UNYU
Kau suka ladang bawang saat pagi dan petang
Kau suka daun-daun bulat panjangnya yang tidak bertepi
Itu dua hal yang kau suka tentang bawang
Kau belum tahu,
Aku suka saat kau menelusuri daun bawang mencari ulat waktu pagi
Aku suka sosokmu yang kumal saat menyirami petak bawang waktu petang
Itu dua hal yang aku suka tentangmu dan bawang
Aku kerap iri dengan ulat-ulat daun bawang
Yang mendapatkan begitu besar perhatianmu di waktu pagi
Meski pada akhirnya kau akan menjepitnya hingga mati dengan ibu jari dan telunjukmu
Tampak seperti pengorbanan mereka bagi mendapatkan perhatianmu dan kontakmu
Aku sering berpikir,
Untuk mendapatkan rasa sukamu, mungkin aku harus jadi bawang terlebih dahulu
Tumbuh dengan daun menunjuk langit di tanahmu yang makmur
Berdoa agar ulat-ulat melengketiku sepanjang hari agar tanganmu menelusuri daunku sepanjang waktu
Pikiran gila…
Kau suka ladang bawang saat pagi dan petang
Aku akan berada di ladang bawang dari petang hingga ke petang
Kau suka daun-daun tak bertepi pokok bawang
Aku benci diriku yang tidak lebih menarik buatmu ketimbang ladang bawang
Kau hanya melewatiku begitu saja, begitu saja
Aku kaku di tempatku melihatmu untuk selintas
Hingga akhirnya aku bertanya,
Apakah kau akan memerhatikan sesuatu yang merusak pokok bawangmu?
Aku ingin menari-nari bila mampu
Berteriak-teriak sambil mengacungkan tangan ke udara andai bisa
Berdendang girang meski sumbang jika masih kurang
Tak perlu jadi bawang untuk mendapatkan kontakmu
Tak harus jadi ulat untuk memonopoli perhatianmu
Cukup bersahabat dengan angin dan memohon
Agar ia berpura-pura marah waktu kau tak ada
Seperti semalam
‘Ah, harusnya aku lebih sering memeriksamu…’
Sungguh, aku ingin menangis bahagia saat kau berkata demikian
Akhirnya kudapatkan perhatianmu
Kudapatkan kontakmu
Aku tak peduli pada pokok-pokok bawangmu yang berpatahan tertimpa diriku
Aku terlalu senang mendapati diriku di kedua tanganmu
Tak peduli dimanapun kau mempancangkanku sekarang
Aku gembira
Bajuku berganti wujud
Sekarang kaus gambar anak bebek di dada yang bernoda di kedua bahu
Lebih baik dari kemeja tipis robek di punggung yang kemarin
Celanaku bersalin rupa
Sekarang denim kusam dan robek panjang di paha hingga lutut
Lebih gaya dari sarung keriting yang kemarin
bahkan aku punya topi, topi lusuhmu yang dulu
Lebih keren dari caping reot jelek yang kemarin
Kau juga mengalungiku dengan tali serat, liontinnya simpul mati
Aku suka kalung tali seratku
‘Lihat dirimu, kau jadi unyu…’
Aku tak tahu apa maksudmu
Tapi dengan senyum lebar di wajahmu yang keras
Yang memamerkan deretan gigimu yang rapi dari kiri hingga ke kanan
Aku tahu itu berarti kau menyukai
Hebatnya,
Sekarang kau menempatkanku di tempat yang strategis
Dari sini, aku bisa melihatmu di segala penjuru ladang bawang
Bahkan ke dalam dangau reot tempat kau biasa melepas baju mengipasi diri saat penat
Dari tempatku yang sekarang, aku bisa melihat otot-ototmu
Aku gembira
Har-hari esoknya
Aku ingin tertawa senang setiap kali kau memeriksaku
Meski sekadar menguatkan kayu pancangku
Atau memperbaiki letak topiku
‘Aku tak mau kau terbang ke pokok bawang lagi…’
Meski terdengar kau lebih mengkhawatirkan bawangmu ketimbang diriku,
Tapi aku bahagia kini kau memerhatikanku
Berharganya ladang bawangmu telah merubah warna hariku yang dulu dimuramkan iri
Cukup dengan sekali terkapar di atas daun-daun tak bertepi itu
Dan sim salabim…
Hidupku berubah
Ya, hidupku berubah
Dari orang-orangan ladang bawang yang kuyu
Menjadi orang-orangan ladang bawang yang unyu,
Seperti katamu…
________________________________________________________________
0 komentar:
Posting Komentar