"Az,kamu kok belum berangkat sekolah?" Suara ibu membuyarkan lamunanku." Sudah jam setengah tujuh lewat loh?" tambahnya
"Masa
sih." aku melihat jam tanganku. Hm,biasanya jam segini Nael sudah
stand by di depan rumah. "Ya sudah bu, aku berangkat sekarang ya."
Aku keluar rumah dengan perasaan tidak bersemangat. Tapi, loh Nael ada disana.Berdiri terpaku tepat di pintu gerbang.
"Ayo Az.. udah siang.." Nael bersikap seolah tidak terjadi apa apa.
Aku menghampiri. Kuperhatikan wajahnya,begitu lesu dan tidak bersemangat. Aku tidak bicara apa apa.
"
kami berjalan, hanya berjalan seperti layaknya orang asing, tidak
bicara satu sama lain. Tidak satu katapun terucap, jujur saja aku
males bicara saat ini.Saat tiba di gerbang sekolah. Nael menghentikan
langkahnya. Ada apa dengannya? Akupun menghentikan langkahku dan
menatap wajahnya
"Lupakan kejadian kemarin,” katanya. Pelan pelan dia tersenyum padaku.
Aku terdiam sejenak..dan akhirnya ikut tersenyum juga. Ah... aku suka senyuman anak ini.
“Oh iya , nih undangan pesta ulang tahun Naya." Nael mengeluarkan sebuah kartu undangan dari tasnya dan mneyerahkan kepadaku.
"Owh..
dia ngundang gue ya? " kataku basa-basi.. Ya ampuun ngado apa ya?
pusing aku memikirkannya. Kami kembali berjalan menuju sekolah dengan
perasaan tenang. Tadinya aku mau bertanya, apa dia telah membeli
cincin emas itu? tapi, sudahlah.
***
Sudah
lumayan lama aku nongkrong depan cermin. Ok..! sudah siapkah semuanya?
bajuku sudah rapi, jeansku juga keren, sepatuku? iyalah.. masih baru
kok. parfum ? sudah walaupun tinggal sedikit lagi, terakhir aku lumuri
rambutku dengan gel rambut. Biar tambah keren kubiarkan rambutku acak
acakan. Selesai sudah.
Hasilnya?? Wow,orang tidak menyangka bahwa seorang Diaz bisa sekeren ini..!!
"Diaaazz!" Nah tuh Nael sudah datang.
"Yup, gw keluar sekarang," teriakku.
Aku menyambut si keren Nael."Ok.. gue siap pesta..!" kataku ceria.
Nael memperhatikan penampilanku dari atas sampai bawah."wow keren bener..!" komentarnya.
Aku hanya tersenyum.
"Eh, elu jadinya ngado apa ke Naya? " Akhirnya aku penasaran juga.
"Hm.. gue cuma ngasih dia ini," ujarnya sambil memperlihatkan setangkai mawar putih.
"Hah?? emang dia mau dikasih gituan doang? " tanyaku heran.
"Yee, emang elu ngado apaan? " balas Nael.
Aku cuma tersenyum sambil geleng-geleng kepala. "Tadinya gue mau pinjem duit ke elu buat beli kado".
"Dasaaar...!" Nael tertawa."Ya sudah.. berangkat sekarang ya?"
"Yup," balasku.
Kami
berdua berangkat menuju rumah Naya. Aku senang akhirnya Nael
mngurungkan niatnya untuk membeli cincin emas itu. Memang belum
saatnya, mungkin nanti dia bisa melakukannya.
Kami
sudah tiba di rumah Naya, wow.rumahnya besar sekali. Halaman sangat
luas, dengan beberapa mobil mewah yang terpajang di garasi. beruntung
Naya dilahirkan di keluarga yang sangat berada. Pestanya pasti sangat
meriah, begitu banyak tamu di halaman rumah didalam pasti lebih ramai
lagi.
"Eh, Az.. gue ganteng kan?"tanya Nael
"Yup.. elu keren..." sebuah jawaban dari lubuk hati yang terdalam.
"Thanks," katanya mantap. Dia menghela napas sejenak dan bergegas masuk ke dalam rumah.
Di
dalam kami mencari cari Naya. Dimanakah yang punya pesta? setelah
beberapa saat kami temukan dia tengah mengobrol dengan temannya. Kami
menghampirinya.
"Hi Naya," sapa Nael.
"Hi,
kok kalian lama sekali datangnya? " Naya begitu senang dengan kehadiran
kami, Nael tepatnya. Gadis ini sangat cantik, benar benar seperti
putri.
"Met ulang tahun ya? " Nael menyerahkan sekuntum mawar putih ke Naya.
"Wow, makasih,bagus sekali bunganya" Gadis itu mencium pipi Nael. Aku yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
Kini giliranku yang mengucapkan selamat.."Met ultah ya Naya.." kataku.." Sorry aku gak sempet beli kado" kataku malu malu.
Naya tersenyum.. " Gak apa apa.. kehadiran kalian sudah jadi kado buat ku kok.." katanya manis.
Pestanya
meriah sekali. Pasangan Nael dan Naya memang jadi pusat perhatian,
bagaimana tidak? ketika acara potong kue, Naya malah memberikan kue itu
ke Nael, bukan ke orang tuanya. Kini semua orang tahu kalau mereka
adalah pasangan. Ini bukan pesta Ulang tahun tapi pesta Pertunangan!!!
Sambil
memegang gelas berisi minuman, aku terus perhatikan pasangan itu dari
kejauhan. Cemburu? jelas aku cemburu, karena perasaan ini meraja rela
merasuki hatiku. Aku bingung harus berbuat apa? Apa sebaiknya aku
menjauh saja dari Nael? ahh.. aku tidak sanggup.
"Dia cakep ya?" seorang lelaki disebelahku berkomentar.
Aku menoleh.. Waah.. pemilik suara itu sangat ganteng.
"Iya.." jawabku
"Bukan, maksud gue temen cowok elu itu"
Aku terkejut bukan main.. Apa maksud dia bicara begitu? Aku memandang lelaki itu dengan heran... Apa dia..?
"Udah lah,gue tau elu gay. Gue juga gay kok," katanya santai
Aku terkejut setengah mati, minuman yang aku pegang hampir saja mau jatuh..
"E.. enak aja lu ngomong," kataku kasar dengan nada tinggi.
"Oops sorry, tapi benarkan? "
Aku terdiam.
"Ok. lupain aja.." Pemuda itu bicara beberapa saat kemudian.. "Kenalin aku Eka," dia menjulurkan tangannya.
"Gue Diaz.. " aku memberanikan diri bicara. Dalam hati aku khawatir, benarkah perilaku aku menggambarkan aku seorang Gay?
"Elu pasti teman sekelasnya" Eka membuyarkan lamunanku.
Dari
kejauhan aku melihat Naya melambaikan tangannya padaku."Sorry , Naya
manggil gue tuh," kataku, dengan segera aku meninggalkan lelaki ganteng
tersebut. Aku tidak mengerti bagaimana perasaanku. Aku takut,risih,
gugup, sekaligus senang bertatap muka dengannya. Sudahlah, aku tidak
mau terlibat lebih jauh dengan si Eka itu.
"Diaz.. kamu sudah makan sesuatu?" tanya Naya
"Udahlah, ampe kenyang aku"
"Ya udah, sekarang ajak siapa kek cewek buat diajak dansa," saran Naya
"Kalo aku ajak kamu gimana?" tawarku, aku melirik Nael."Boleh kan gue pinjem sebentar?"
"Ok" Naya mengiyakan
Sambil
berdansa dengan Naya, aku sedikit berbincang dengannya." Eh tadi aku
sempet ngobrol sama temen kamu," kataku membuka percakapan..
"Siapa?" tanya Naya
"Itu si Eka."
"Oh Eka, dia itu temenku waktu SMP , kita sempat bersahabat dulu," cerita Naya.
"Oh.. gitu ya.." Itu saja komentarku.
" Dia anaknya baik, kreatif dan rajin" tambah Naya
"Ohh.."
Aku
memperhatikan Eka dari kejauhan, eh tidak taunya dia juga memperhatikan
aku dari tadi. Aku coba untuk tidak memperdulikannya,tapi,ahh aku
tidak nyaman. Ya ampun..! Kekarang dia melambaikan tangannya padaku,
kurang ajar!! Ini tidak bisa dibiarkan! Setelah selesai berdansa
dengan Naya aku menghampirinya.
"Heh! eElu jangan kurang ajar ya..!! gue bukan seperti yang elu kira!! Gue normal!!" kataku kesal.
Eka hanya tertawa kecil. "Udahlah, maaf kalo elu tersinggung,gue cuma suka aja ama elu." Itu saja reaksinya.
Gila...!! cowok cakep ini suka aku?? atau mungkin dia mau mempermalukan aku saja?
"Elu
berani sekali bilang kayak gitu..!!kita baru kenal 30 menit yang lalu,
tapi elu udah kurang ajar!! pergi lu dari hadapan gua!!" kataku dengan
nada kencang.
Namun
Eka tidak beranjak pergi,akhirnya aku yang pergi meninggalkan lelaki
itu. Aku berfikir keras bagaimana dia tau rahasia aku??
"Diazz...! tunggu." Eka memanggilku dari belakang.
Aku takut berhadapan dengan dia lagi,kupercepat langkahku.
Jengkel
sekali malam ini.Tadinya aku ingin bersenang senang di pesta ini,tapi
semuanya hilang gara gara kehadiran si brengsek Eka itu. Sialan..!
kenapa aku terus memikirkan lelaki itu..!! Ok,tenang. Sebaiknya aku
ambil minuman dingin biar kepalaku ikut dingin.
"Diaz..! " suara seorang lelaki menyapaku.
Kubalikan badanku. Ahh.. lelaki ini lagi.. Jengkeell!!!
"Ah, elu lagi.. ! sorry gue gak mau diganggu.."
"Ok,ini
cuma sebentar kok,"katanya."Maafin gue ya? mungkin gue salah menilai
elu," katanya pelan."Dan gue gak akan ganggu lagi." Setelah itu Eka
meninggalkan aku sendiri.
Hah..? begitu saja ? aku kira dia mau ajak ngobrol sebentar, mulai pikiran gilaku bekerja lagi. dasaarr!!
Aku
tidak mengerti apa yang ada dikepalaku,satu sisi aku kesal dengan
perilakunya tapi satu sisi aku senang bertemu dengannya. Ahh!! gila
benar benar gilaa!!
Jika
kupikir akan menyenangkan bila aku berteman dengan Eka, setidaknya aku
tidak perlu memakai topeng lagi. Dia tahu semuanya tentang aku dan aku
tahu semuanya tentang dia. Memang begitu kan yang dinamakan teman?
Kadang aku bertanya tanya sampai kapan rahasia ini aku pendam sedangkan
perasaanku ke Nael semakin besar. Apa sebaiknya aku menjauh? tapi
bagaimana aku memulainya? aku sudah terlanjur dekat dengannya, masa
pergi begitu saja?
Mungkin
kehadiran Naya akan sangat membantu, toh sekarang sudah
terjadi. Nael semakin dekat dengan Naya dan mungkin aku akan
dilupakan. Yang jadi pertanyaan apakah aku sanggup jalani hidup tanpa
Nael? Itu pertanyaan besar yang tak pernah bisa aku jawab. Aku
sayang dia dan tidak mau meninggalkannya.
Aku
perhatikan Nael dan Naya dari kejauhan, Hm.. mereka memang serasi,
lelakinya ganteng dan perempuannya cantik. Kadang aku iri dengan
kesempurnaan Nael, dia memiliki semuanya yang dapat memikat semua orang
terutama para gadis. Berbeda dengan aku, memang tampangku tidak terlalu
jelek, tapi masalahnya aku tidak mampu menyukai mereka.
Nael menghampiriku,mungkin dia kasihan melihatku dari tadi melamun seorang diri.
"Hallo Man!!, kok bengong aja? elu bilang mau seneng-seneng," Nael merangkul pundakku.
"Gue seneng-seneng kok." Aku berusaha menggoyang goyang badan seolah olah menikmati musiknya
"Elu
cuma berdiri doang." Nael terheran heran."Ayo ajak siapa kek,cewek yang
elu suka. Penampilan elu keren banget, yakin banyak yang mau dansa
sama elu."
Aku cuma tersenyum,elu gak ngerti sih Nael..
Giliran
Naya kini yang menghampiri dengan membawa seorang perempuan kepadaku.
Perempuan itu cantik, kulit putih,rambutnya agak ikal dan badan yang
ideal.
"Eh Diaz.. kenalin temen aku," ujar Naya .
"Oh,boleh,"kataku
"Hi,aku Donna." Gadis itu mengajak salaman,
" Aku Diaz." Aku balas tangannya yang halus itu
Kami
berbincang-bincang tanpa menyadari Nael dan Naya meninggalkan kami
berdua. Mungkin Naya hendak menjodohkan aku dengan Donna, tapi ini
tidak akan pernah berhasil. Donna memang cantik,tapi aku tidak
merasakan apa apa di hati ini. Walaupun begitu Donna adalah teman
bicara yang menyenangkan, obrolanku selalu nyambung dengannya.
Beberapa saat kemudian kuberanikan diri mengajaknya berdansa.
"Dansa yuk? " tawarku
"Boleh.." Donna menyambutnya dengan baik
Saat
berdansa dengannya, aku merasakan seolah olah aku ini lelaki sejati,
sama dengan lelaki lainnya. Sempat kulihat Nael memperhatikanku sambil
mengacungkan jempolnya. Namun, jauh dalam hati aku menangis. Gadis
sedekat ini tidak memberikan rasa di hatiku.
Malam semakin Larut,para tamu pun berangsur pulang. Sepertinya akupun harus pulang.
Kuhampiri Nael untuk mengajaknya pulang.
"Nael.. sudah saatnya kita pulang," bisikku
"Hm.. ok," Jawab Nael setelah berfikir beberapa saat.
Setelah
berpamitan dengan Naya kami meninggalkan rumah mewah ini. Dalam
perjalanan pulang aku terus memikirkan Eka dan Donna, dua orang yang aku
temui di pesta tadi yang membuat aku terkesan.
Ini
pertama kali bertemu dengan seseorang yang senasib denganku sekaligus
mengatakan suka padaku. Kemudian ada lagi seorang gadis cantik yang
seharusnya aku jadikan pacar yang hanya karena kelainanku ini aku malah
mengabaikannya.
"Heh..!" lamunanku terhenti oleh tepukan Nael di bahuku
"Ngelamunin apa nih?" tanyanya
"Ah.. nggak kok"
"Owh..
gue tahu.. elu lagi mikirin si Donna ya? "selidik Nael."Udah tembak aja
langsung," rayu nya . "Lagian tadi Naya bilang, Donna suka elu."
Yah,seandainya aku juga menyukainya Nael...
***
Nael
tidak bisa pulang ke rumah, karena malam sudah sangat larut. Maka dia
memutuskan untuk menginap di rumahku. Rupanya dia kelelahan setelah
beberapa jam bersenang senang di pestanya Naya. Sama aku juga capek,
capek fisik dan juga capek hati.
"Nanti di rumah kita ngapain?" tanyaku
"Ya tidur lah.. gue capek banget az.."
Pertanyaanku bodoh ya?
Akhirnya
kami tiba dirumahku. Lagi lagi aku lupa bawa kunci, terpaksa aku harus
membangunkan ibuku. Ahh sepertinya aku akan kena marah lagi.
Tok ..Tok..
Ibu membuka pintu rumah dengan wajah ngantuknya.
"Kamu gak bawa kunci lagi?"kata ibuku
"Maaf bu.." Itu saja jawabanku
"Ya sudah, masuk !" katanya jengkel
Tiba di kamar Nael langsung membaringkan badannya ke ranjang. " Akhirnya...!!" katanya
Aku
mengganti pakaianku dengan pakaian biasa, lalu menuju kamar mandi untuk
mencuci muka dan mengambil air Wudlu. Sebenarnya aku pun tergoda
untuk langsung terjun ke ranjang, tapi aku belum sholat Isya.
Aku
tidur di sebelah Nael. Sepertinya dia sudah tertidur lelap.
Kuperhatikan wajah indah itu.Wajah itu memancarkan kedamaian, dahinya
nampak berkeringat. Mata indah itu tertutup dengan begitu eloknya, dan
bagian yang aku suka, bibirnya yang merah itu sedikit terbuka. Nael
kenapa kamu begitu manis saat tertidur? Aku lap keringat di dahinya
dengna hati hati. Tiba tiba entah kenapa jantungku berdetak kencang
sekali. Tangan ku bergetar dan gelisah sekali perasaan ini. Kutatap
dalam dalam wajah indah itu. Dengan keberanian luar biasa kudekatkan
wajahku pada wajahnya. Kuberanikan diri untuk mencium bibir indah
itu. Bibirku kini menyentuh bibirnya, untuk beberapa saat aku
menikmatinya.
Tiba tiba Nael mendorongku dengan keras hingga aku terjatuh ke lantai. Ya Allah!!
"Hei!! apa apaan ini??!!!" Teriak Nael.
Kami
terdiam, sementara Nael terus memandangku. Baru kali ini dia
memandangku begini. Dia menatapku dengan jijik seolah olah aku ini
sampah,seperti memandang orang lain. Ahh!! terimalah keadaannya dia
memandangku!!!
Kucoba dekati dia perlahan.. " Nael, dengarkan aku,"kataku pelan
"Jangan
dekati gua! " teriaknya sambil menahanku dengan lengannya. "Elu...!!!
"Nafasnya tidak beraturan.." elu !! sangat hina!!!!" Nael melengkapi
kalimatnya.
Dengan segera Nael keluar dari kamarku
"Nael.. tunggu!!" aku berusaha mengejar dia.
Sementara pemuda itu berlari hingga ke halaman rumah.
Kukejar terus Nael hingga beberapa meter dari halaman rumahku, hingga akhirnya aku berhasil meraih tangannya.
"Nael..! gue jelasin dulu!! " teriakku
Buukk!!!!
Pemuda itu memukul keras pipiku hingga kuterjatuh ke tanah.
"Elu bakal dapat pukulan lebih keras lagi kalo terus ganggu gue..!!" ancamnya
Nael kembali berlari menjauhiku. Bisa aku bayangkan dia berlari ketakutan karena aku.
Ahh.. Nael!! ini tidak seperti yang kuharapkan. Sialan!!! kenapa harus terjadi!!!
Aku
berjalan kembali menuju rumah dengan perasaan sakit. Pukulan di
pipiku tidak terasa sama sekali, tapi pukulan batinku benar benar
terasa.. sakit sekali!. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
Apa aku bisa menghadapi hari esok?
Tiba
di rumah aku aku mengambil es batu lalu kubungkus dengan sapu tangan.
Aku kompres luka pukulan tadi, siapa tahu bengkaknya akan
berkurang. Aku tidak percaya ini terjadi. Kulemparkan gelas yang ada
tepat di depanku.
Praaangg!!!!!
Aku terdiam... tidak puas rasanya dengan hanya melemparkan gelas itu, perlu sesuatu yang besar untuk meluapkan amarahku ini.
Aku
tidak bisa berbuat apa apa. Saat ini aku hanya bisa kembali ke kamar,
mengompres pipiku dan mencoba menyadari kejadian barusan adalah nyata.
Di
ranjang aku terdiam lama sekali, cukup lama tanpa aku sadari Adzan
Subuh berkumandang. Tak kusangka malam ini aku tidak tidur . kepala
ini terlalu sibuk memikirkan 5 jam yang lalu daripada hanya sekedar
tidur.
Aku
beranjak dari ranjang lalu menuju kamar mandi untuk ambil air Wudlu.
Saat kubasuh air ke wajahku , aku merasa membasuh fikiranku menjadi
lebih tenang. Mungkin setelah Sholat Shubuh nanti aku kembali bisa
berfikir dengan jernih.
Sholat
Shubuh telah aku tunaikan. Aku berdoa minta ampun kepada Allah atas
semua dosaku, karena dosa ini aku mendapatkan ganjaran yang luar
biasa. Kubersujud diatas sajadah sambil berharap Allah mendengar
rintihan hati ini dan mengulurkan kasih sayang-Nya untuk membawa jauh
kepedihan ini. Aku tidak kuat menanggungnya ya Allah...
0 komentar:
Posting Komentar