KISAH
RAMA Part 02
Orang-orang miskin di jalan masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya menyuapi putra-putramu.
Perempuan-perempuan bunga raya menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan. Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka tak bisa kamu biarkan. Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
(WS Rendra)
......Sambungan part I
jam istirahat yang datang, aku cuma duduk saja di dalam
kelas, mau ke kantin rasanya malas Perutku belum lapar Teman teman sekelasku
sudah pada berhamburan keluar, sejak bell berbunyi Tadi Irwan sudah mengajak
aku ke kantin, tapi aku tolak dengan halus Aku bilang, aku sudah sarapan tadi
sebelum ke sekolah
Aku sempat melihat, sebelum semua
teman teman keluar, rian bersama vendi bersama sama dengan teman teman satu
geng dengan vendi, yang semua terdiri dari anak anak orang berada, mereka anak
anak gaul, pakaian bagus, sepatu selalu baru, tas pun bermerek Aku tahu, tak
salah lagi, pasti rian akan bergabung dengan geng anak yang satu level.
Sejak dari kelas satu dulu, di sekolah ini sudah ada pengkotak kotakan pergaulan Anak anak yang berasal dari keluarga mampu, lumrah bergaul dengan sesama anak anak mampu Walau mungkin terjadi tanpa sengaja Tak urung aku merasa minder juga Aku tak berani untuk bergabung, walaupun dalam kelas, mereka juga menegur aku, tapi untuk bersahabat lebih dekat, sepertinya tak mungkin Yang aku tahu ada sekitar belasan anak anak dari kelas IXA a sampai IX H yang setiap hari selalu nongkrong sama sama Ke kantin bersama sama Bahasan mereka tak jauh dari komik, film, mobil, bahkan ada beberapa dari mereka yang sudah punya motor modifan sendiri, walaupun sekolah ini melarang anak anak muridnya membawa motor ke sekolah . Itu tak menyurutkan mereka Masih saja Mereka membawa motor ke sekolah walaupun motor itu di titipkan dirumah teman yang ada di depan sekolah kami.
Disekolah ini aku cuma berteman akrab dengan Irwan saja, dan beberapa murid kelas lain yang aku merasa nyaman dan tidak merasa kecil bila bergaul dengan mereka Aku lebih senang berteman dengan yang keadaanya tak jauh berbeda dari keluargaku . Aku mengambil sebuah buku tipis yang sengaja aku beli untuk aku gambar . Aku suka sekali menggambar, kadang aku bikin komik yang aku baca sendiri, aku sering membaca komik bergambar . Dalam benakku selalu tertuang ide ide yang aku salurkan diatas buku ini . Satu satunya yang aku beri untuk membacanya cuma Irwan . Ia selalu memberikan support padaku, memuji dan mengkritik kekurangan dan kelebihan dari setiap goresan goresan pensil di buku ini
Aku memegang pensil 2b yang biasa aku pakai Kemudian aku
menggores sketsa, sebuah wajah yang entah kenapa setelah selesai, mirip sekali
dengan rian
“Rama Ke perpus yuk!” Teriak Irwan yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan kelas, ia berjalan menghampiriku
Cepat cepat aku tutup buku gambarku, kemudian aku sembunyikan didalam laci
“tumben ke perpus, memangnya kamu mau nyari buku apa wan?” Tanyaku sambil berdiri Irwan duduk diatas meja, di tangannya memegang dua bungkus keripik singkong pedas
“nihkeripik, satu untuk kamu, tadi aku beli di kantin bu norma” Irwan meletakkan sebungkus keripik diatas meja tepat didepanku
“makasih wan” Aku mengambil keripik itu, membuka bungkusnya dengan mulutku, kemudian aku ambil sepotong
“enak ya Pedasnya pas” Irwan mengunyah keripik pedas didalam mulutnya
“iya Berapa satu bungkusnya wan?” Tanyaku sambil mengunyah keripik pedas ini
“cuma seribu rupiah”
“eh sebentar lagi bell bunyi, sepertinya kita belum bisa ke perpus sekarang Gimana kalau istirahat kedua aja ya” Usulku pada Irwan sambil melirik jam tangan yang ia pakai di pergelangan kirinya
“terserah Tapi nanti kamu ingatkan aku ya Aku mau pinjam buku tentang burung, buku ensiklopedia bergambar itu Kemarin aku sempat lihat, bagus bagus gambarnya Kayak tiga dimensi gitu” Irwan menerangkan padaku
“Rama Ke perpus yuk!” Teriak Irwan yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan kelas, ia berjalan menghampiriku
Cepat cepat aku tutup buku gambarku, kemudian aku sembunyikan didalam laci
“tumben ke perpus, memangnya kamu mau nyari buku apa wan?” Tanyaku sambil berdiri Irwan duduk diatas meja, di tangannya memegang dua bungkus keripik singkong pedas
“nihkeripik, satu untuk kamu, tadi aku beli di kantin bu norma” Irwan meletakkan sebungkus keripik diatas meja tepat didepanku
“makasih wan” Aku mengambil keripik itu, membuka bungkusnya dengan mulutku, kemudian aku ambil sepotong
“enak ya Pedasnya pas” Irwan mengunyah keripik pedas didalam mulutnya
“iya Berapa satu bungkusnya wan?” Tanyaku sambil mengunyah keripik pedas ini
“cuma seribu rupiah”
“eh sebentar lagi bell bunyi, sepertinya kita belum bisa ke perpus sekarang Gimana kalau istirahat kedua aja ya” Usulku pada Irwan sambil melirik jam tangan yang ia pakai di pergelangan kirinya
“terserah Tapi nanti kamu ingatkan aku ya Aku mau pinjam buku tentang burung, buku ensiklopedia bergambar itu Kemarin aku sempat lihat, bagus bagus gambarnya Kayak tiga dimensi gitu” Irwan menerangkan padaku
Aku cuma mengangguk, sementara mataku menangkap dari balik jendela, sesosok tubuh sedang berjalan menuju kelas Bersama dengan vendi, faisal dan tedi . Rian Ia sedang tertawa tawa, bercanda dengan teman teman barunya . Nampanya mereka sudah akrab . Memang murid cowok cepat akrab dan mencari teman
Rian memasuki kelas, aku pura pura sibuk bicara dengan Irwan . Sesekali aku melirik kearahnya Aku lihat ia sudah duduk di bangkunya . Ditangannya juga memegang sebungkus keripik pedas, sama seperti yang aku pegang .Ia sepertinya tidak menyadari ada aku dan Irwan di dalam kelas bersama mereka .Rian sibuk bercanda dengan vendi
Bell tanda masuk berbunyi Teman teman sekelasku kembali ke kelas Satu persatu sehingga semua bangku kembali terisi Sepanjang pelajaran sejarah, aku mencoba untuk fokus pada penjelasan pak herman Tentang revolusi perancis dan penyerangan benteng penjara bastilles
Rian tampak begitu serius, wajahnya yang tampan itu sedikit berkerut saat mendengar istilah istilah dalam bahasa perancis seperti “coup de etat” “guillotine” “l’etat ces’t moi” Aku menahan dorongan untuk meniru gayanya mengerutkan alis Sungguh aku suka sekali melihatnya
+++++++++++++++++++
pulang ke rumah, aku langsung cuci muka dengan sabun mandi . Dinginnya air dari gayung membuat wajahku yang tadi panas terkena sinar matahari menjadi segar . Waktu aku keluar dari kamar mandi, emak sedang berada di dapur, mengadon tepung beras untuk membuat kue apem
“makan dulu Rama, tadi emak masak sayur asem dan goreng cumi, baju sekolahnya ganti dulu!” Emak menghentikan sejenak mengadon kue, melihatku yang sedang mengeringkan muka dengan handuk
“iya mak Yuk yanti mana mak Belum pulang sekolah ya?” Tanyaku sambil menggantung handuk di gantungan tali plastik di bagian luar kamar mandi
“belum nak, katanya ada les tambahan, mungkin pulangnya agak sore”
“kalau gitu nanti Rama bisa ngambil kue di warung, takutnya yuk yanti pulangnya terlalu sore”
“iya Tapi makan dulu, emak sengaja beli cumi cuma buat kamu Habis mau beli banyak tadi uangnya nggak cukup Cepatlah makan, nanti yuk tina keburu pulang, kalau ia lihat kamu makan cumi dan dia tidak , bisa bisa dia marah sama emak” Tukas emak kembali melanjutkan mengadon kue
Aku jadi terharu, emak selalu lebih perhatian padaku, walaupun harus membagi uang yang benar benar pas pasan, emak selalu berusaha untuk menyenangkan aku Terkadang aku sudah melarang emak, namun percuma saja . Aku kasihan sekali melihat emak harus bercucuran keringat, membuat kue untuk dijual, emak kurang istirahat .Pagi pagi buta ia sudah bangun, menggoreng pisang, talas, dan onde onde
Kalau Siang emak membuat kue apem dan mengukusnya .Malam, merebus ketan lalu membungkusnya dengan daun pisang untuk dijadikan kue lemper. Belum lagi harus berbelanja dan memasak
Aku sering tidak tega melihat emak terlalu memforsir
tenaganya Aku harus belajar keras, aku harus pintar agar nantinya aku bisa
merubah kehidupan kami Aku ingin sekali bisa membuat emak bahagia, aku ingin
membelikan emak kain sutera, perhiasan yang bagus, memperbaiki rumah yang
terbuat dari papan ini Atap seng nya sudah banyak yang bocor Terkadang aku harus
memanjat untuk menambalnya dengan styrofoam yang dituang bensin hingga menjadi
lumat Pernah aku bertanya pada emak, kenapa anting saja ia tak punya . Emak
cuma tersenyum sambil membelai kepalaku
“emak sudah tua, tak perlu lagi pakai perhiasan Kan emak sudah punya perhiasan yang lebih berharga, yaitu kalian anak anak emak Kebutuhan kalian masih banyak, kalian harus sekolah Emak tak mau kalau emak pakai perhiasan tapi anak anak emak jadi terbengkalai Itu sama saja emak tak amanah Tak bisa menjaga anak anak emak” Begitu jawab emakku sambil tersenyum
“perhiasan di dunia ini hanya akan membuat kita menjadi orang orang yang tamak, manusia tak ada puasnya nak, yang penting perbanyak amal ibadah, insyaAllah kita akan mendapatkan perhiasan yang lebih indah di akhirat nanti Itu yang paling penting Dunia ini cuma sementara, yang kekal itu yang harus kita kejar” Selalu demikian nasehatnya padaku
“emak sudah tua, tak perlu lagi pakai perhiasan Kan emak sudah punya perhiasan yang lebih berharga, yaitu kalian anak anak emak Kebutuhan kalian masih banyak, kalian harus sekolah Emak tak mau kalau emak pakai perhiasan tapi anak anak emak jadi terbengkalai Itu sama saja emak tak amanah Tak bisa menjaga anak anak emak” Begitu jawab emakku sambil tersenyum
“perhiasan di dunia ini hanya akan membuat kita menjadi orang orang yang tamak, manusia tak ada puasnya nak, yang penting perbanyak amal ibadah, insyaAllah kita akan mendapatkan perhiasan yang lebih indah di akhirat nanti Itu yang paling penting Dunia ini cuma sementara, yang kekal itu yang harus kita kejar” Selalu demikian nasehatnya padaku
Emak memang luar biasa, ia tak pernah mengeluh Walaupun kesulitan, tak pernah ia tunjukkan kepada kami . Cuma kami bisa merasakan kalau hati emak sedang susah .Aku selalu berusaha jangan sampai membuat emak sedih . Selama ini emak selalu bangga dengan nilai nilai yang aku dapat di sekolah
Ia selalu mengatakan kalau aku akan menjadi orang yang berhasil Emak selalu memberikan semangat kepadaku agar tak mudah menyerah ataupun menyesali keadaan kami yang terlalu bersahaja
Selesai makan, aku langsung ke toko Memakai sepeda mini milik yuk tina Aku mengambil kue kue yang kami titipkan di beberapa toko yang ada di daerah tempat tinggalku Aku berkeliling dengan kantong plastik berisi wadah tempat kue yang sudah kosong tergantung di kiri kanan setang sepeda Aku melewati depan rumah rian
Pintu rumahnya tertutup, mungkin
rian sedang tidur siang . Dalam kamusku tak ada istilah tidur siang
Sayang rasanya waktu yang seharusnya aku pergunakan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat, dihabiskan dengan tidur siang Aku lebih memilih membuat pekerjaan rumah, atau membaca buku, soalnya kalau malam, bersama kedua kakak perempuanku dan emak, kami menyusun kue kue basah ke wadah untuk besok diantar lagi ke took Aku perlambat mengayuh sepeda . Aku pandangi rumah rian, rumah sebesar itu pasti banyak sekali alat alat yang bagus bagus . Di depan rumahnya ada tiang basket
Aku senang main basket, tapi aku tidak terpilih jadi tim basket sekolah, karena aku tak mampu membeli sepatu dan baju basket yang mahal itu.
Sayang rasanya waktu yang seharusnya aku pergunakan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat, dihabiskan dengan tidur siang Aku lebih memilih membuat pekerjaan rumah, atau membaca buku, soalnya kalau malam, bersama kedua kakak perempuanku dan emak, kami menyusun kue kue basah ke wadah untuk besok diantar lagi ke took Aku perlambat mengayuh sepeda . Aku pandangi rumah rian, rumah sebesar itu pasti banyak sekali alat alat yang bagus bagus . Di depan rumahnya ada tiang basket
Aku senang main basket, tapi aku tidak terpilih jadi tim basket sekolah, karena aku tak mampu membeli sepatu dan baju basket yang mahal itu.
Tapi tak apa apalah Aku juga tak punya cita cita untuk jadi pemain basket . Masih banyak hal yang berharga yang bisa aku lakukan .Lagian basket tidak mengubah dunia menjadi lebih baik
Itu cuma sekedar hiburan saja .Aku masih bisa mencari olahraga lain yang lebih murah dan terjangkau yang sama sama menghibur. Karena mataku tidak terfokus di jalan, tanpa sengaja aku menabrak seekor anak kucing Aku kaget sekali, sepedaku langsung oleng, aku cepat cepat menjaga keseimbangan
Aku tekan rem, kemudian berhenti Aku turun dari sepeda dengan gemetar, melihat kucing yang terkapar dijalan membuat aku merasa bersalah
Aku berjongkok mengamati anak kucing yang masih kecil itu, nafasnya tersengal sengal menahan sakit Cepat cepat aku pungut dan masukkan ke dalam keranjang sepeda yang ada di depan Aku kayuh sepeda kencang kencang menuju ke rumah Sepanjang jalan aku berdoa jangan sampai anak kucing ini mati
Aku takut sekali Aku menyesal telah ceroboh hingga menyebabkan anak kucing ini menderita
+++
sampai dirumah aku langsung menaruh sepeda di halaman belakang, lalu aku angkat kucing kecil itu dari dalam keranjang Terburu buru aku masuk ke dalam rumah, menuang air minum kedalam tatakan gelas, Kemudian aku teteskan ke dalam mulut anak kucing Tak ada reaksi, nafasnya pun sudah mulai lemah Aku tak menyerah, aku buka mulutnya pelan pelan dengan jari, lalu aku teteskan lagi air minum hangat sedikit demi sedikit
Aku tunggu hingga tertelan oleh anak kucing ini Setelah habis dalam mulutnya, aku teteskan kembali
Demikian berulang ulang Aku baringkan lagi anak kucing ini, aku ambil kain baju yang sudah tak terpakai
Aku masukkan ke dalam kotak bekas sepatu Lalu aku tidurkan kucing kedalamnya Kucing ini sebenarnya bagus, bulunya lebat, warna oranye seperti kulit jeruk satsuma, ekornya panjang melebihi panjang tubuhnya.
Cuma sayang agak kurus dan kurang terawatt Aku yakin kucing ini tak ada pemiliknya Bulunya juga agak kusam karena debu Untunglah waktu aku tabrak tadi tidak luka Aku terus mengamati hingga akhirnya kucing itu tertidur Aku angkat kotaknya, aku bawa kekamar dan aku masukan ke kolong tempat tidur
Aku pergi ke dapur menemui emak sambil membawa plastik plastik berisi tempat kue yang sudah kosong
“mak Semua kue sudah aku ambil dari toko, semuanya sudah habis” Emak menaruh kue apem dari loyang ke dalam kukusan diatas kompor Lalu menghampiriku
“alhamdulillah Beberapa hari ini selalu habis Kalau begini terus, kita bisa menabung untuk membelikan sepatu baru buat kamu”
“sepatu Rama kan belum robek mak” Jawabku sambil memberikan uang kue itu
“iya, tapi kamu butuh sepatu cadangan, supaya kalau robek tidak kelabakan Kalau ada dua kan kamu bisa ganti ganti, jadi lebih awet” Tukas emak, kemudian ia duduk di kursi makan kayu peninggalan almarhum ayah Kursi dan meja makan itu dulu ayah membuatnya sendiri Emak menghitung uang yang aku berikan tadi Wajahnya berbinar binar
“mak ada nyimpan ikan asin nggak?” Tanyaku takut takut
Emak menatapku sedikit heran
“untuk apa nak Kamu lagi pengen makan ikan asin ya Ada sih, tapi belum di goreng Nanti kalau sudah selesai bikin kue, emak goreng buat kamu”
“terimakasih ya mak Ikannya di mana, biar Rama goreng sendiri, Rama kan lagi santai juga”
“bener nih mau goreng sendiri, nggak takut keciprat minyak goreng panas?” Tanya emak kurang yakin
“ya iyalah mak Masak Rama nggak bisa goreng ikan asin Mak ini ada ada saja Mana ikan asin nya mak?”
Aku tertawa mendengar kata kata emak Sebenarnya aku mau memberi makan kucing malang yang baru aku tabrak tadi . Aku tak tega melihat tubuhnya yang kurus
“tuh di gantung di dinding, dalam plastik krese warna hitam yang ada di rak bumbu” Tunjuk emak ke arah dinding yang ia maksudkan
Aku menyalakan kompor yang
satunya lagi, kemudian memanaskan minyak goreng dalam wajan berukuran sedang . Lalu
aku ambil ikan asin dalam plastik yang digantung di dinding, aku masukkan ke
dalam minya panas . bau harum ikan asin langsung memenuhi dapur yang sempit
ini, setelah matang aku angkat .Emak sedang ke halaman belakang, mengambil daun
pisang yang sengaja ditanam disana.
Sambil melihat lihat keluar, aku mengambil mangkuk kecil tempat air kobokan, aku isi dengan nasi sedikit, lalu aku campur dengan ikan asin hingga rata Aku bawa kekamar Aku berjongkok mengambil kotak dalam kolong ranjang, ternyata kucing kecil itu masih tidur, aku letakkan mangkuk ke dalam kotak kemudian aku taruh lagi kotak itu dibawah kolong Aku kembali ke dapur untuk mencuci tangan Emak sedang meraut daun pisang untuk membuang tulangnya yang keras
“sudah selesai makannya nak, kok cepat sekali?” Tanya emak dengan heran
“biasalah mak, kalau lagi kepengen, jadi makannya cepat cepat” Aku berdalih
“mak, Rama mau main dulu ya Nggak lama kok, cuma cari angin sebentar” Aku minta ijin sama emak
“main saja Rama, kalau ketemu yuk tina dijalan, kamu suruh pulang ya, bilang emak minta tolong piring piring kotor yang dibelakang belum dicuci, nanti keburu ayam ayam tetangga yang mencucinya”
Kata emak sambil membakar daun pisang diatas bara, supaya layu Jadi kalau digulung tidak bakalan pecah
“ih Emak bisa aja Masak ayam bisa cuci piring sih” Aku tertawa geli mendengar kata kata emak tadi
“tuh Dengar aja bunyinya Prang Prong Dibelakang itu, pasti ayam ayam sedang cuci piring, cuma kalau ayam yang nyuci dijamin bakalan banyak yang pecah nggak karuan Sudah sana buruan kamu susul dulu yuk tina Sebelum piring piring itu pecah diserbu ayam”
“oke mak Rama pergi dulu” Teriakku sambil berlari keluar
Biasanya yuk tina nggak jauh jauh, paling cuma kerumah sari teman sekolahnya .Rumah sari nggak jauh dari rumahku, paling cuma berjarak delapan rumah . Benar dugaanku, yuk tina memang berada dirumah sari, ia sedang main biji saga
“yuk Ayuk tina Dipanggil emak, disuruh pulang cuci piring tuh!!!” Teriakku dari depan rumah sari
Yuk tina yang sedang asik main saga langsung menoleh melihatku, matanya agak melotot, mungkin ia malu
“iyaiyanggak usah teriak teriak napa?” Jawabnya sedikit kesal
Aku nyengir lalu berlalu dari rumah sari sambil menahan ketawa Biarin aja dia malu sama teman temannya, kebiasaan, tugas belum selesai udah kelayapan
++++
aku berjalan kaki menuju ke rumah angga, teman sekolahku waktu aku masih sekolah dasar dulu Biasanya jam segini angga sibuk dengan ayam ayam peliharaannya . Aku memasuki pekarangan rumahnya yang dipagari tanaman bonsai, yang buahnya seperti setangkai anggur tapi berwarna kuning
Aku langsung saja berjalan melewati samping rumahnya, menuju ke halaman belakang, dimana kandang ayam angga berada Benar saja dugaanku, angga sedang berdiri menaburkan jagung ke tanah Aku hampiri dia pelan pelan
“DORR”
“eh Monyotmonyoteh monyot”
“hahahahahaha”
Aku tertawa ngakak melihat angga yang latah karena kaget
“sialan lo Rama Bikin jantung gue mau lepas aja”
“kayak nenek nenek jaman dulu aja pake latah segala” Kataku sambil mengambil segenggam jagung, lalu aku taburkan ke tanah
Ayam ayam langsung mematuknya Angga menggantung plastik berisi jagung ke dinding kandang ayam Kemudian mengajak aku berteduh dibawah pohon jambu Ada bangku panjang tanpa sandaran dari kayu
Aku mengikuti angga duduk dibangku itu
“kamu mau ngopi nggak?” Tanya angga
“boleh Kalau nggak ngerepotin”
“oke tunggu sebentar”
“jangan lama lama Ntar aku pulang”
“iya Sabar sedikit” Angga cemberut
“buruan” aku sengaja menggoda angga,
soalnya anak ini sangat lucu,
mudah kaget, sedikit agak kecewek cewekan Tapi anaknya sangat kocak dan membuat
aku terhibur, dia rajin Suka membantu ibunya membereskan rumah, angga juga
sering jualan, tapi bukan kue, ia jual jambu yang ditusuk dengan lidi kelapa,
nangka, kadang kadang jual buah rumbia, aku merasa cocok berteman dengannya Aku
tak mengerti kenapa teman teman yang lain seperti menjaga jarak dengan angga Sering
mereka mengata ngatai angga dengan sebutan yang menyakitkan hati “bencoong” bagaimanapun
angga, apapun keadaan dia, aku tak pernah ikut ikutan mengatai dia bencoong.
+++++
Sambil menunggu angga membuat kopi, aku memanjat pohon jambu air yang lagi berbuah lebat, jambu berwarna merah ranum membuat air liurku terbit Aku memanjat dan meniti dari dahan ke dahan Jambu jambu yang bergelantungan aku petik satu persatu lalu aku masukkan ke dalam bajuku hingga perutku terlihat lebih gendut
Setelah terasa berat, aku turun . Sampai di tanah, aku mengeluarkan jambu jambu dari dalam bajuku
Angga kembali dengan membawa dua gelas kopi, ia letakkan diatas bangku Kemudian menghampiriku
“eh maling ya” Celetuk angga sambil nyengir Kemudian jongkok mengambil sebuah jambu yang agak besar lalu memakannya
“hehehe sori, aku minta jambunya ya Boleh kan”
“huh sama aja bohong, udah dipetik baru minta Emangnya boleh gitu”
“ya boleh dong, kan dirumah kamu juga”
“dasar!!” Ujar angga sambil melempar pipiku dengan biji jambu
“aduh sialan Pelit amat kamu Baru minta jambu aja udah sewot”
“siapa juga yang sewot Kamu ambil semua juga aku ridho seridho ridhonyahehe”
“kalau ridho kenapa ngelempar aku tadi” Aku mengusap pipiku yang basah kena biji jambu air
“kan cuma becanda” Balas angga sambil berdiri lalu duduk ke bangku
Aku meletakan semua jambu keatas bangku Lalu aku duduk disamping angga
“eh ngga, tadi aku nabrak anak kucing”
“gila lo Rama Mati nggak kucingnya?”
“belum tau, tadi aku sembunyiin dibawah kolong Aku takut kalau sampai anak kucing itu mati”
“awas loh kalau sampai mati, ntar kamu kena sial”
“itulah yang aku takutkan”
“waktu kamu tinggal tadi gimana keadaannya?” Angga ingin tahu
“kucing itu sedang tidur Aku sudah kasih minum banyak banyak Aku juga udah ninggalin semangkuk nasi dengan ikan asin didekatnya” Aku menjelaskan
“ayo kerumahmu Kita lihat kucing itu Jangan jangan sekarang ia sudah mati”
Kata kata angga membuat aku jadi gemetar Aku tak berani membayangkan kucing kecil itu mati gara gara aku Aku berdiri kemudian meminum kopi yang tadi dibikin angga dengan terburu buru
“ayo kerumahku sekarang Cepetan!!” Aku menarik tangan angga, rasanya aku benar benar cemas sekarang Angga cepat cepat berdiri lalu meminum kopinya sampai habis
“ayo Makin cepat makin baik Eh Jambu jambu ini gimana Sayang kalau nggak dimakan, nanti aku dimarahi emak” Kata angga sambil memandangi tumpukan buah jambu diatas bangku
“kamu punya kantong plastik nggak Aku bawa pulang aja”
“ada Tunggu sebentar ya” Kata angga sambil berlari masuk ke dalam rumahnya
Tak lama kemudian ia keluar dengan membawa kantong plastik kosong, aku langsung meraup jambu jambu itu lalu memasukkan kedalam kantong plastic Angga membantuku Setelah itu aku dan angga berjalan cepat cepat menuju kerumahku.
++++
“masuk ngga Langsung aja ke kamarku” Aku membuka pintu kamar, kemudian masuk kedalam
Angga mengikutiku dari belakang
“tutup pintunya Nanti ketahuan sama emakku” Angga menuruti perintahku, langsung menutup pintu kamar
Aku merunduk ke bawah kolong tempat tidur, menarik kontak sepatu berisi anak kucing Tapi kok ringan sekali, tidak seperti tadi Ketika kotak sudah aku pegang Aku hanya bisa menatap isinya dengan terpana
Kucing itu sudah tidak ada lagi
“loh Mana kucingnya Rama?” Tanya angga agak heran
“tadi masih di kotak ngga Kemana perginya kucing itu, berarti tidak mati dong, Lihat aja, nasinya yang aku taruh disini sudah habis!!” Ujarku senang sambil berdiri
“kemana ya anak kucing itu Kok bisa lari dari kotak ini?”
“pasti nggak jauh Rama, masih disekitar sekitar sini, kalau menurut aku sih”
“tolong aku bantu cari Takutnya anak kucing itu kabur, kasihan kalau dijalan bisa bisa kena tabrak lagi, kucing itu kan belum sehat betul” Aku mendesah dengan prihatin
Aku memeriksa lemari, kolong tempat tidur, dibawah lemari, namun tidak ada Entah kemana anak kucing itu, Angga ikut mencari, bahkan ia sempat sempatnya mengangkat kasur, mencari kucing itu disana
“hei jangan gila Mana mungkin lah kucing itu sembunyi disitu, emangnya duit bisa dibawah kasur!!”
Aku agak kesal melihat angga yang sibuk tapi tak membantu sama sekali
“kali aja ada disini Hehehe” Ia menyeringai menyebalkan
“aduh Rama kamar kamu kok berantakan sekali sih Lihat ini celana dalam bekas pakai kok ada di bawah kasur Dasar cowok!!”
Angga mengangkat celana dalam hijau muda milikku dengan ujung jari jempol dan telunjuknya, satu tangannya lagi memencet hidungnya seolah olah celana itu mengeluarkan bau amis Cepat cepat aku rampas celana dalam itu dari tangannya
“sini Kemarikan Emangnya bangkai tikus pake tutup hidung segala!” Umpatku agak kesal lalu melemparkan celana itu ke tumpukan baju kotor disamping lemari kayu
“kamar kamu berantakan banget Rama Sana ambil sapu biar aku bersihkan!!” Perintah angga sambil memasang tampang seolah olah tak percaya dengan apa yang ia lihat
“sudah biarin, nanti bisa aku bereskan sendiri”
“huh paling paling juga kalau aku pulang, kamu lupa membereskannya” Angga memaksa, sementara itu tangannya sudah bekerja merapikan seprei tempat tidurku
Terpaksa aku keluar kamar mengambil sapu lantai dibelakang pintu ruang tamu Setelah itu aku berikan pada angga Dengan gesit ia membereskan kamarku, bahkan ia menyapu hingga ke bawah kolong tempat tidur Sambil tangannya bekerja, mulutnya pun ikut ikutan sibuk
“ya ampun Amit amit jabang bayi Kalau aku disuruh tidur dikamar berantakan seperti ini, bisa bisa tiap malam dapat mimpi buruk”
“mimpi buruk apaan Hantu aja kalau nggak karena terpaksa nggak bakalan mau ketemu sama kamu”
Timpalku sedikit kesal, namun aku senang juga, kamarku menjadi rapi sekarang, buku buku pelajaran yang ada dimeja sudah ia rapikan, tempat tidur, baju baju kotor yang bergeletakan, ia bereskan
Bukannya aku tak mau membereskan kamar, kadang sudah tak sempat
Pagi pagi aku bangun, langsung mengantar kue ke warung Setelah itu aku juga berkeliling kampung untuk berjualan Setelah selesai membereskan kamarku, angga memberikan sapu padaku Langsung aku kembalikan ke tempat dimana aku mengambilnya tadi
Angga duduk di kursi belajarku sambil mengipas ngipas wajahnya dengan majalah bobo
Majalah itu di beli emak dipasar, bukan majalah baru sih Majalah majalah bekas yang dikilo pemiliknya ke toko bumbu
saat emak melihatnya, ia langsung teringat padaku Ada puluhan macam majalah yang ia beli, kata emak semuanya ada lima kilo Ditebusnya dengan harga sepuluh ribu rupiah semuanya
Aku benar benar senang waktu mendapatkan majalah majalah itu, maklum Untuk membeli majalah baru, mana mungkin, harga majalah baru mahal! Bagaikan harta yang berharga, aku menjaga majalah majalah itu Disaat senggang aku menghabiskan waktu membaca . Walau bekas, tapi keadaannya masih lumayan
“makasih ya ngga sudah mau repot repot membersihkan kamarku”
“biasa aja Rama, aku juga senang kok beres beres, entah kenapa kalau lihat yang berantakan, kepalaku langsung pusing, pengennya langsung diberesin”
Tunggu sebentar ya jangan pulang dulu” Kataku sambil keluar kamar, kemudian aku menuju ke dapur
Pasti kue apem sudah masak Emak dan kedua kakak perempuanku sedang memotong motong kue, tepat dugaanku
“mak Ada teman Rama, minta kuenya ya dikit” Emak berhenti mengiris, lalu memandangku sambil tersenyum
“ambil piringnya nak”
Aku mengambil piring di rak, kemudian aku berikan pada emak Langsung saja emak menaruh beberapa potong kue kedalam piring itu
“ini, siapa temanmu itu, banyak ya? Tanya emak sambil mengulurkan piring berisi kue padaku
“enggak mak, cuma satu Itu si angga”
“oh Angga, Eh Rama jangan lupa bikin teh manis untuknya Nggak enak makan kue tanpa minum yang hangat dan manis” Emak mengingatkanku
“ow Rama hampir lupa”
Aku menepuk kening, kemudian meletakkan piring keatas meja, lalu membuat teh manis Setelah selesai, aku bawa kue dan teh manis ke dalam kamar
+++++
“nih kue Dimakan mumpung masih hangat”
“wah Itu kan kue untuk dijual Apa nanti emakmu nggak rugi?” Angga tak enak hati
“ya nggak lah Gila amat kalau sampai rugi, hanya karena sepiring ini, udah makan saja!” Aku mengambil sepotong dan memakannya, biar angga tak merasa sungkan
Kami ngobrol sambil minum teh dan makan kue Lagi asik asiknya tiba tiba
“Awww!!!” Angga menjerit
Aku jadi kaget, rupanya anak kucing yang aku tabrak, entah sejak kapan sudah ada dibawah, menggaruk garuk kaki angga . Cepat cepat aku ambil anak kucing itu, ia meronta ronta mengibaskan ekornya
“darimana saja kamu Kok ngilang gitu aja” Aku membelai tengkuknya, lalu meletakannya diatas pangkuanku Kucing itu langsung menjadi jinak, tak meronta lagi, bahkan ia langsung menjilat ujung jari telunjukku
“wah Bagus sekali kucingnya Bulunya coba lihat Tebal banget” Angga menatap kucing itu dengan terpesona
Aku cuma tersenyum Tanpa berhenti aku belai terus hingga ke punggungnya
“iya ngga, kucing ini lucu banget, lihat matanya Benar benar bulat Besok aku mandiin aja, biar lebih bersih”
“sini aku pegang Untukku saja ya”
“jangan ngga Aku juga sayang sama kucing ini Kan aku yang nabrak, jadi aku harus bertanggung jawab”
“miara kucing itu harus dengan kasih sayang, jadi ia merasa nyaman Jangan sampai lupa kasih makannya”
“iya aku juga tau Nggak mungkin lah nggak aku kasih makan”
Kucing itu duduk diatas pangkuanku sambil menggoyang goyangkan ekornya yang panjang, sesekali ia menjilat punggung tanganku Angga mencabik sedikit kue apem, lalu diberikan pada kucing, langsung dimakan oleh anak kucing dengan cepat
“kasian Ia masih lapar”
Angga mengulurkan lagi kue dengan potongan yang lebih besar dari yang tadi Dalam waktu singkat habis dimakan anak kucing ini
“untung saja masih hidup ya Tadi aku udah kuatir banget”
“makanya lain kali kalau dijalan itu hati hati” Nasehat angga
“iya ngga Aku sudah jera Nggak mau lagi lah sampai nabrak binatang lagi, kasian Pasti mereka kesakitan banget” Angga melihat ke luar jendela, langit sudah mulai gelap Ia berdiri kemudian mengambil gelas dan meminum isinya sampai habis
“udah hampir maghrib Rama, aku mau pulang dulu ya”
“makasih ya ngga Udah mau maen kesini, dan bantu cari kucing ini, Buat jambunya juga”
Aku berdiri, meletakkan kucing diatas tempat tidur, lalu mengantar angga hingga ke pintu depan Setelah angga menghilang dari pandangan, aku menutup pintu, kembali kekamar Kucing itu sudah kembali masuk kotak sepatu, tidur disana Aku ambil handuk, bersiap siap mandi, dan sholat magrib
_________________________________
Suasana pagi ini agak mendung, beberapa teman sekelasku bahkan ada yang memakai jaket karena dingin Untung saja waktu aku jualan tadi pagi nggak turun hujan Jadi aku bisa menjual habis semua kue kue yang aku bawa Waktu aku tiba disekolah, gerimis rintik rintik mulai turun Sekarang sudah mulai jadi hujan yang agak deras Guru agama tidak masuk, karena lagi ada urusan di palembang, kami hanya diberi catatan yang harus ditulis, beberapa ayat ayat al quran dengan terjemahan Rini, sekretaris dikelas IXb berdiri didepan papan tulis sibuk mencatat
Beberapa murid tidak ikut mencatat, ada yang sibuk ngobrol dengan suara pelan, ada yang berkeliaran ke bangku temannya Aku lihat rian tak kemana mana, ia duduk dibangkunya Serius mencatat Sempat aku lihat vendi mengajaknya ke wc, tapi ia tolak Sepertinya rian anak yang rajin
Ia tak terpengaruh dengan keadaan Aku juga menulis di catatanku, huruf arab menggunakan pensil, terjemahan memakai pena Suasana yang dingin seperti ini membuat teman teman sekelasku jadi malas keluar, bahkan ke kantin Mana diluar hujan yang lebat disertai petir dan guntur sambung menyambung
Terkadang halilintar berbunyi memekakkan telinga membuat murid perempuan berteriak karena kaget
Aku juga sempat terlonjak kaget, aku jadi ingat emak dirumah, lagi sendirian, dalam keadaan hujan badai begini Mana dapur bagian belakang bocor belum sempat aku tambal, pasti emak kelabakan mengambil ember untuk menampung air yang merembes dari atas atap, supaya lantai dapur tidak banjir
Sampai aku selesai mencatat, tak ada tanda tanda hujan mau berhenti, malah semakin lebat
Aku menutup buku, kemudian memasukkan kedalam tas, rasanya jadi pengen kencing Aku berdiri melemaskan badanku yang pegal karena dari tadi duduk dan menulis Kemudian aku keluar kelas, berjalan menuju ke wc
Ada beberapa anak murid dari kelas lain yang berada di wc, jadi aku memilih kencing agak dipojok Aku berdiri membuka resleting celana sekolah, kemudian sambil memejamkan mata, aku kencing di toilet, mengeluarkan seluruh air seni yang dari tadi sudah sesak Rasanya lega sekali
“hujan hujan begini memang bawaannya pengen kencing terus ya”
Suara disampingku membuat aku tersentak, aku membuka mata dan menoleh, jantungku terasa berhenti berdetak saat tahu siapa yang bicara tadi, ternyata rian yang entah sejak kapan sudah berdiri disampingku . Ia juga sedang kencing dengan santainya . Jarak kami begitu dekat hingga aku bisa mendengar kecipak air kencingnya yang jatuh di lantai toilet Jantungku berdebar debar, entah kenapa
Aku tak berani melihat ke bawah .Cepat cepat aku siram bekas kencing aku sampai bersih
Menutup resleting, bersiap pergi
“tunggu aku dong!” Aku menghentikan langkah, serasa tak percaya dengan yang kudengar
--------------------------------------------------Bersambung-------------------------------------------------------------------
0 komentar:
Posting Komentar