Sahabatku, Kekasihku (ONESHOOT)
By: Ekhie
(https://www.facebook.com/ceritakaumpelangi)
Hai,,, thanks yah sudah dikasih kesempatan lagi buat kirim cerpen di Lovely page C.K.P. Ini...
Sebenarnya cerpen ini, adalah cerpen yg paling pertama yg aku buat,, jadi mohon maaf kalau nanti ada typo dan mungkin alurnya kecepetan bin acakadul... but I hope you all enjoy it...
Happy reading teman2...
Sahabatku, Kekasihku
By: Ekhie
Aku berjalan tergesa2 menuju terminal kedatangan di Bandara ini. Hari ini Ibuku balik dari Jakarta dan semestinya aku sudah menjemputnya sejak setengah jam yang lalu.
Aduh, bisa2 aku dicincang abis nanti sama ibu. Karena tergesa2nya saya jadi tidak memperhatikan langkahku. Kaki tiba2 tersandung sebuah koper yg tergeletak sembarangan disitu. Akibatnya saya jadi kehilangan keseimbangan. Tanganku melambai2 diudara mencari pegangan. Beruntung karena ada seseorang yg menahanku dari depan sehingga aku tidak harus mencium tanah air. Sekuat tenaga aku berpegangan pada orang itu. Sekilas tampak kami seperti sedang berpelukan. Apalagi posisi tangannya yg melingkari badanku. Beberapa saat akhirnya aku bisa menguasai diriku. Dan ketika aku mendongakkan wajahku ternyata yg menolongku adaalah seorang pria yg kutaksir kira2 seumuran denganku. Aku terkejut bukan kepalang, buru2 kulepaskan diriku dari pelukannya. Aku jadi salah tingkah apalagi orang sedari tadi memperhatikan kami dengan heran.
Pria itu menatap khawatir kepadaku.
"Kamu nggak apa2 kan? Maaf, tadi koperku yg menyandung kakimu." Ujar pria itu.
Aku mengangguk sambil terus menunduk krena wajahku masih memerah karena kejadian tadi.
"Kamu beneran nggak apa2?" Tanyanya lagi.
"Iya, aku nggak apa2 koq." Jawabku sambil tersenyum meyakinkannya.
Dia lalu tersenyum dan terlihat lega dengan jawabanku.
"Fiuuuhhh,,, syukurlah."
"Namaku Alwi, Alwi Prawira." Ujarnya sambil menjulurkan tangannya kepadaku.
"Aku Erick, Erick Juniawan." Balasku sambil menjabatkan tanganku ke tangannya. Lalu dalam keadaan masih menggenggam tanganku Alwi mengamati wajahku sambil mengernyitkan dahinya. Aku jadi makin salah tingkah diamati seperti itu, kuraba2 wajahku dengan tanganku yg satunya lagi, kali aja ada nasi sebiji nemplok di wajah gue. Tapi kayaknya nggak ada yang aneh di wajahku, semuanya masih ada lengkap di situ.
Tiba2 Alwi tersenyum sumringah, seolah2 menemukan jawaban di wajahku.
"Astaga Erick!!!"Serunya. Sekarang aku jadi keheranan, aku mengernyitkan dahiku.
"Ini aku Alwi!! Temen SMAmu dulu." Lanjutnya. Aku mencoba mengingat2 ke masa SMAku dulu sambil mengamati wajahnya. Ada sih teman yg namanya Alwi waktu SMA dulu. Tapi berbanding terbalik dengan Alwi yg ada dihadapanku ini. Alwi yg kuingat waktu SMA dulu orangnya item,dekil, gendut pokoknya culun abis deh. Sedang Alwi yg ini dia berrkulit coklat terang dan bersih, tubuhnya tegap dan gagah. Belum lagi penampilannya, sangat nggak memenuhi syarat untuk disebut culun. Aku pastikan ini bukan Alwi teman SMAku!
Kuperhatikan dia dari bawah ke atas. Namun dia hanya tersenyum sambil menggeleng2kan kepalanya.
"Ini aku, Alwi yg gendut itu." Ujarnya sambil tertawa2 kecil.
Sontak aku membulatkan mata dan terbengong2 tdk percaya dengan apa yg baru saja kudengar. Ini beneran Alwi?!! Gimana caranya dia bertransformasi menjadi makhluk yg sangat indah begini?!!
Lho!? Koq, jadi berlebihan gini aku memuji dia? Ok! He's handsome, I confess it, but should I give him to much over compliment just like I did?
"Hei! Koq bengong?" Serunya sambil mengibas2kan tangannya di depan wajahku.
Aku langsung tersadar dari keterbengonganku.
"Wow! aku benar2 pangling, kamu sekarang betul2 berbeda dengan Alwi yg dulu ku kenal." Ujarku sambil tersenyum kikuk.
Dia hanya tersenyum lebar.
"Ah, bisa aja kamu, oh ya, kamu apa kabar?" Tanyanya.
"Alhamdulillah, baik" jawabku. Lalu obrolan kami pun berlanjut. Layaknya teman yg lama tak berjumpa, obrolan kami hanya diliputi, kamu sekarang kerja dimana? Udah nikah atau belum? Blablabla...
Lagi seru2nya ngobrol sama Alwi, HPku tiba2 berdering. Cepat2 kurogoh sakuku, dan begitu kulihat nama yg tertera di layar monitorku, Ya Tuhan penguasa semesta raya!!!! Aku lupa tujuan sebenarnya aku bandara ini karena keasyikan ngobrol dengan Alwi!!!
Kutepuk jidatku. Alwi terheran2 melihat tingkahku.
"Alwi, sorry banget, aku lupa kalau aku ke sini tuh buat jemput ibuku. Kapan2 kita lanjut yah ngobrolnya." Ujarku terburu2.
Alwi mengangguk dan tersenyum.
"Kamu udah punya nomerku kan?" Tanyaku lanjut.
"Iya, udah cepetan sana! Kasian ibumu kelamaan nunggu." Jawab Alwi.
"Senang bisa ketemu kamu." Ujarku seblum akhirnya aku berlari menuju ke ruang tunggu arrival.
Kulihat ibuku duduk di kursi tunggu.
"Ibu!!" Seruku sambil melambaikan tanganku ke arahnya. Ibupun menoleh ke arahku dengan ekspresi wajahnya yang datar. Lalu sambil berjalan ke arahnya, aku pasang senyuman termanisku. Namun semakin aku mendekat senyumku berangsur2 menghilang. Karena perlahan kulihat sepasang tanduk keluar dari kepala Ibuku, dan kulitnya tiba2 berubah menjadi merah dan gigi taringnya pun semakin memanjang.
"Kamu kemana aja sih!!! Hampir sejam Ibu nungguin kamu di sini tahu!!!" Semprot Ibu kepadaku yang menyadarkanku dari ilusi menyeramkan tentang ibuku sendiri.
"Sorry deh bu,,, tadi Erick ketemu ama temen lama, jadi keasyikan deh ngobrolnya hehehe...." Jawabku sambil nyengir2.
"Ya udah!! Ayo pulang!! Bawa'nih barang2 ibu!!!" Perintah Ibu kepadaku. Akupun langsung segera mengambil barang2 ibuku.
Sepanjang perjalan menuju ke Mobil, ibu terus mengomeliku, sementara aku yg berjalan di sisinya hanya bisa menahan malu. Kata orang bijak, kemarahan orang tua adalah wujud kasih sayang mereka kepada anaknya. Berarti Ibu sayang banget yah sama aku sampai2 rela anaknya yg super duper ganteng bin imut ini menjadi bahan tertawaan orang2, mana tadi di situ ada rombongan cewek2 cantik pada bisik2 sambil ngetawain aku, hadeeeehhh,,, x_x jatuh harga nih kalau begini kejadiannya.
Sesampainya kami di mobil, ibu masuk ke mobil duluan sementara aku memasukkan barang2 bawaannya ke bagasi. Setelah itu akupun masuk juga ke dalam mobil dan segera meluncur meninggalkan Bandara ini.
Namun belum lagi mobil kami meluncur, aku melihat Alwi sedang menunggu taksi. Mungkin dia sudah lama menunggu disitu. Akupun melajukan mobilku ke dekatnya. Begitu mobilku mendekat dia telihat keheranan. Akupun menurunkan kaca mobil. Diapun sedikit melongok ke dalam mobil, begitu dia tahu bahwa aku yg ada di dalam mobil, senyumnya pun mengembang lebar.
"Alwi, belum pulang?" Tanyaku.
"Iya nih, koq, nggak ada taksi yah?" Jawabnya.
"Ya, udah kamu ikut kita aja." Tawar Ibuku sambil tersenyum ramah.
"Oh, nggak usah tante, takut ngerepotin." Tolak Alwi sopan sambil tersenyum.
"Ah,, nggak ngerepotin koq, dari pada kelamaan nunggu taksinya. Udah ikut kita aja." Ujarku sedikit memaksa malah aku sudah membuka bagasi. Alwipun spertinya tdk punya pilihan lagi. Diapun memasukkan barangnya ke bagasi kemudian diapun masuk ke dalam mobil.
"Nak Alwi tinggal dimana?" Tanya Ibuku begitu mobil kujalankan.
Alwipun menyebutkan satu alamat. Yg rupanya searah dengan tempat tinggalku.
"Nah, untung aja kamu ikut kita, jadi kan, kamu nggak harus keluarin biaya ekstra, sekalian aku juga bisa tahu tempat tinggal kamu."Ujarku bersemangat. Di sepanjang jalan kami terus ngobrol sambil bercanda2.
"Oh, ya,,, nak alwi sudah punya pacar?" Tanya ibu sedikit antusias
"Eh, belum tante." Jawab Alwi sedikit malu2.
"Heehh,, anak muda jaman sekarang, pada belum punya pacar, padahal kamu ini kan sudah mapan, koq betah hidup sendiri? Sama nih kayak si Erick, belum pernah sekalipun dia bawa ceweknya ke rumah, padahal kalian berdua ini sama2 ganteng. Kalau begitu, kalian berdua pacaran aja deh." Cerocos ibuku asal.
"Hah!!! Ibu ini ada2 aja deh.." Seruku terkejut. Alwi hanya tersenyum kikuk mendengar celotehan ibuku.
Sempat kulirik Alwi di kaca Spion, tapi ternyata dia juga memperhatikanku namun buru-buru dia alihkan pandanganya ke arah lain.
Akhirnya kamipun sampai di sebuah rumah yg bergaya minimalis, tidak besar, namun tidak kecil juga. Halamannya yg tidak begitu luas tertata apik dengan tanaman2 hias yg cantik, yang punya rumah pasti kerasan tinggal di sini.
Alwi lalu turun dari mobil dan menurunkan kopernya dari bagasi.
"Makasih yah tante, erick... Mampir dulu?" Tawar Alwi sambil tersenyum sopan kepada kami.
"Aduh, kapan2 yah nak Alwi,,, soalnya juga tante udah kangen Rumah." Tolak ibuku secara halus. Alwi tersenyum dan mengangguk mengerti.
"Ya, udah Alwi kita balik dulu yah, kamu juga ke rumahku dong, nggak jauh koq dari sini." Ujarku.
Sekali lagi alwi hanya tersenyum lembut dan mengangguk. Aku melambaikan tanganku sambil menutup kaca mobil dan dia membalasnya dengan melambaikan tangannya. Lalu akupun segera melajukan mobilku ke rumah.
Sejak saat itu aku dan Alwi semakin dekat. Komunikasi kamipun berjalan semakin inteeeenss!!!! (ala infotainment), smsan, telfon2an, BBMan hampir setiap hari. Aku juga heran sendiri, koq kami bisa makin akrab begini? Padahal dulu waktu di SMA, boro2 smsan, telfon2an, berpapasan aja cuek2an. Dulu di SMA kita cuma tahu nama, sama mukanya aja.. Kenal secara personality nggak sama sekali. Malas juga sih sebenarnya aku kenal lebih dekat sama Alwi dulunya. Aku cenderung jengah melihat tingkahnya dia waktu pertama kali ketemu dia saat kelas 1 SMA.
Ceritanya gini, waktu itu baru sektar tiga minggu kami bersekolah di SMA, waktu itu aku sama sekali belum tahu, ada sosok bernama Alwi yg bersekolah di sekolah yg sama denganku. Kami bertemu waktu kami melayat salah satu teman sekolah kami yg meninggal karena kecelakaan. Sewaktu kami ingin mengantarkan jenazah teman kami itu ke pemakaman, aku kebingungan mau numpang di mobil siapa, soalnya rata2 udah penuh semua. untung aja salah seorang keluarga temanku yg meninggal itu memberikan tumpangan di mobilnya. Jadilah aku menumpang di mobil orang yg baik hati itu. Tapi ternyata, disitu sudah ada Alwi dan genknya yg kesemuanya cewek, dan salah satu anggota genknya ternyata saudara sepupuku namanya Jenny. Tapi bukannya segera naik ke mobil, mereka malah sibuk nentuin kamu duduk dimana, aku duduk sama siapa, kamu duduknya bareng si itu aja yah,,, dll,dll...
Karena saking kesalnya langsung aja aku nyolot.
"Udah cepetan ah!! Gitu aja koq repot?!!!" Seruku tidak sabar. Akhirnya mereka dengan kesal naik juga ke mobil itu si Jenny justru sebelum naik ke mobil sempat2nya mencubit pinggangku saking kesalnya ngeliat tingkahku yg nyolot abis. Rupanya di dalam mobilpun mereka justru lebih berisik lagi, terutama si Alwi,aku heran dia justru lebih proaktif kalo ngobrol dengan Jenny dan teman2 ceweknya yg lain, sedangkan aku dianggurin gitu aja, belum lagi gaya bicaranya dan gesturenya yg sok imut kecentilan, padahal dari tampang ama body lebih mirip ikan paus, siapa yg nggak jengah coba?
Tapi itu dulu, sekarang dia sudah banyak berubah, bukan hanya dari segi penampilan fisiknya yg oke banget sekarang, tapi dari tingkah laku dan gaya bicaranya juga sudah berubah. Beda banget dari alwi yg dulu selalu bikin aku jengah kalo dekat2 dia, sekarang aku justru nyaman di dekatnya. nah loh!!??
Malam ini aku dan Alwi janjian buat nonton di XXI di salah satu Mall yg terkenal di kotaku ini. Ketika kami sampai di mall tersebut, kami langsung menuju ke lantai tiga, krena bioskop XXI berada di lantai tersebut. Di depan loket pembelian karcis, ternyata Jenny dan beberapa teman genknya waktu SMA sdah berkumpul di situ. Alwi langsung melambaikan tangannya begitu Jenny melihat kami. Jenny lngsung membalas melambaikan tangannya. Alwi langsung merangkulku dan mengajakku menemui Jenny and the gank.
Jenny cukup terkejut melihat aku datang bersama Alwi sampai2 dia terbengong2. Sambil berangkulan kami berjalan mendekati Jenny.
"Woi!!! Kenapa bengong lu?" Seruku seraya mengibaskan tanganku di depan wajah Jenny.
Jenny lalu mengedip2kan matanya sambil sedikit menggelengkan kepalanya. Sementara aku dan Alwi yg masih berangkulan tertawa geli melihat tingkah Jenny.
"Kalian ini berangkul2an seperti itu kayak orang lagi pacaran aja." Protes Jenny seraya menurunkan tanganku dari pundak Alwi. Ide jahilku lalu muncul seketika, Aku lalu kembali meangkulnya namun kali ini aku merlingkarkan tanganku di pinggangnya dan sedikit menghentakkan tubuhnya agar lebih merapat dengan tubuhku.
"Emang kita pacaran koq." Ujarku cuek. Alwi langsung menoleh kearahku seketika. Sambil tersenyum kikuk dia memandang heran kepadaku. Lalu kubalas dengan mengedipkan mataku sebelah.
"WHAT!!!!!" Pekik Jenny dan teman2nya histeris. Aku sampai terlonjak mendengar pekikannya yg ngalahin suara jet klo lagi take off...
Dengan gemes Jenny lalu menarikku ke tempat yg agak sepi menjauh dari Alwi.
"Lu sadar nggak sih sama ucapan lu." Tanya Jenny dengan suara tertahan sambil menatapku lekat2.
Aku jadi heran melihat tingkah sepupuku ini.
"Alwi itu gay!!" Lanjutnya masih dengan suara tertahan.
Aku lalu tertawa mendengar ucapan jenny barusan, Jenny emang punya selera humor yg tinggi. Masa' sahabat sendiri dikatain gay.
"Ada2 aja lu ah." Ujarku setelah tawaku mereda.
Lalu akupun segera kembali ke Alwi. Dan tiba2 genknya Jenny lalu menepuk pundakku.
"Ternyata kamu Erick si jutek itu toh?" Seru si Metha
"Ya, ampyun!!! Sekarang kamu ganteng banget yah?" Tambah si Rena. Padahal dari dulu emang udah ganteng koq.
"Sayang, udah jadi pacarnya Alwi, seandainya belum, aku mau dong jadi pacar kamu." Goda si fitri sambil mencolek daguku.
Aku hanya tersenyum dan dengan jahilnya kupeluk lagi Alwi yg membuat Jenny jadi makin bete. Jenny hanya menggelengkan kepalanya sambil mendelik kesal ke arahku.
Lalu kamipun segera masuk studio setelah Fitri mendapatkan ticket untuk kami berenam, sewaktu kami menonton Alwi memegang jemariku sembari mengelusnya. aku menoleh dan tersenyum kepadanya dan dia pun membalas senyumanku.
Selesai nonton kamipun memutuskan untuk makan di food court favorit mereka di mall ini. Karena berada di lantai dua, kamipun menggunakan escalator untuk turun ke lantai dua. Sewaktu di escalator hampir saja aku terjatuh ketika seorang pria tampak tergesa2 turun ke bawah dan dia menyambarku, tapi untung saja Alwi dengan sigapnya merengkuh tubuhku dari belakang sehingga aku tidak sampai jatuh terguling ke bawah. Sesaat mata kami beradu. S**t!!! Ada apa ini??? Koq, aku jadi gugup begini?? Gugup sekaligus senang....
Buru2 kulepas pelukannya. "Thanks yah sayang." Ujarku. Dan kali ini entah aku pengen iseng aja atau lagi serius, pokoknya meluncur begitu saja dari bibirku.
Ketika kami makan di food court, keisenganku berlanjut lagi, dengan sengaja aku menyuapi Alwi, tujuanku hanya ingin membuat kesal Jenny, krena metha, rena dan fitri keliatan biasa2 saja. Dan ternyata berhasil karena Jenny terlihat jengah dan tidak nyaman.
Aku lalu merasa perlu ke toilet dan akupun pamit ke toilet kepada teman2ku. Dan setelah kulepaskan hajatku dan mencuci tanganku. Akupun keluar dari toilet, dan diluar ternyata Jenny sudah ada di depan pintu toilet menungguku. Akupun sedikit terkejut dibuatnya.
"Jenny lu bikin gue kaget aja."
"Sebaiknya lu sadar dengan kelakuan lu." Ujar jenny sambil menatapku dalam2. Dan aku mengernyitkan dahi tak mengerti.
"Lu jangan memberi Alwi harapan palsu! Lu itu saudara gue, gue sayang sama lu dan gue juga sayang sama Alwi krena dia sahabat gue." Lanjut Jenny.
"Please, lu jangan nyakiti dia, dia udah terlalu sering di sakiti." Lanjut Jenny lagi bersungguh2 lalu diapun meninggalkanku yg kebingungan di sini.
Sungguh aku benar2 tidak mengerti apa maksud Jenny yg sebenarnya, semuanya serba menggantung dan tidak jelas bagiku.
Selesai makan kamipun segara pulang karena malam juga semakin larut. Ketika di areal parkir kutarik Jenny kembali untuk minta penjelasan darinya.
"Jen, gue minta penjelasan dari semua yg lu katakan padaku tadi." Todongku pada Jenny.
"Lu minta penjelasan apalagi? Semuanya udah jelas." Jawab Jenny.
"Maksud lu?"
"Erick, Alwi itu gay!" Tegas Jenny sambil menatapku sungguh2.
"Jen, lu pasti tahu kan, klo gue becanda doang, lu kayak nggak kenal gue aja deh." Ujarku mulai khawatir
"Justru karena gue sangat mengenal lu, gue peringatin lu dari tadi, hanya saja lu tidak menyadarinya." Jawab Jenny sambil memegang pundakku.
Aku terdiam sambil mendesah nafasku berat. Dan ketika aku menoleh, alangkah terkejutnya aku ternyata Alwi berdiri tegak di situ, sambil memandangiku dengan tatapan kecewa.
"A-alwi!!" Seruku tergagap.
Namun Alwi tdk membalas seruanku. Lalu dia berbalik menyetop taksi dan pergi meninggalkanku dan Jenny. Aku hanya memandangi kepergiannya dengan penuh sesal. Ya Tuhan,,, aku tidak menyadari kalau dari tadi aku telah memberinya harapan. Dan kini dia pasti sangat kecewa kepadaku.
Ku susul dia ke rumahnya namun berkali2 aku memencet bel, tidak ada yg membukakan pintu untukku. Aku panggil namanya tapi dia tidak menjawab panggilanku. Di rumahpun aku coba menelponnya namun panggikanku direject. Aku pun dihinggapi perasaan takut akan kehilangan dia. Jujur, aku sangat menikmati pertemananku dengan Alwi, aku merasa nyaman di dekatnya dan aku betul2 tidak siap jika persahabatanku dengannya harus berakhir di sini.
Dan kini sudah hampir dua minggu aku putus kontak dengannya, aku benar2 merasa kesepian, kesepian yg aneh menurutku. Aku ini termasuk anak yg supel dalam pergaulan, aku memiliki banyak teman, namun sejak aku berpisah dengan Alwi, aku merasa sendiri, sepi dan tak berkawan lagi (kayak lagu aja x_x). Akibatnya aku lebih banyak diam dan melamun. Teman2ku banyak yg mengeluhkan perubahan sikapku ini, namun hanya bisa kubalas dengan senyuman.
Berbagai cara sudah kucoba demi bisa berbaikan dengan Alwi, namun hasilnya nihil, bahkan Jennypun menyerah tanpa syarat untuk mendamaikan kami. Sebegitu bencinyakah Alwi kepadaku. Yah, mungkin ini hukuman juga buatku karena sudah mempermainkan perasaan orang. Akupun harus Ikhlas kehilangan Alwi dalam hidupku.
Dan pagi ini aku mengemudikan mobilku di tengah kota sekedar berjalan2 keliling kota sendirian. Dan tiba2 aku melihat Alwi yg sedang melintas menyebrangi jalan. Buru2 kutepikan mobilku dan keluar segera menemuinya.
"Alwi!!" Seruku sambil berlari ke arahnya. Alwi terlihat masih ngambek kepadaku. Namun kali ini dia tidak menghindar.
"Alwi aku minta maaf atas kelakuanku di bioskop tempo hari, aku benar2 menyesal" ujarku bersungguh2
"Tapi kamu sudah tahukan siapa aku sebenarnya." Tanya Alwi sambil menatapku dalam2.
"Iya, dan aku nggak peduli. Yg penting bagiku kamu mau memaafkanku dan mau berteman lagi denganku." Jawabku.
Alwi terdiam cukup lama seperti sedang memikirkan sesuatu, sementara aku yg gelisah harap2 cemas.
"Maafin aku yah,,, please,,, ya,,ya,,yaaaa..." Lanjutku lagi sambil menarik2 tangannya.
Lama dia terdiam seperti itu. Lalu kemudian dia cekikikan dan akhirnya dia tidak mampu lagi menahan tawanya "WUAHAHAHAHA!!!!" Dia tertawa terbahak2 sampai2 air matanya mengalir dan wajahnya memerah. Aku sempat melongo melihatnya seperti itu
Sialan gue dikerjain!!!! Aku menggeleng2kan kepalaku sambil memanyunkan bibirku.
"Kamu ngerjain aku yah!!!! Awas aku cipok juga kamu yah..." Ancamku sambil memeluknya dan memonyong2kan bibirku.
"Eh, erick apa2an sih!! Lepasin!!! Hahahahaaaa." Seru Alwi sambil memberontak. Aku jadi makin agresif lalu aku gelitikin dia dengan gemes.
"UDAH!!UDAH!!! HAHAHAHAHAHA.... GELI TAU!!!" kali ini Alwi menjerit kegelian. Aku tidak mempedulikan jeritannya. terus kugelitikin dia sampai lemas. Bodo amat sama orang2 yg memandang aneh kepada kami. Yg jelas aku merasa senang dan bahagia sekali akhirnya bisa baikan lagi sama Alwi.
Makin hari kamipun semakin lengket saja, benar2 tak terpisahkan, kamipun tak malu2 saling berangkulan didepan umum, bahkan saling menggelitiki aku sama sekali tak canggung, toh, sama sahabatku ini koq. Walaupun dia seorang gay, itu sama sekali tidak mengganggu persahabatan kami.
Namun beberapa hari ini aku tdk bisa tidur nyenyak, sosok Alwi dengan senyumannya selalu melintas dibenakku. Aku hampir tidak bisa tidak memikirkannya. Walaupun hampir setiap hari kami bertemu, namun bagiku itu tidk cukup, ingin rasanya menghabiskan waktuku hanya bersamanya. Jujur jauh di dalam hatiku aku ingin lebih dari sekedar bersahabat dengannya, entah apa namanya namun aku sangat menginginkan hal itu, hal yg sama sekali asing bagiku.
Malam ini aku bersiap2 menuju ke kafe XX untuk melihat Alwi perform. Bandnya menjadi band pembuka untuk acara festival musik yg di adakan di kafe itu. Setelah menjemput Jenny dan teman2 yg lain, kamipun segera meluncur ke kafe XX dengan mengendarai mobilku.
"Hei!!! Thanks yah kalian mau datang ke sini." Sambut Alwi begitu kami masuk ke dalam kafe.
"Iyalah,, kami kan nggak mau ngelewatin penampilan perdana band lu, walaupun band lu itu amatiran, tapi kita tetap solid atas nama persahabatan dan persaudaraan" balas Jenny dengan gayanya yg kecentilan.
"Enak aja amatiran... Awas yah kalau band gue terkenal. Nggak bakalan dapat tandatangan dari gue loh." Ancam Alwi.
"Udaah,,, kamu cepetan ke back stage gih, bentar lagi kamu kan mau tampil." Ujarku menengahi.
"Iya deh, guys aku ke back stage dulu yah." Pamit Alwi.
"Good Luck!!!" Seruku sebelum dia hilang di belakang panggung.
Acara pun dimulai dan setelah MC membuka acara itu kini giliran bandnya Alwi tampil. Dan suasana tiba2 redup dan sebuah spotlight langsung menyoroti Alwi yg tampak gagah di tengah panggung.
"Lagu ini kupersembahkan untuk seseorang yg spesial di hatiku,,, Sahabatku, Kekasihku." Ujar Alwi membuka penampilannya. Aku sedikit tersentak mendengar judul lagunya dan aku menatap Alwi yg menatapku penuh arti dari atas panggung.
Lalu iringan musik dari bandnya pun mulai mengalun dan suara emas dari Alwipun mulai melantunkan syair2 dari lagu yg dipopulerkan oleh grup Ada Band. Selama menyanyikan lagu itu, alwi terus menatapku dengan penuh perasaan. Dan akupun merasakan ada getaran2 yg mendesak di dadaku yg membuat aku sedikit mengejang. Tiba2 aku meresakan sesak di dadaku dan kurasakan ruangan kafe ini semakin menyempit. Lalu aku berlari keluar sebelum alwi menyelesaikan penampilannya.
Di luar aku bernafas cepat seperti orang yg ngos-ngosan. Sekuat tenaga aku menahan rasa yg semakin menyesakkan dadaku ini. Oh God!! Seperti inikah rasa itu? Berbagai macam pertanyaan berputar di otakku.
"Erick." Panggil sebuah suara yg sangat kukenal. Yg memanggilku di belakangku.
Aku tetap saja membelakangi Alwi. Aku sama sekali tidak tahu harus bagaimana. Yg pasti aku terus mematung.
"Aku harap sekarang kamu tahu perasaanku padamu." Ujarnya lalu mendesah berat nafasnya.
"Aku tahu, kalau kamu hanya menganggapku sahabat, tidak lebih. Tapi aku tidak dapat membohongi perasaanku kalau aku jatuh cinta kepadamu." Lanjutnya lagi.
"Aku tidak berharap kamu akan membalas cintaku, namun aku berharap agar kamu jangan menjauhiku karena perasaanku ini,,, aku..aku tidak bisa hidup tanpamu."
Lalu akupun berbalik menampakkan wajahku yg tersenyum haru. Kemudian aku berjalan mendekati Alwi dan sejurus kemudian aku lalu memeluknya erat sekali. Kudekapkan kepalaku di dadanya sehingga aku bisa mndengar detak jantungnya.
"Aku juga merasakan hal yg sama denganmu. Namun, aku terlalu naif untuk mengakuinya. semakin aku mencoba menepis perasaanku, semakin itu menyiksaku. Aku tidak dapat membohongi diriku sendiri kalau aku juga jatuh cinta kepadamu." Lalu Alwi mempererat pelukanku. Aku sedikit mengurai pelukanku sehingga aku dapat menatap wajahnya.
"Tapi aku harap kita memulainya pelan2 saja yah, bagaimanapun hal ini masih sangat baru bagiku." Pintaku Sambil sedikit membelai wajahnya.
Alwi lalu tersenyum lembut dan menganggukkan kepalanya. Dan dengan sedikit canggung kukecup bibirnya lembut.
"Good start." Ujar Alwi sambil tersenyum dan mencolek daguku.
Akupun tertawa kecil sambil menundukkan kepalaku karena malu. Alwi lalu mendongakkan kepalaku dan dengan jarinya dia menarik daguku mendekatkan wajahku ke wajahnya dan dia pun mencium bibirku dan akupun membalas ciumannya. Dan kamipun berciuman penuh kemesraan.
THE END
Read More
By: Ekhie
(https://www.facebook.com/ceritakaumpelangi)
Hai,,, thanks yah sudah dikasih kesempatan lagi buat kirim cerpen di Lovely page C.K.P. Ini...
Sebenarnya cerpen ini, adalah cerpen yg paling pertama yg aku buat,, jadi mohon maaf kalau nanti ada typo dan mungkin alurnya kecepetan bin acakadul... but I hope you all enjoy it...
Happy reading teman2...
Sahabatku, Kekasihku
By: Ekhie
Aku berjalan tergesa2 menuju terminal kedatangan di Bandara ini. Hari ini Ibuku balik dari Jakarta dan semestinya aku sudah menjemputnya sejak setengah jam yang lalu.
Aduh, bisa2 aku dicincang abis nanti sama ibu. Karena tergesa2nya saya jadi tidak memperhatikan langkahku. Kaki tiba2 tersandung sebuah koper yg tergeletak sembarangan disitu. Akibatnya saya jadi kehilangan keseimbangan. Tanganku melambai2 diudara mencari pegangan. Beruntung karena ada seseorang yg menahanku dari depan sehingga aku tidak harus mencium tanah air. Sekuat tenaga aku berpegangan pada orang itu. Sekilas tampak kami seperti sedang berpelukan. Apalagi posisi tangannya yg melingkari badanku. Beberapa saat akhirnya aku bisa menguasai diriku. Dan ketika aku mendongakkan wajahku ternyata yg menolongku adaalah seorang pria yg kutaksir kira2 seumuran denganku. Aku terkejut bukan kepalang, buru2 kulepaskan diriku dari pelukannya. Aku jadi salah tingkah apalagi orang sedari tadi memperhatikan kami dengan heran.
Pria itu menatap khawatir kepadaku.
"Kamu nggak apa2 kan? Maaf, tadi koperku yg menyandung kakimu." Ujar pria itu.
Aku mengangguk sambil terus menunduk krena wajahku masih memerah karena kejadian tadi.
"Kamu beneran nggak apa2?" Tanyanya lagi.
"Iya, aku nggak apa2 koq." Jawabku sambil tersenyum meyakinkannya.
Dia lalu tersenyum dan terlihat lega dengan jawabanku.
"Fiuuuhhh,,, syukurlah."
"Namaku Alwi, Alwi Prawira." Ujarnya sambil menjulurkan tangannya kepadaku.
"Aku Erick, Erick Juniawan." Balasku sambil menjabatkan tanganku ke tangannya. Lalu dalam keadaan masih menggenggam tanganku Alwi mengamati wajahku sambil mengernyitkan dahinya. Aku jadi makin salah tingkah diamati seperti itu, kuraba2 wajahku dengan tanganku yg satunya lagi, kali aja ada nasi sebiji nemplok di wajah gue. Tapi kayaknya nggak ada yang aneh di wajahku, semuanya masih ada lengkap di situ.
Tiba2 Alwi tersenyum sumringah, seolah2 menemukan jawaban di wajahku.
"Astaga Erick!!!"Serunya. Sekarang aku jadi keheranan, aku mengernyitkan dahiku.
"Ini aku Alwi!! Temen SMAmu dulu." Lanjutnya. Aku mencoba mengingat2 ke masa SMAku dulu sambil mengamati wajahnya. Ada sih teman yg namanya Alwi waktu SMA dulu. Tapi berbanding terbalik dengan Alwi yg ada dihadapanku ini. Alwi yg kuingat waktu SMA dulu orangnya item,dekil, gendut pokoknya culun abis deh. Sedang Alwi yg ini dia berrkulit coklat terang dan bersih, tubuhnya tegap dan gagah. Belum lagi penampilannya, sangat nggak memenuhi syarat untuk disebut culun. Aku pastikan ini bukan Alwi teman SMAku!
Kuperhatikan dia dari bawah ke atas. Namun dia hanya tersenyum sambil menggeleng2kan kepalanya.
"Ini aku, Alwi yg gendut itu." Ujarnya sambil tertawa2 kecil.
Sontak aku membulatkan mata dan terbengong2 tdk percaya dengan apa yg baru saja kudengar. Ini beneran Alwi?!! Gimana caranya dia bertransformasi menjadi makhluk yg sangat indah begini?!!
Lho!? Koq, jadi berlebihan gini aku memuji dia? Ok! He's handsome, I confess it, but should I give him to much over compliment just like I did?
"Hei! Koq bengong?" Serunya sambil mengibas2kan tangannya di depan wajahku.
Aku langsung tersadar dari keterbengonganku.
"Wow! aku benar2 pangling, kamu sekarang betul2 berbeda dengan Alwi yg dulu ku kenal." Ujarku sambil tersenyum kikuk.
Dia hanya tersenyum lebar.
"Ah, bisa aja kamu, oh ya, kamu apa kabar?" Tanyanya.
"Alhamdulillah, baik" jawabku. Lalu obrolan kami pun berlanjut. Layaknya teman yg lama tak berjumpa, obrolan kami hanya diliputi, kamu sekarang kerja dimana? Udah nikah atau belum? Blablabla...
Lagi seru2nya ngobrol sama Alwi, HPku tiba2 berdering. Cepat2 kurogoh sakuku, dan begitu kulihat nama yg tertera di layar monitorku, Ya Tuhan penguasa semesta raya!!!! Aku lupa tujuan sebenarnya aku bandara ini karena keasyikan ngobrol dengan Alwi!!!
Kutepuk jidatku. Alwi terheran2 melihat tingkahku.
"Alwi, sorry banget, aku lupa kalau aku ke sini tuh buat jemput ibuku. Kapan2 kita lanjut yah ngobrolnya." Ujarku terburu2.
Alwi mengangguk dan tersenyum.
"Kamu udah punya nomerku kan?" Tanyaku lanjut.
"Iya, udah cepetan sana! Kasian ibumu kelamaan nunggu." Jawab Alwi.
"Senang bisa ketemu kamu." Ujarku seblum akhirnya aku berlari menuju ke ruang tunggu arrival.
Kulihat ibuku duduk di kursi tunggu.
"Ibu!!" Seruku sambil melambaikan tanganku ke arahnya. Ibupun menoleh ke arahku dengan ekspresi wajahnya yang datar. Lalu sambil berjalan ke arahnya, aku pasang senyuman termanisku. Namun semakin aku mendekat senyumku berangsur2 menghilang. Karena perlahan kulihat sepasang tanduk keluar dari kepala Ibuku, dan kulitnya tiba2 berubah menjadi merah dan gigi taringnya pun semakin memanjang.
"Kamu kemana aja sih!!! Hampir sejam Ibu nungguin kamu di sini tahu!!!" Semprot Ibu kepadaku yang menyadarkanku dari ilusi menyeramkan tentang ibuku sendiri.
"Sorry deh bu,,, tadi Erick ketemu ama temen lama, jadi keasyikan deh ngobrolnya hehehe...." Jawabku sambil nyengir2.
"Ya udah!! Ayo pulang!! Bawa'nih barang2 ibu!!!" Perintah Ibu kepadaku. Akupun langsung segera mengambil barang2 ibuku.
Sepanjang perjalan menuju ke Mobil, ibu terus mengomeliku, sementara aku yg berjalan di sisinya hanya bisa menahan malu. Kata orang bijak, kemarahan orang tua adalah wujud kasih sayang mereka kepada anaknya. Berarti Ibu sayang banget yah sama aku sampai2 rela anaknya yg super duper ganteng bin imut ini menjadi bahan tertawaan orang2, mana tadi di situ ada rombongan cewek2 cantik pada bisik2 sambil ngetawain aku, hadeeeehhh,,, x_x jatuh harga nih kalau begini kejadiannya.
Sesampainya kami di mobil, ibu masuk ke mobil duluan sementara aku memasukkan barang2 bawaannya ke bagasi. Setelah itu akupun masuk juga ke dalam mobil dan segera meluncur meninggalkan Bandara ini.
Namun belum lagi mobil kami meluncur, aku melihat Alwi sedang menunggu taksi. Mungkin dia sudah lama menunggu disitu. Akupun melajukan mobilku ke dekatnya. Begitu mobilku mendekat dia telihat keheranan. Akupun menurunkan kaca mobil. Diapun sedikit melongok ke dalam mobil, begitu dia tahu bahwa aku yg ada di dalam mobil, senyumnya pun mengembang lebar.
"Alwi, belum pulang?" Tanyaku.
"Iya nih, koq, nggak ada taksi yah?" Jawabnya.
"Ya, udah kamu ikut kita aja." Tawar Ibuku sambil tersenyum ramah.
"Oh, nggak usah tante, takut ngerepotin." Tolak Alwi sopan sambil tersenyum.
"Ah,, nggak ngerepotin koq, dari pada kelamaan nunggu taksinya. Udah ikut kita aja." Ujarku sedikit memaksa malah aku sudah membuka bagasi. Alwipun spertinya tdk punya pilihan lagi. Diapun memasukkan barangnya ke bagasi kemudian diapun masuk ke dalam mobil.
"Nak Alwi tinggal dimana?" Tanya Ibuku begitu mobil kujalankan.
Alwipun menyebutkan satu alamat. Yg rupanya searah dengan tempat tinggalku.
"Nah, untung aja kamu ikut kita, jadi kan, kamu nggak harus keluarin biaya ekstra, sekalian aku juga bisa tahu tempat tinggal kamu."Ujarku bersemangat. Di sepanjang jalan kami terus ngobrol sambil bercanda2.
"Oh, ya,,, nak alwi sudah punya pacar?" Tanya ibu sedikit antusias
"Eh, belum tante." Jawab Alwi sedikit malu2.
"Heehh,, anak muda jaman sekarang, pada belum punya pacar, padahal kamu ini kan sudah mapan, koq betah hidup sendiri? Sama nih kayak si Erick, belum pernah sekalipun dia bawa ceweknya ke rumah, padahal kalian berdua ini sama2 ganteng. Kalau begitu, kalian berdua pacaran aja deh." Cerocos ibuku asal.
"Hah!!! Ibu ini ada2 aja deh.." Seruku terkejut. Alwi hanya tersenyum kikuk mendengar celotehan ibuku.
Sempat kulirik Alwi di kaca Spion, tapi ternyata dia juga memperhatikanku namun buru-buru dia alihkan pandanganya ke arah lain.
Akhirnya kamipun sampai di sebuah rumah yg bergaya minimalis, tidak besar, namun tidak kecil juga. Halamannya yg tidak begitu luas tertata apik dengan tanaman2 hias yg cantik, yang punya rumah pasti kerasan tinggal di sini.
Alwi lalu turun dari mobil dan menurunkan kopernya dari bagasi.
"Makasih yah tante, erick... Mampir dulu?" Tawar Alwi sambil tersenyum sopan kepada kami.
"Aduh, kapan2 yah nak Alwi,,, soalnya juga tante udah kangen Rumah." Tolak ibuku secara halus. Alwi tersenyum dan mengangguk mengerti.
"Ya, udah Alwi kita balik dulu yah, kamu juga ke rumahku dong, nggak jauh koq dari sini." Ujarku.
Sekali lagi alwi hanya tersenyum lembut dan mengangguk. Aku melambaikan tanganku sambil menutup kaca mobil dan dia membalasnya dengan melambaikan tangannya. Lalu akupun segera melajukan mobilku ke rumah.
Sejak saat itu aku dan Alwi semakin dekat. Komunikasi kamipun berjalan semakin inteeeenss!!!! (ala infotainment), smsan, telfon2an, BBMan hampir setiap hari. Aku juga heran sendiri, koq kami bisa makin akrab begini? Padahal dulu waktu di SMA, boro2 smsan, telfon2an, berpapasan aja cuek2an. Dulu di SMA kita cuma tahu nama, sama mukanya aja.. Kenal secara personality nggak sama sekali. Malas juga sih sebenarnya aku kenal lebih dekat sama Alwi dulunya. Aku cenderung jengah melihat tingkahnya dia waktu pertama kali ketemu dia saat kelas 1 SMA.
Ceritanya gini, waktu itu baru sektar tiga minggu kami bersekolah di SMA, waktu itu aku sama sekali belum tahu, ada sosok bernama Alwi yg bersekolah di sekolah yg sama denganku. Kami bertemu waktu kami melayat salah satu teman sekolah kami yg meninggal karena kecelakaan. Sewaktu kami ingin mengantarkan jenazah teman kami itu ke pemakaman, aku kebingungan mau numpang di mobil siapa, soalnya rata2 udah penuh semua. untung aja salah seorang keluarga temanku yg meninggal itu memberikan tumpangan di mobilnya. Jadilah aku menumpang di mobil orang yg baik hati itu. Tapi ternyata, disitu sudah ada Alwi dan genknya yg kesemuanya cewek, dan salah satu anggota genknya ternyata saudara sepupuku namanya Jenny. Tapi bukannya segera naik ke mobil, mereka malah sibuk nentuin kamu duduk dimana, aku duduk sama siapa, kamu duduknya bareng si itu aja yah,,, dll,dll...
Karena saking kesalnya langsung aja aku nyolot.
"Udah cepetan ah!! Gitu aja koq repot?!!!" Seruku tidak sabar. Akhirnya mereka dengan kesal naik juga ke mobil itu si Jenny justru sebelum naik ke mobil sempat2nya mencubit pinggangku saking kesalnya ngeliat tingkahku yg nyolot abis. Rupanya di dalam mobilpun mereka justru lebih berisik lagi, terutama si Alwi,aku heran dia justru lebih proaktif kalo ngobrol dengan Jenny dan teman2 ceweknya yg lain, sedangkan aku dianggurin gitu aja, belum lagi gaya bicaranya dan gesturenya yg sok imut kecentilan, padahal dari tampang ama body lebih mirip ikan paus, siapa yg nggak jengah coba?
Tapi itu dulu, sekarang dia sudah banyak berubah, bukan hanya dari segi penampilan fisiknya yg oke banget sekarang, tapi dari tingkah laku dan gaya bicaranya juga sudah berubah. Beda banget dari alwi yg dulu selalu bikin aku jengah kalo dekat2 dia, sekarang aku justru nyaman di dekatnya. nah loh!!??
Malam ini aku dan Alwi janjian buat nonton di XXI di salah satu Mall yg terkenal di kotaku ini. Ketika kami sampai di mall tersebut, kami langsung menuju ke lantai tiga, krena bioskop XXI berada di lantai tersebut. Di depan loket pembelian karcis, ternyata Jenny dan beberapa teman genknya waktu SMA sdah berkumpul di situ. Alwi langsung melambaikan tangannya begitu Jenny melihat kami. Jenny lngsung membalas melambaikan tangannya. Alwi langsung merangkulku dan mengajakku menemui Jenny and the gank.
Jenny cukup terkejut melihat aku datang bersama Alwi sampai2 dia terbengong2. Sambil berangkulan kami berjalan mendekati Jenny.
"Woi!!! Kenapa bengong lu?" Seruku seraya mengibaskan tanganku di depan wajah Jenny.
Jenny lalu mengedip2kan matanya sambil sedikit menggelengkan kepalanya. Sementara aku dan Alwi yg masih berangkulan tertawa geli melihat tingkah Jenny.
"Kalian ini berangkul2an seperti itu kayak orang lagi pacaran aja." Protes Jenny seraya menurunkan tanganku dari pundak Alwi. Ide jahilku lalu muncul seketika, Aku lalu kembali meangkulnya namun kali ini aku merlingkarkan tanganku di pinggangnya dan sedikit menghentakkan tubuhnya agar lebih merapat dengan tubuhku.
"Emang kita pacaran koq." Ujarku cuek. Alwi langsung menoleh kearahku seketika. Sambil tersenyum kikuk dia memandang heran kepadaku. Lalu kubalas dengan mengedipkan mataku sebelah.
"WHAT!!!!!" Pekik Jenny dan teman2nya histeris. Aku sampai terlonjak mendengar pekikannya yg ngalahin suara jet klo lagi take off...
Dengan gemes Jenny lalu menarikku ke tempat yg agak sepi menjauh dari Alwi.
"Lu sadar nggak sih sama ucapan lu." Tanya Jenny dengan suara tertahan sambil menatapku lekat2.
Aku jadi heran melihat tingkah sepupuku ini.
"Alwi itu gay!!" Lanjutnya masih dengan suara tertahan.
Aku lalu tertawa mendengar ucapan jenny barusan, Jenny emang punya selera humor yg tinggi. Masa' sahabat sendiri dikatain gay.
"Ada2 aja lu ah." Ujarku setelah tawaku mereda.
Lalu akupun segera kembali ke Alwi. Dan tiba2 genknya Jenny lalu menepuk pundakku.
"Ternyata kamu Erick si jutek itu toh?" Seru si Metha
"Ya, ampyun!!! Sekarang kamu ganteng banget yah?" Tambah si Rena. Padahal dari dulu emang udah ganteng koq.
"Sayang, udah jadi pacarnya Alwi, seandainya belum, aku mau dong jadi pacar kamu." Goda si fitri sambil mencolek daguku.
Aku hanya tersenyum dan dengan jahilnya kupeluk lagi Alwi yg membuat Jenny jadi makin bete. Jenny hanya menggelengkan kepalanya sambil mendelik kesal ke arahku.
Lalu kamipun segera masuk studio setelah Fitri mendapatkan ticket untuk kami berenam, sewaktu kami menonton Alwi memegang jemariku sembari mengelusnya. aku menoleh dan tersenyum kepadanya dan dia pun membalas senyumanku.
Selesai nonton kamipun memutuskan untuk makan di food court favorit mereka di mall ini. Karena berada di lantai dua, kamipun menggunakan escalator untuk turun ke lantai dua. Sewaktu di escalator hampir saja aku terjatuh ketika seorang pria tampak tergesa2 turun ke bawah dan dia menyambarku, tapi untung saja Alwi dengan sigapnya merengkuh tubuhku dari belakang sehingga aku tidak sampai jatuh terguling ke bawah. Sesaat mata kami beradu. S**t!!! Ada apa ini??? Koq, aku jadi gugup begini?? Gugup sekaligus senang....
Buru2 kulepas pelukannya. "Thanks yah sayang." Ujarku. Dan kali ini entah aku pengen iseng aja atau lagi serius, pokoknya meluncur begitu saja dari bibirku.
Ketika kami makan di food court, keisenganku berlanjut lagi, dengan sengaja aku menyuapi Alwi, tujuanku hanya ingin membuat kesal Jenny, krena metha, rena dan fitri keliatan biasa2 saja. Dan ternyata berhasil karena Jenny terlihat jengah dan tidak nyaman.
Aku lalu merasa perlu ke toilet dan akupun pamit ke toilet kepada teman2ku. Dan setelah kulepaskan hajatku dan mencuci tanganku. Akupun keluar dari toilet, dan diluar ternyata Jenny sudah ada di depan pintu toilet menungguku. Akupun sedikit terkejut dibuatnya.
"Jenny lu bikin gue kaget aja."
"Sebaiknya lu sadar dengan kelakuan lu." Ujar jenny sambil menatapku dalam2. Dan aku mengernyitkan dahi tak mengerti.
"Lu jangan memberi Alwi harapan palsu! Lu itu saudara gue, gue sayang sama lu dan gue juga sayang sama Alwi krena dia sahabat gue." Lanjut Jenny.
"Please, lu jangan nyakiti dia, dia udah terlalu sering di sakiti." Lanjut Jenny lagi bersungguh2 lalu diapun meninggalkanku yg kebingungan di sini.
Sungguh aku benar2 tidak mengerti apa maksud Jenny yg sebenarnya, semuanya serba menggantung dan tidak jelas bagiku.
Selesai makan kamipun segara pulang karena malam juga semakin larut. Ketika di areal parkir kutarik Jenny kembali untuk minta penjelasan darinya.
"Jen, gue minta penjelasan dari semua yg lu katakan padaku tadi." Todongku pada Jenny.
"Lu minta penjelasan apalagi? Semuanya udah jelas." Jawab Jenny.
"Maksud lu?"
"Erick, Alwi itu gay!" Tegas Jenny sambil menatapku sungguh2.
"Jen, lu pasti tahu kan, klo gue becanda doang, lu kayak nggak kenal gue aja deh." Ujarku mulai khawatir
"Justru karena gue sangat mengenal lu, gue peringatin lu dari tadi, hanya saja lu tidak menyadarinya." Jawab Jenny sambil memegang pundakku.
Aku terdiam sambil mendesah nafasku berat. Dan ketika aku menoleh, alangkah terkejutnya aku ternyata Alwi berdiri tegak di situ, sambil memandangiku dengan tatapan kecewa.
"A-alwi!!" Seruku tergagap.
Namun Alwi tdk membalas seruanku. Lalu dia berbalik menyetop taksi dan pergi meninggalkanku dan Jenny. Aku hanya memandangi kepergiannya dengan penuh sesal. Ya Tuhan,,, aku tidak menyadari kalau dari tadi aku telah memberinya harapan. Dan kini dia pasti sangat kecewa kepadaku.
Ku susul dia ke rumahnya namun berkali2 aku memencet bel, tidak ada yg membukakan pintu untukku. Aku panggil namanya tapi dia tidak menjawab panggilanku. Di rumahpun aku coba menelponnya namun panggikanku direject. Aku pun dihinggapi perasaan takut akan kehilangan dia. Jujur, aku sangat menikmati pertemananku dengan Alwi, aku merasa nyaman di dekatnya dan aku betul2 tidak siap jika persahabatanku dengannya harus berakhir di sini.
Dan kini sudah hampir dua minggu aku putus kontak dengannya, aku benar2 merasa kesepian, kesepian yg aneh menurutku. Aku ini termasuk anak yg supel dalam pergaulan, aku memiliki banyak teman, namun sejak aku berpisah dengan Alwi, aku merasa sendiri, sepi dan tak berkawan lagi (kayak lagu aja x_x). Akibatnya aku lebih banyak diam dan melamun. Teman2ku banyak yg mengeluhkan perubahan sikapku ini, namun hanya bisa kubalas dengan senyuman.
Berbagai cara sudah kucoba demi bisa berbaikan dengan Alwi, namun hasilnya nihil, bahkan Jennypun menyerah tanpa syarat untuk mendamaikan kami. Sebegitu bencinyakah Alwi kepadaku. Yah, mungkin ini hukuman juga buatku karena sudah mempermainkan perasaan orang. Akupun harus Ikhlas kehilangan Alwi dalam hidupku.
Dan pagi ini aku mengemudikan mobilku di tengah kota sekedar berjalan2 keliling kota sendirian. Dan tiba2 aku melihat Alwi yg sedang melintas menyebrangi jalan. Buru2 kutepikan mobilku dan keluar segera menemuinya.
"Alwi!!" Seruku sambil berlari ke arahnya. Alwi terlihat masih ngambek kepadaku. Namun kali ini dia tidak menghindar.
"Alwi aku minta maaf atas kelakuanku di bioskop tempo hari, aku benar2 menyesal" ujarku bersungguh2
"Tapi kamu sudah tahukan siapa aku sebenarnya." Tanya Alwi sambil menatapku dalam2.
"Iya, dan aku nggak peduli. Yg penting bagiku kamu mau memaafkanku dan mau berteman lagi denganku." Jawabku.
Alwi terdiam cukup lama seperti sedang memikirkan sesuatu, sementara aku yg gelisah harap2 cemas.
"Maafin aku yah,,, please,,, ya,,ya,,yaaaa..." Lanjutku lagi sambil menarik2 tangannya.
Lama dia terdiam seperti itu. Lalu kemudian dia cekikikan dan akhirnya dia tidak mampu lagi menahan tawanya "WUAHAHAHAHA!!!!" Dia tertawa terbahak2 sampai2 air matanya mengalir dan wajahnya memerah. Aku sempat melongo melihatnya seperti itu
Sialan gue dikerjain!!!! Aku menggeleng2kan kepalaku sambil memanyunkan bibirku.
"Kamu ngerjain aku yah!!!! Awas aku cipok juga kamu yah..." Ancamku sambil memeluknya dan memonyong2kan bibirku.
"Eh, erick apa2an sih!! Lepasin!!! Hahahahaaaa." Seru Alwi sambil memberontak. Aku jadi makin agresif lalu aku gelitikin dia dengan gemes.
"UDAH!!UDAH!!! HAHAHAHAHAHA.... GELI TAU!!!" kali ini Alwi menjerit kegelian. Aku tidak mempedulikan jeritannya. terus kugelitikin dia sampai lemas. Bodo amat sama orang2 yg memandang aneh kepada kami. Yg jelas aku merasa senang dan bahagia sekali akhirnya bisa baikan lagi sama Alwi.
Makin hari kamipun semakin lengket saja, benar2 tak terpisahkan, kamipun tak malu2 saling berangkulan didepan umum, bahkan saling menggelitiki aku sama sekali tak canggung, toh, sama sahabatku ini koq. Walaupun dia seorang gay, itu sama sekali tidak mengganggu persahabatan kami.
Namun beberapa hari ini aku tdk bisa tidur nyenyak, sosok Alwi dengan senyumannya selalu melintas dibenakku. Aku hampir tidak bisa tidak memikirkannya. Walaupun hampir setiap hari kami bertemu, namun bagiku itu tidk cukup, ingin rasanya menghabiskan waktuku hanya bersamanya. Jujur jauh di dalam hatiku aku ingin lebih dari sekedar bersahabat dengannya, entah apa namanya namun aku sangat menginginkan hal itu, hal yg sama sekali asing bagiku.
Malam ini aku bersiap2 menuju ke kafe XX untuk melihat Alwi perform. Bandnya menjadi band pembuka untuk acara festival musik yg di adakan di kafe itu. Setelah menjemput Jenny dan teman2 yg lain, kamipun segera meluncur ke kafe XX dengan mengendarai mobilku.
"Hei!!! Thanks yah kalian mau datang ke sini." Sambut Alwi begitu kami masuk ke dalam kafe.
"Iyalah,, kami kan nggak mau ngelewatin penampilan perdana band lu, walaupun band lu itu amatiran, tapi kita tetap solid atas nama persahabatan dan persaudaraan" balas Jenny dengan gayanya yg kecentilan.
"Enak aja amatiran... Awas yah kalau band gue terkenal. Nggak bakalan dapat tandatangan dari gue loh." Ancam Alwi.
"Udaah,,, kamu cepetan ke back stage gih, bentar lagi kamu kan mau tampil." Ujarku menengahi.
"Iya deh, guys aku ke back stage dulu yah." Pamit Alwi.
"Good Luck!!!" Seruku sebelum dia hilang di belakang panggung.
Acara pun dimulai dan setelah MC membuka acara itu kini giliran bandnya Alwi tampil. Dan suasana tiba2 redup dan sebuah spotlight langsung menyoroti Alwi yg tampak gagah di tengah panggung.
"Lagu ini kupersembahkan untuk seseorang yg spesial di hatiku,,, Sahabatku, Kekasihku." Ujar Alwi membuka penampilannya. Aku sedikit tersentak mendengar judul lagunya dan aku menatap Alwi yg menatapku penuh arti dari atas panggung.
Lalu iringan musik dari bandnya pun mulai mengalun dan suara emas dari Alwipun mulai melantunkan syair2 dari lagu yg dipopulerkan oleh grup Ada Band. Selama menyanyikan lagu itu, alwi terus menatapku dengan penuh perasaan. Dan akupun merasakan ada getaran2 yg mendesak di dadaku yg membuat aku sedikit mengejang. Tiba2 aku meresakan sesak di dadaku dan kurasakan ruangan kafe ini semakin menyempit. Lalu aku berlari keluar sebelum alwi menyelesaikan penampilannya.
Di luar aku bernafas cepat seperti orang yg ngos-ngosan. Sekuat tenaga aku menahan rasa yg semakin menyesakkan dadaku ini. Oh God!! Seperti inikah rasa itu? Berbagai macam pertanyaan berputar di otakku.
"Erick." Panggil sebuah suara yg sangat kukenal. Yg memanggilku di belakangku.
Aku tetap saja membelakangi Alwi. Aku sama sekali tidak tahu harus bagaimana. Yg pasti aku terus mematung.
"Aku harap sekarang kamu tahu perasaanku padamu." Ujarnya lalu mendesah berat nafasnya.
"Aku tahu, kalau kamu hanya menganggapku sahabat, tidak lebih. Tapi aku tidak dapat membohongi perasaanku kalau aku jatuh cinta kepadamu." Lanjutnya lagi.
"Aku tidak berharap kamu akan membalas cintaku, namun aku berharap agar kamu jangan menjauhiku karena perasaanku ini,,, aku..aku tidak bisa hidup tanpamu."
Lalu akupun berbalik menampakkan wajahku yg tersenyum haru. Kemudian aku berjalan mendekati Alwi dan sejurus kemudian aku lalu memeluknya erat sekali. Kudekapkan kepalaku di dadanya sehingga aku bisa mndengar detak jantungnya.
"Aku juga merasakan hal yg sama denganmu. Namun, aku terlalu naif untuk mengakuinya. semakin aku mencoba menepis perasaanku, semakin itu menyiksaku. Aku tidak dapat membohongi diriku sendiri kalau aku juga jatuh cinta kepadamu." Lalu Alwi mempererat pelukanku. Aku sedikit mengurai pelukanku sehingga aku dapat menatap wajahnya.
"Tapi aku harap kita memulainya pelan2 saja yah, bagaimanapun hal ini masih sangat baru bagiku." Pintaku Sambil sedikit membelai wajahnya.
Alwi lalu tersenyum lembut dan menganggukkan kepalanya. Dan dengan sedikit canggung kukecup bibirnya lembut.
"Good start." Ujar Alwi sambil tersenyum dan mencolek daguku.
Akupun tertawa kecil sambil menundukkan kepalaku karena malu. Alwi lalu mendongakkan kepalaku dan dengan jarinya dia menarik daguku mendekatkan wajahku ke wajahnya dan dia pun mencium bibirku dan akupun membalas ciumannya. Dan kamipun berciuman penuh kemesraan.
THE END