... ekh Asep dan Iman mana? Qk belum nongol2 juga tu bocah”.
 “Assalamu’alaikum” Suara Asep dan Iman
 “Wa’alaikumsalam”. Jawab kami berbarengan
 “Panjang umur lo berdua, baru z si Iwan nanyain kalian, kangen katanya”. Kata Didin
 “Gila lo din, emangnya gw cowo apaan?” kata Iwan sambil menoyor kepala Didin
 “Hahahahahahaha ......” kami semua tertawa.
 “Ekh sep mana dekorasi buat panggungnya? Sudah beres kan? Lw udah beres kalian pasang dech di panggung aq mw mandi dulu”. Kata Iwan sambil jalan ke kamar mandi sekolah.
 “Ok dech”. Kata Asep dan Iman.
 “Ekh aq pulang dulu ea? Gerah nech mw mandi plus ganti baju, din wan mw nitip apa dari rumah?” kataku sambil ngambil baju seragam plus tas sekolah aq.
 “Aq nitip baju ganti plus makan malam z, kamu minta ke ortu aq di rumah, laper nech” kata Iwan sambil teriak karena sudah agak jauh.
 “Lw kamu din?” tanyaku pada Didin.
 “Sama dech, ekh jangan kelamaan ea? Sudah laper banget tau, si Asep juga kenapa gak bawa makanan?”
 “Sorry bro, lo kan tau gw keluarga miskin. Hehe”. Balas Asep
 “Ok dech, aq pulang duluan ea? Ekh lupa nanti malam kita nginep disini kan?” tanyaku lagi
 “Ea iyalah masa ea iya dong” serempak Asep, Didin dan Iman.
 “Good”. Kataku
 ************
 Malam pun tiba, karena ini ruangan kelas jadi kita semua tidur diatas panggung. Aq kebagian paling pinggir, kemudian Didin, Asep, Iwan dan Iman. Kita tidur hanya memakai sarung yang biasa di pakai buat sholat.
 Saat tengah malam aq tersadar karena aq ngerasa sesak nafas, saat aq buka mata ternyata Didin tengah menindih aq, matanya tertutup tapi anehnya bagian bawah tubuhnya menggesek-gesekan kemaluannya diatas kemaluan aq, sehingga hal ini membuat kemaluan aq jadi tegang, tangan dia juga menggenggam tangan aq sehingga aq tak bisa bergerak untuk melepaskan diri.
 “Ngaphmhmhmhmh.....................” baru z aq mw ngomong, tiba2 Didin mencium mulut aq dengan buasnya, ciuman yang makin dalam dan membuatku melayang.
 Dengan perlahan mata dia membuka, terus tangan kananya disimpan diatas bibirnya memberi tanda untuk diam, padaku.
 “Nikmati saja”. Katany
 Akhirnya aq diam dan menikmati apa yang dia lakukan, dia menurunkan wajahnya dan menghisap puting aq sehingga aq menggigit bibirku sendiri menahan nikmat n geli.
 “Emhphmphmphmph.........” erangan tertahan aq
 Kedua tangan dia menarik celana sekaligus celana dalam aq terus dia juga melepas celana sekalian ma celana dalamnya, sehingga kita sama2 tidak memakai celana, terus dia mengesek2an penis dia dengan penis aq sehingga hal ini memebri kenikmatan tersendiri bagi kami.
 Lalu dia meludahi tangannya dan mengoleskan ludah itu ke penisnya sehingga gesekan penis kita menjadi lebih nikmat.
 Dia mencium bibir aq lagi dengan buasnya.
 “Ekh penis aq jepit ma paha kamu ea? Agar lebih enak..........emphmphmphmphm” katanya sambil berbisik sambil melanjutkan ciumannya.
 “Hemmmmmmmmmmmm.................” aq gak bisa jawab karena dia menutup bibirku dengan bibirnya yang terasa manis,
 Dia terus menggesek2an penisnya diantara paha aq dan tanpa sadar aq juga menikmati hal itu karena penis aq menggesek2perutnya yang lumayan gede, dari kecil aq memang menyukai orang yang cuby, aq juga gak ngerti kenapa, mungkin karena tubuh aq yang kecil jadi suka iri melihat hal yang dimiliki oleh orang lain.
 Didin terus z menggesek2an penis hingga hampir 30 menit dan selama itu pula bibir dia tidak diam, kadang mencium bibir aq kadang pipi, jidat bahkan kuping aq juga tak luput dari jilatanya,
 “Emhmhmhmh...... aq dah mw keluar nech...............akhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
 Jrot......jrot.....jrot.....jrot..... banyak juga air kencing (aq belum mengerti pada saat itu bahwa yang keluar dari penis Didin namanya sperma bukan air kencing) yang keluar dari penisnya sehingga membuat kami jadi basah terutama bagian pantat aq yang langsung berada didepan penisnya. Tak lama kemudian aq juga mengalami hal yang sama
 Jrot.....jrot.....jrot....jrot........ aq tidak mengerti apa yang barusan aq keluarin dan lakuin ma Didin tapi yang pasti hal itu sangat nikmat.
 Lalu Didin kembali tidur disamping aq, dan memakai celananya lagi, aq juga melakukan hal yang sama.
 Ceceran sperma yang ada di sekitar paha, pantat dan perut aq, semuanya aq lap dengan celana dalam aq tapi aq tetap memakainya setelah dipakai lap, karena takut yang tau kalau aq tidak pakai celdam keesokan paginya karena kita biasanya mandi pagi bareng.
 “Aduh gatalnya pantat aq, ikh ikh ikh” kata Iman 5 menit berselang setelah aq selesai memakai celana lagi. (aq gak tau apa Iman tau dengan apa yang aq dan Didin lakukan barusan, sehingga dia menyindir dengan ngomong gitu, tapi aq gak peduli habisnya nikmat sih hehe).
 Dan pada saat acara berlangsung ada satu kejadian lucu di atas panggung, dimana saat pembawa acara naik ke atas panggung dan mau membuka acara, kakinya sedikit terpeleset. Dalam hati aq berkata: “Pasti air kencing semalam belum kering hehe.........”

 ------------ TAMAT ---------

0 komentar:

Posting Komentar