Dia

Dirgantara putra 18.49 |

Sentuhan hangat sang mentari yang memecah titik embun di dedaunan
Dipadukan hembusan udara yang semilir bersama merdunya gemiricik air
sungai dan kicauan burung cermai
Semuanya tercipta tuk menyambut awal pagiku
Sungguh lukisan tanganMu tiada duanya, tiada tandingannya
Teramat beruntungnya aku bisa menikmati semua itu
Namun semua itu dulu, sebelum sekarang
Dan kini semuanya hanyalah kenangan
Kenangan yang mungkin tak bisa kujumpai lagi. Fikirku…
Hari-hariku kini bagai warna tersuram yang pernah ada, tergelap,
terhina
Hanya bisa terbaring lemah tak berdaya, di negeri orang pula
Menunggu kapan Dia akan memanggilku
Tak seperti dulu, kini aku muak dengan Dia
Dia yang selalu di puji-puji orang banyak seakan telah menghancurkan
semua angan dan impianku, yang bisa ku gapai hanya dalam jengkalan
tangan. Fikirku…
Aku bosan
Aku jenuh
Aku geram
Lelah dengan semua yang kujalani sekarang
Ingin rasanya kuhentikan detak jantungku
Agar semuanya kembali normal seperti semula. Fikirku…

0 komentar:

Posting Komentar