Sahabatku, Kekasihku

Dirgantara putra 15.26 |

Sahabatku, Kekasihku (ONESHOOT)
By: Ekhie
(https://www.facebook.com/ceritakaumpelangi)
Hai,,, thanks yah sudah dikasih kesempatan lagi buat kirim cerpen di Lovely page C.K.P. Ini...

Sebenarnya cerpen ini, adalah cerpen yg paling pertama yg aku buat,, jadi mohon maaf kalau nanti ada typo dan mungkin alurnya kecepetan bin acakadul... but I hope you all enjoy it...

Happy reading teman2...

Sahabatku, Kekasihku
By: Ekhie

 


Aku berjalan tergesa2 menuju terminal kedatangan di Bandara ini. Hari ini Ibuku balik dari Jakarta dan semestinya aku sudah menjemputnya sejak setengah jam yang lalu.

Aduh, bisa2 aku dicincang abis nanti sama ibu. Karena tergesa2nya saya jadi tidak memperhatikan langkahku. Kaki tiba2 tersandung sebuah koper yg tergeletak sembarangan disitu. Akibatnya saya jadi kehilangan keseimbangan. Tanganku melambai2 diudara mencari pegangan. Beruntung karena ada seseorang yg menahanku dari depan sehingga aku tidak harus mencium tanah air. Sekuat tenaga aku berpegangan pada orang itu. Sekilas tampak kami seperti sedang berpelukan. Apalagi posisi tangannya yg melingkari badanku. Beberapa saat akhirnya aku bisa menguasai diriku. Dan ketika aku mendongakkan wajahku ternyata yg menolongku adaalah seorang pria yg kutaksir kira2 seumuran denganku. Aku terkejut bukan kepalang, buru2 kulepaskan diriku dari pelukannya. Aku jadi salah tingkah apalagi orang sedari tadi memperhatikan kami dengan heran.

Pria itu menatap khawatir kepadaku.
"Kamu nggak apa2 kan? Maaf, tadi koperku yg menyandung kakimu." Ujar pria itu.

Aku mengangguk sambil terus menunduk krena wajahku masih memerah karena kejadian tadi.

"Kamu beneran nggak apa2?" Tanyanya lagi.

"Iya, aku nggak apa2 koq." Jawabku sambil tersenyum meyakinkannya.

Dia lalu tersenyum dan terlihat lega dengan jawabanku.
"Fiuuuhhh,,, syukurlah."

"Namaku Alwi, Alwi Prawira." Ujarnya sambil menjulurkan tangannya kepadaku.

"Aku Erick, Erick Juniawan." Balasku sambil menjabatkan tanganku ke tangannya. Lalu dalam keadaan masih menggenggam tanganku Alwi mengamati wajahku sambil mengernyitkan dahinya. Aku jadi makin salah tingkah diamati seperti itu, kuraba2 wajahku dengan tanganku yg satunya lagi, kali aja ada nasi sebiji nemplok di wajah gue. Tapi kayaknya nggak ada yang aneh di wajahku, semuanya masih ada lengkap di situ.

Tiba2 Alwi tersenyum sumringah, seolah2 menemukan jawaban di wajahku.

"Astaga Erick!!!"Serunya. Sekarang aku jadi keheranan, aku mengernyitkan dahiku.

"Ini aku Alwi!! Temen SMAmu dulu." Lanjutnya. Aku mencoba mengingat2 ke masa SMAku dulu sambil mengamati wajahnya. Ada sih teman yg namanya Alwi waktu SMA dulu. Tapi berbanding terbalik dengan Alwi yg ada dihadapanku ini. Alwi yg kuingat waktu SMA dulu orangnya item,dekil, gendut pokoknya culun abis deh. Sedang Alwi yg ini dia berrkulit coklat terang dan bersih, tubuhnya tegap dan gagah. Belum lagi penampilannya, sangat nggak memenuhi syarat untuk disebut culun. Aku pastikan ini bukan Alwi teman SMAku!

Kuperhatikan dia dari bawah ke atas. Namun dia hanya tersenyum sambil menggeleng2kan kepalanya.

"Ini aku, Alwi yg gendut itu." Ujarnya sambil tertawa2 kecil.

Sontak aku membulatkan mata dan terbengong2 tdk percaya dengan apa yg baru saja kudengar. Ini beneran Alwi?!! Gimana caranya dia bertransformasi menjadi makhluk yg sangat indah begini?!!

Lho!? Koq, jadi berlebihan gini aku memuji dia? Ok! He's handsome, I confess it, but should I give him to much over compliment just like I did?

"Hei! Koq bengong?" Serunya sambil mengibas2kan tangannya di depan wajahku.

Aku langsung tersadar dari keterbengonganku.
"Wow! aku benar2 pangling, kamu sekarang betul2 berbeda dengan Alwi yg dulu ku kenal." Ujarku sambil tersenyum kikuk.

Dia hanya tersenyum lebar.
"Ah, bisa aja kamu, oh ya, kamu apa kabar?" Tanyanya.

"Alhamdulillah, baik" jawabku. Lalu obrolan kami pun berlanjut. Layaknya teman yg lama tak berjumpa, obrolan kami hanya diliputi, kamu sekarang kerja dimana? Udah nikah atau belum? Blablabla...

Lagi seru2nya ngobrol sama Alwi, HPku tiba2 berdering. Cepat2 kurogoh sakuku, dan begitu kulihat nama yg tertera di layar monitorku, Ya Tuhan penguasa semesta raya!!!! Aku lupa tujuan sebenarnya aku bandara ini karena keasyikan ngobrol dengan Alwi!!!

Kutepuk jidatku. Alwi terheran2 melihat tingkahku.
"Alwi, sorry banget, aku lupa kalau aku ke sini tuh buat jemput ibuku. Kapan2 kita lanjut yah ngobrolnya." Ujarku terburu2.

Alwi mengangguk dan tersenyum.
"Kamu udah punya nomerku kan?" Tanyaku lanjut.

"Iya, udah cepetan sana! Kasian ibumu kelamaan nunggu." Jawab Alwi.

"Senang bisa ketemu kamu." Ujarku seblum akhirnya aku berlari menuju ke ruang tunggu arrival.

Kulihat ibuku duduk di kursi tunggu.
"Ibu!!" Seruku sambil melambaikan tanganku ke arahnya. Ibupun menoleh ke arahku dengan ekspresi wajahnya yang datar. Lalu sambil berjalan ke arahnya, aku pasang senyuman termanisku. Namun semakin aku mendekat senyumku berangsur2 menghilang. Karena perlahan kulihat sepasang tanduk keluar dari kepala Ibuku, dan kulitnya tiba2 berubah menjadi merah dan gigi taringnya pun semakin memanjang.

"Kamu kemana aja sih!!! Hampir sejam Ibu nungguin kamu di sini tahu!!!" Semprot Ibu kepadaku yang menyadarkanku dari ilusi menyeramkan tentang ibuku sendiri.

"Sorry deh bu,,, tadi Erick ketemu ama temen lama, jadi keasyikan deh ngobrolnya hehehe...." Jawabku sambil nyengir2.

"Ya udah!! Ayo pulang!! Bawa'nih barang2 ibu!!!" Perintah Ibu kepadaku. Akupun langsung segera mengambil barang2 ibuku.

Sepanjang perjalan menuju ke Mobil, ibu terus mengomeliku, sementara aku yg berjalan di sisinya hanya bisa menahan malu. Kata orang bijak, kemarahan orang tua adalah wujud kasih sayang mereka kepada anaknya. Berarti Ibu sayang banget yah sama aku sampai2 rela anaknya yg super duper ganteng bin imut ini menjadi bahan tertawaan orang2, mana tadi di situ ada rombongan cewek2 cantik pada bisik2 sambil ngetawain aku, hadeeeehhh,,, x_x jatuh harga nih kalau begini kejadiannya.

Sesampainya kami di mobil, ibu masuk ke mobil duluan sementara aku memasukkan barang2 bawaannya ke bagasi. Setelah itu akupun masuk juga ke dalam mobil dan segera meluncur meninggalkan Bandara ini.

Namun belum lagi mobil kami meluncur, aku melihat Alwi sedang menunggu taksi. Mungkin dia sudah lama menunggu disitu. Akupun melajukan mobilku ke dekatnya. Begitu mobilku mendekat dia telihat keheranan. Akupun menurunkan kaca mobil. Diapun sedikit melongok ke dalam mobil, begitu dia tahu bahwa aku yg ada di dalam mobil, senyumnya pun mengembang lebar.

"Alwi, belum pulang?" Tanyaku.

"Iya nih, koq, nggak ada taksi yah?" Jawabnya.

"Ya, udah kamu ikut kita aja." Tawar Ibuku sambil tersenyum ramah.

"Oh, nggak usah tante, takut ngerepotin." Tolak Alwi sopan sambil tersenyum.

"Ah,, nggak ngerepotin koq, dari pada kelamaan nunggu taksinya. Udah ikut kita aja." Ujarku sedikit memaksa malah aku sudah membuka bagasi. Alwipun spertinya tdk punya pilihan lagi. Diapun memasukkan barangnya ke bagasi kemudian diapun masuk ke dalam mobil.

"Nak Alwi tinggal dimana?" Tanya Ibuku begitu mobil kujalankan.

Alwipun menyebutkan satu alamat. Yg rupanya searah dengan tempat tinggalku.

"Nah, untung aja kamu ikut kita, jadi kan, kamu nggak harus keluarin biaya ekstra, sekalian aku juga bisa tahu tempat tinggal kamu."Ujarku bersemangat. Di sepanjang jalan kami terus ngobrol sambil bercanda2.

"Oh, ya,,, nak alwi sudah punya pacar?" Tanya ibu sedikit antusias

"Eh, belum tante." Jawab Alwi sedikit malu2.

"Heehh,, anak muda jaman sekarang, pada belum punya pacar, padahal kamu ini kan sudah mapan, koq betah hidup sendiri? Sama nih kayak si Erick, belum pernah sekalipun dia bawa ceweknya ke rumah, padahal kalian berdua ini sama2 ganteng. Kalau begitu, kalian berdua pacaran aja deh." Cerocos ibuku asal.

"Hah!!! Ibu ini ada2 aja deh.." Seruku terkejut. Alwi hanya tersenyum kikuk mendengar celotehan ibuku.

Sempat kulirik Alwi di kaca Spion, tapi ternyata dia juga memperhatikanku namun buru-buru dia alihkan pandanganya ke arah lain.

Akhirnya kamipun sampai di sebuah rumah yg bergaya minimalis, tidak besar, namun tidak kecil juga. Halamannya yg tidak begitu luas tertata apik dengan tanaman2 hias yg cantik, yang punya rumah pasti kerasan tinggal di sini.

Alwi lalu turun dari mobil dan menurunkan kopernya dari bagasi.
"Makasih yah tante, erick... Mampir dulu?" Tawar Alwi sambil tersenyum sopan kepada kami.

"Aduh, kapan2 yah nak Alwi,,, soalnya juga tante udah kangen Rumah." Tolak ibuku secara halus. Alwi tersenyum dan mengangguk mengerti.

"Ya, udah Alwi kita balik dulu yah, kamu juga ke rumahku dong, nggak jauh koq dari sini." Ujarku.

Sekali lagi alwi hanya tersenyum lembut dan mengangguk. Aku melambaikan tanganku sambil menutup kaca mobil dan dia membalasnya dengan melambaikan tangannya. Lalu akupun segera melajukan mobilku ke rumah.

Sejak saat itu aku dan Alwi semakin dekat. Komunikasi kamipun berjalan semakin inteeeenss!!!! (ala infotainment), smsan, telfon2an, BBMan hampir setiap hari. Aku juga heran sendiri, koq kami bisa makin akrab begini? Padahal dulu waktu di SMA, boro2 smsan, telfon2an, berpapasan aja cuek2an. Dulu di SMA kita cuma tahu nama, sama mukanya aja.. Kenal secara personality nggak sama sekali. Malas juga sih sebenarnya aku kenal lebih dekat sama Alwi dulunya. Aku cenderung jengah melihat tingkahnya dia waktu pertama kali ketemu dia saat kelas 1 SMA.

Ceritanya gini, waktu itu baru sektar tiga minggu kami bersekolah di SMA, waktu itu aku sama sekali belum tahu, ada sosok bernama Alwi yg bersekolah di sekolah yg sama denganku. Kami bertemu waktu kami melayat salah satu teman sekolah kami yg meninggal karena kecelakaan. Sewaktu kami ingin mengantarkan jenazah teman kami itu ke pemakaman, aku kebingungan mau numpang di mobil siapa, soalnya rata2 udah penuh semua. untung aja salah seorang keluarga temanku yg meninggal itu memberikan tumpangan di mobilnya. Jadilah aku menumpang di mobil orang yg baik hati itu. Tapi ternyata, disitu sudah ada Alwi dan genknya yg kesemuanya cewek, dan salah satu anggota genknya ternyata saudara sepupuku namanya Jenny. Tapi bukannya segera naik ke mobil, mereka malah sibuk nentuin kamu duduk dimana, aku duduk sama siapa, kamu duduknya bareng si itu aja yah,,, dll,dll...

Karena saking kesalnya langsung aja aku nyolot.
"Udah cepetan ah!! Gitu aja koq repot?!!!" Seruku tidak sabar. Akhirnya mereka dengan kesal naik juga ke mobil itu si Jenny justru sebelum naik ke mobil sempat2nya mencubit pinggangku saking kesalnya ngeliat tingkahku yg nyolot abis. Rupanya di dalam mobilpun mereka justru lebih berisik lagi, terutama si Alwi,aku heran dia justru lebih proaktif kalo ngobrol dengan Jenny dan teman2 ceweknya yg lain, sedangkan aku dianggurin gitu aja, belum lagi gaya bicaranya dan gesturenya yg sok imut kecentilan, padahal dari tampang ama body lebih mirip ikan paus, siapa yg nggak jengah coba?

Tapi itu dulu, sekarang dia sudah banyak berubah, bukan hanya dari segi penampilan fisiknya yg oke banget sekarang, tapi dari tingkah laku dan gaya bicaranya juga sudah berubah. Beda banget dari alwi yg dulu selalu bikin aku jengah kalo dekat2 dia, sekarang aku justru nyaman di dekatnya. nah loh!!??

Malam ini aku dan Alwi janjian buat nonton di XXI di salah satu Mall yg terkenal di kotaku ini. Ketika kami sampai di mall tersebut, kami langsung menuju ke lantai tiga, krena bioskop XXI berada di lantai tersebut. Di depan loket pembelian karcis, ternyata Jenny dan beberapa teman genknya waktu SMA sdah berkumpul di situ. Alwi langsung melambaikan tangannya begitu Jenny melihat kami. Jenny lngsung membalas melambaikan tangannya. Alwi langsung merangkulku dan mengajakku menemui Jenny and the gank.

Jenny cukup terkejut melihat aku datang bersama Alwi sampai2 dia terbengong2. Sambil berangkulan kami berjalan mendekati Jenny.

"Woi!!! Kenapa bengong lu?" Seruku seraya mengibaskan tanganku di depan wajah Jenny.

Jenny lalu mengedip2kan matanya sambil sedikit menggelengkan kepalanya. Sementara aku dan Alwi yg masih berangkulan tertawa geli melihat tingkah Jenny.

"Kalian ini berangkul2an seperti itu kayak orang lagi pacaran aja." Protes Jenny seraya menurunkan tanganku dari pundak Alwi. Ide jahilku lalu muncul seketika, Aku lalu kembali meangkulnya namun kali ini aku merlingkarkan tanganku di pinggangnya dan sedikit menghentakkan tubuhnya agar lebih merapat dengan tubuhku.

"Emang kita pacaran koq." Ujarku cuek. Alwi langsung menoleh kearahku seketika. Sambil tersenyum kikuk dia memandang heran kepadaku. Lalu kubalas dengan mengedipkan mataku sebelah.

"WHAT!!!!!" Pekik Jenny dan teman2nya histeris. Aku sampai terlonjak mendengar pekikannya yg ngalahin suara jet klo lagi take off...

Dengan gemes Jenny lalu menarikku ke tempat yg agak sepi menjauh dari Alwi.

"Lu sadar nggak sih sama ucapan lu." Tanya Jenny dengan suara tertahan sambil menatapku lekat2.

Aku jadi heran melihat tingkah sepupuku ini.

"Alwi itu gay!!" Lanjutnya masih dengan suara tertahan.

Aku lalu tertawa mendengar ucapan jenny barusan, Jenny emang punya selera humor yg tinggi. Masa' sahabat sendiri dikatain gay.
"Ada2 aja lu ah." Ujarku setelah tawaku mereda.

Lalu akupun segera kembali ke Alwi. Dan tiba2 genknya Jenny lalu menepuk pundakku.

"Ternyata kamu Erick si jutek itu toh?" Seru si Metha

"Ya, ampyun!!! Sekarang kamu ganteng banget yah?" Tambah si Rena. Padahal dari dulu emang udah ganteng koq.

"Sayang, udah jadi pacarnya Alwi, seandainya belum, aku mau dong jadi pacar kamu." Goda si fitri sambil mencolek daguku.

Aku hanya tersenyum dan dengan jahilnya kupeluk lagi Alwi yg membuat Jenny jadi makin bete. Jenny hanya menggelengkan kepalanya sambil mendelik kesal ke arahku.

Lalu kamipun segera masuk studio setelah Fitri mendapatkan ticket untuk kami berenam, sewaktu kami menonton Alwi memegang jemariku sembari mengelusnya. aku menoleh dan tersenyum kepadanya dan dia pun membalas senyumanku.

Selesai nonton kamipun memutuskan untuk makan di food court favorit mereka di mall ini. Karena berada di lantai dua, kamipun menggunakan escalator untuk turun ke lantai dua. Sewaktu di escalator hampir saja aku terjatuh ketika seorang pria tampak tergesa2 turun ke bawah dan dia menyambarku, tapi untung saja Alwi dengan sigapnya merengkuh tubuhku dari belakang sehingga aku tidak sampai jatuh terguling ke bawah. Sesaat mata kami beradu. S**t!!! Ada apa ini??? Koq, aku jadi gugup begini?? Gugup sekaligus senang....

Buru2 kulepas pelukannya. "Thanks yah sayang." Ujarku. Dan kali ini entah aku pengen iseng aja atau lagi serius, pokoknya meluncur begitu saja dari bibirku.

Ketika kami makan di food court, keisenganku berlanjut lagi, dengan sengaja aku menyuapi Alwi, tujuanku hanya ingin membuat kesal Jenny, krena metha, rena dan fitri keliatan biasa2 saja. Dan ternyata berhasil karena Jenny terlihat jengah dan tidak nyaman.

Aku lalu merasa perlu ke toilet dan akupun pamit ke toilet kepada teman2ku. Dan setelah kulepaskan hajatku dan mencuci tanganku. Akupun keluar dari toilet, dan diluar ternyata Jenny sudah ada di depan pintu toilet menungguku. Akupun sedikit terkejut dibuatnya.

"Jenny lu bikin gue kaget aja."

"Sebaiknya lu sadar dengan kelakuan lu." Ujar jenny sambil menatapku dalam2. Dan aku mengernyitkan dahi tak mengerti.

"Lu jangan memberi Alwi harapan palsu! Lu itu saudara gue, gue sayang sama lu dan gue juga sayang sama Alwi krena dia sahabat gue." Lanjut Jenny.

"Please, lu jangan nyakiti dia, dia udah terlalu sering di sakiti." Lanjut Jenny lagi bersungguh2 lalu diapun meninggalkanku yg kebingungan di sini.

Sungguh aku benar2 tidak mengerti apa maksud Jenny yg sebenarnya, semuanya serba menggantung dan tidak jelas bagiku.

Selesai makan kamipun segara pulang karena malam juga semakin larut. Ketika di areal parkir kutarik Jenny kembali untuk minta penjelasan darinya.

"Jen, gue minta penjelasan dari semua yg lu katakan padaku tadi." Todongku pada Jenny.

"Lu minta penjelasan apalagi? Semuanya udah jelas." Jawab Jenny.

"Maksud lu?"

"Erick, Alwi itu gay!" Tegas Jenny sambil menatapku sungguh2.

"Jen, lu pasti tahu kan, klo gue becanda doang, lu kayak nggak kenal gue aja deh." Ujarku mulai khawatir

"Justru karena gue sangat mengenal lu, gue peringatin lu dari tadi, hanya saja lu tidak menyadarinya." Jawab Jenny sambil memegang pundakku.

Aku terdiam sambil mendesah nafasku berat. Dan ketika aku menoleh, alangkah terkejutnya aku ternyata Alwi berdiri tegak di situ, sambil memandangiku dengan tatapan kecewa.

"A-alwi!!" Seruku tergagap.

Namun Alwi tdk membalas seruanku. Lalu dia berbalik menyetop taksi dan pergi meninggalkanku dan Jenny. Aku hanya memandangi kepergiannya dengan penuh sesal. Ya Tuhan,,, aku tidak menyadari kalau dari tadi aku telah memberinya harapan. Dan kini dia pasti sangat kecewa kepadaku.

Ku susul dia ke rumahnya namun berkali2 aku memencet bel, tidak ada yg membukakan pintu untukku. Aku panggil namanya tapi dia tidak menjawab panggilanku. Di rumahpun aku coba menelponnya namun panggikanku direject. Aku pun dihinggapi perasaan takut akan kehilangan dia. Jujur, aku sangat menikmati pertemananku dengan Alwi, aku merasa nyaman di dekatnya dan aku betul2 tidak siap jika persahabatanku dengannya harus berakhir di sini.

Dan kini sudah hampir dua minggu aku putus kontak dengannya, aku benar2 merasa kesepian, kesepian yg aneh menurutku. Aku ini termasuk anak yg supel dalam pergaulan, aku memiliki banyak teman, namun sejak aku berpisah dengan Alwi, aku merasa sendiri, sepi dan tak berkawan lagi (kayak lagu aja x_x). Akibatnya aku lebih banyak diam dan melamun. Teman2ku banyak yg mengeluhkan perubahan sikapku ini, namun hanya bisa kubalas dengan senyuman.

Berbagai cara sudah kucoba demi bisa berbaikan dengan Alwi, namun hasilnya nihil, bahkan Jennypun menyerah tanpa syarat untuk mendamaikan kami. Sebegitu bencinyakah Alwi kepadaku. Yah, mungkin ini hukuman juga buatku karena sudah mempermainkan perasaan orang. Akupun harus Ikhlas kehilangan Alwi dalam hidupku.

Dan pagi ini aku mengemudikan mobilku di tengah kota sekedar berjalan2 keliling kota sendirian. Dan tiba2 aku melihat Alwi yg sedang melintas menyebrangi jalan. Buru2 kutepikan mobilku dan keluar segera menemuinya.

"Alwi!!" Seruku sambil berlari ke arahnya. Alwi terlihat masih ngambek kepadaku. Namun kali ini dia tidak menghindar.

"Alwi aku minta maaf atas kelakuanku di bioskop tempo hari, aku benar2 menyesal" ujarku bersungguh2

"Tapi kamu sudah tahukan siapa aku sebenarnya." Tanya Alwi sambil menatapku dalam2.

"Iya, dan aku nggak peduli. Yg penting bagiku kamu mau memaafkanku dan mau berteman lagi denganku." Jawabku.

Alwi terdiam cukup lama seperti sedang memikirkan sesuatu, sementara aku yg gelisah harap2 cemas.

"Maafin aku yah,,, please,,, ya,,ya,,yaaaa..." Lanjutku lagi sambil menarik2 tangannya.

Lama dia terdiam seperti itu. Lalu kemudian dia cekikikan dan akhirnya dia tidak mampu lagi menahan tawanya "WUAHAHAHAHA!!!!" Dia tertawa terbahak2 sampai2 air matanya mengalir dan wajahnya memerah. Aku sempat melongo melihatnya seperti itu

Sialan gue dikerjain!!!! Aku menggeleng2kan kepalaku sambil memanyunkan bibirku.
"Kamu ngerjain aku yah!!!! Awas aku cipok juga kamu yah..." Ancamku sambil memeluknya dan memonyong2kan bibirku.

"Eh, erick apa2an sih!! Lepasin!!! Hahahahaaaa." Seru Alwi sambil memberontak. Aku jadi makin agresif lalu aku gelitikin dia dengan gemes.

"UDAH!!UDAH!!! HAHAHAHAHAHA.... GELI TAU!!!" kali ini Alwi menjerit kegelian. Aku tidak mempedulikan jeritannya. terus kugelitikin dia sampai lemas. Bodo amat sama orang2 yg memandang aneh kepada kami. Yg jelas aku merasa senang dan bahagia sekali akhirnya bisa baikan lagi sama Alwi.

Makin hari kamipun semakin lengket saja, benar2 tak terpisahkan, kamipun tak malu2 saling berangkulan didepan umum, bahkan saling menggelitiki aku sama sekali tak canggung, toh, sama sahabatku ini koq. Walaupun dia seorang gay, itu sama sekali tidak mengganggu persahabatan kami.

Namun beberapa hari ini aku tdk bisa tidur nyenyak, sosok Alwi dengan senyumannya selalu melintas dibenakku. Aku hampir tidak bisa tidak memikirkannya. Walaupun hampir setiap hari kami bertemu, namun bagiku itu tidk cukup, ingin rasanya menghabiskan waktuku hanya bersamanya. Jujur jauh di dalam hatiku aku ingin lebih dari sekedar bersahabat dengannya, entah apa namanya namun aku sangat menginginkan hal itu, hal yg sama sekali asing bagiku.

Malam ini aku bersiap2 menuju ke kafe XX untuk melihat Alwi perform. Bandnya menjadi band pembuka untuk acara festival musik yg di adakan di kafe itu. Setelah menjemput Jenny dan teman2 yg lain, kamipun segera meluncur ke kafe XX dengan mengendarai mobilku.

"Hei!!! Thanks yah kalian mau datang ke sini." Sambut Alwi begitu kami masuk ke dalam kafe.

"Iyalah,, kami kan nggak mau ngelewatin penampilan perdana band lu, walaupun band lu itu amatiran, tapi kita tetap solid atas nama persahabatan dan persaudaraan" balas Jenny dengan gayanya yg kecentilan.

"Enak aja amatiran... Awas yah kalau band gue terkenal. Nggak bakalan dapat tandatangan dari gue loh." Ancam Alwi.

"Udaah,,, kamu cepetan ke back stage gih, bentar lagi kamu kan mau tampil." Ujarku menengahi.

"Iya deh, guys aku ke back stage dulu yah." Pamit Alwi.

"Good Luck!!!" Seruku sebelum dia hilang di belakang panggung.

Acara pun dimulai dan setelah MC membuka acara itu kini giliran bandnya Alwi tampil. Dan suasana tiba2 redup dan sebuah spotlight langsung menyoroti Alwi yg tampak gagah di tengah panggung.

"Lagu ini kupersembahkan untuk seseorang yg spesial di hatiku,,, Sahabatku, Kekasihku." Ujar Alwi membuka penampilannya. Aku sedikit tersentak mendengar judul lagunya dan aku menatap Alwi yg menatapku penuh arti dari atas panggung.

Lalu iringan musik dari bandnya pun mulai mengalun dan suara emas dari Alwipun mulai melantunkan syair2 dari lagu yg dipopulerkan oleh grup Ada Band. Selama menyanyikan lagu itu, alwi terus menatapku dengan penuh perasaan. Dan akupun merasakan ada getaran2 yg mendesak di dadaku yg membuat aku sedikit mengejang. Tiba2 aku meresakan sesak di dadaku dan kurasakan ruangan kafe ini semakin menyempit. Lalu aku berlari keluar sebelum alwi menyelesaikan penampilannya.

Di luar aku bernafas cepat seperti orang yg ngos-ngosan. Sekuat tenaga aku menahan rasa yg semakin menyesakkan dadaku ini. Oh God!! Seperti inikah rasa itu? Berbagai macam pertanyaan berputar di otakku.

"Erick." Panggil sebuah suara yg sangat kukenal. Yg memanggilku di belakangku.

Aku tetap saja membelakangi Alwi. Aku sama sekali tidak tahu harus bagaimana. Yg pasti aku terus mematung.

"Aku harap sekarang kamu tahu perasaanku padamu." Ujarnya lalu mendesah berat nafasnya.

"Aku tahu, kalau kamu hanya menganggapku sahabat, tidak lebih. Tapi aku tidak dapat membohongi perasaanku kalau aku jatuh cinta kepadamu." Lanjutnya lagi.

"Aku tidak berharap kamu akan membalas cintaku, namun aku berharap agar kamu jangan menjauhiku karena perasaanku ini,,, aku..aku tidak bisa hidup tanpamu."

Lalu akupun berbalik menampakkan wajahku yg tersenyum haru. Kemudian aku berjalan mendekati Alwi dan sejurus kemudian aku lalu memeluknya erat sekali. Kudekapkan kepalaku di dadanya sehingga aku bisa mndengar detak jantungnya.

"Aku juga merasakan hal yg sama denganmu. Namun, aku terlalu naif untuk mengakuinya. semakin aku mencoba menepis perasaanku, semakin itu menyiksaku. Aku tidak dapat membohongi diriku sendiri kalau aku juga jatuh cinta kepadamu." Lalu Alwi mempererat pelukanku. Aku sedikit mengurai pelukanku sehingga aku dapat menatap wajahnya.

"Tapi aku harap kita memulainya pelan2 saja yah, bagaimanapun hal ini masih sangat baru bagiku." Pintaku Sambil sedikit membelai wajahnya.

Alwi lalu tersenyum lembut dan menganggukkan kepalanya. Dan dengan sedikit canggung kukecup bibirnya lembut.

"Good start." Ujar Alwi sambil tersenyum dan mencolek daguku.

Akupun tertawa kecil sambil menundukkan kepalaku karena malu. Alwi lalu mendongakkan kepalaku dan dengan jarinya dia menarik daguku mendekatkan wajahku ke wajahnya dan dia pun mencium bibirku dan akupun membalas ciumannya. Dan kamipun berciuman penuh kemesraan.

THE END
Read More

Pengganti Istri Ayahku

Dirgantara putra 15.22 |

Pengganti Istri Ayahku

kenalkan namaku anton. umurku sekarang 18th, katanya umur segini itu umur berondong gurih atau berondong manis. aku disini ingin berbagi cerita dengan para pembaca. semoga kalian suka dan semoga ngaceng berat ya hehehe.

3 bulan yg lalu orang tuaku bercerai. ini disebabkan karena ibuku yg sudah tidak sanggup hidup dengan ayahku dan aku. menurutku ekonomi kami bisa dibilang cukup. tapi ibuku yg matre itu tidak tahan bila tinggal dirumah yg katanya seperti gubuk. padahal rumah kami dibangun dengan semen. sebenarnya aku juga bersyukur dengan perceraian ini, karena sekarang aku yg melayani ayahku.

nama ayahku surya. dia bekerja sebagai satpam di sebuah bank terkenal. orangnya baik, penyayang, sabar dan yg paling aku suka badannya yg berotot. di bank itu diwajibkan bagi petugas keamanannya untuk mempunyai badan kuat. ayahku 4kali seminggu datang ke gym. semuanya gratis karena dibiayai oleh bank. aku kadang juga ikut ayah nge-gym bareng. tak salah kalau badanku bisa dibilang atletis. perut sixpackku juga membentuk dengan kencang.

hari ini aku harus belanja bahan makanan untuk makan siang. aku sudah putus sekolah saat ayah dan ibu cerai. dan ayah juga menyetujuinya, dia bilang lebih baik aku dirumah dan mengurusi rumah. ayah hari ini pulang siang, tak seperti biasanya ayah pulang malam.

masakanpun sudah selesai. ayah juga sudah pulang ke rumah. selesai ganti baju ayah segera makan bersama denganku. saat ayah keluar dari kamar, mataku tak berkedip karena ayah hanya memakai kaos singlet dan boxer ketat. walaupun di meja makan itu tidak ada lilin dan bunga mawar, aura romantis mengelilingi kami. ayah yg melihatku dengan senyuman pria maco membuatku ngaceng dan tidak bisa konsentrasi makan.

selesai makan aku membersihkan meja makan. sedangkan ayah duduk di sofa dan menonton tv. aku tau ayah ingin secangkir kopi jadi aku buatkan kopi kesukaannya. "yah ini kopinya diminum dulu" tawarku. "ayah kenapa pulang siang gak kayak biasanya?" aku mulai obrolan hangatku. "ayah tadi kecapekan jadi ayah minta pulang siang" jawab ayah dengan sedikit memijat pahanya. "nanti anton pijitin ya yah tapi anton mau bersihin kamar ayah dulu. bentar ya". aku berdiri dan langsung menuju kamar ayah. di atas kasurnya ada seragam ayah. "yah! seragamnya anton cuci ya?" teriakku dari dalam kamar. "iya!" jawab ayah. tak aku sangka ternyata di tumpukan seragam itu juga ada celana dalam ayah dan ada bekas cairan lengket yg lumayan banyak. sebelum aku masukkan ke mesin cuci, aku hirup aroma keringat pria jantan di seragam ayahku dan celena dalamnya. ini benar-benar membuatku ngaceng. tak lama kemudian aku segera hampiri ayah. "yah sini biar anton pijitin. mana yg capek?" tanyaku. "yg ini ton" jawab ayah dengan membimbing tanganku ke pahanya. aku sempat deg-degan.

"yah di kamar aja ya disini kurang nyaman"
kamipun pindah ke kamar ayah. aku kaget saat ayah membuka singletnya. dada yg montok dan besar. perut yg tak terlalu sixpack tapi terlihat seksi. aku mulai pijat bagian bahunya. kontolku yg dari tadi ngaceng aku senggolkan dan gesekkan sedikit di punggung ayah. kontolku tambah ngaceng berat. sekarang posisi ayah tiduran dengan membuka kedua tangannya, dan kedua telapaknya dijadikan bantal dibelakang kepalanya. aroma keringat pria jantan yg keluar dari ketiak ayahku benar-benar membuat aku melayang. ayahku orangnya sangat bersih, bahkan dia tidak punya kumis, jenggot, rambut ketiak. jika rambut itu tumbuh ayah akan mencukur sampai bersih. walapun kulit ayah coklat terbakar matahari tetapi ia tetap bersih. hal itu menurun padaku. apalagi kalau jembutku tumbuh aku akan cepat mencukurnya. sekarang aku memijit bagian dadanya sampai ke perut. sebenarnya aku hanya mengelusnya lembut. saat di bagian putingnya aku coba cubit kecil dan aku bisa rasakan puting ayah keras. saat turun ke perut, sikuku menyenggol benjolan sangat besar di antara dua paha. "ahh!" ayah sempat mengerang kecil. dimulai dari situ aku makin semangat rasa grogiku hilang. aku tau ayah juga ngaceng dan aku tau rasanya jadi seorang duda yg sudah tidak merasakan lubang kehangatan. aku elus-elus lagi sekarang di bagian ketiaknya.

"ton, ayah gak kuat. ayah udah ngaceng berat. ton kamu mau kan layani hasrat ayah?"
rasanya disambar petir bertubi-tubi.
"iya anton mau banget kok"
aku sudah tidak sabar lagi langsung aku buka baju serta boxerku. aku belom siap apa-apa, ayah langsung menyodokkan bibirnya ke bibirku. ayah seperti macan yg sudah mendapatkan mangsanya. bibirku digigit-gigit oleh ayah. aku tak mau kalah, aku jilat bibir ayah dan kami saling tukar air liur. dulu aku jijik saat adegan ini tapi saat aku rasakan sendiri ternyata enak. ini pengalaman pertamaku ngesex.


kontolku yg sudah ngaceng dikocok oleh ayah. rasanya enak dan geli. kontolku ukurannya sama seperti botol cap kaki 3 plastik. tiba-tiba kontolku rasanya hangat, saat aku lihat ternyata kontolku sudah diemut oleh ayah. "ohh aahh!" erangku. aku elus-elus gundukan besar yg ada di celana ayah, hangat dan sangat besar. aku tak sabar ingin buka boxer itu. ayah berdiri dan membuka boxer itu. *jreeeng!!!. rudal besar keluar dari boxer sempit itu. ayahku tak punya jembut, bersih sekali. besar kontol ayahku seperti botol aqua (tidak bohong!) besar sekali. mulut ayah yg hangat berbisik di telingaku. "anton sayang, ini pertama kalinya kan kamu ngesex?". "iya yah" balasku. langsung ku cium bibir ayah. tanganku bermain pada kontolnya. genggamanku tak muat di lingkaran kontolnya. selesai mencium ayah, aku beranikan diri untuk menyepong kontol itu. hal ini yg paling aku suka yaitu sepong kontol. apalagi kontol coklat bersih dan hangat. pertama aku jilat kepala kontol dan lubang kencingnya. aku mainkan lidahku dengan lihai. karena kepala kontol ayah sudah basah kini batangnya. mulutku tidak muat menampung semua kontol itu. aku hanya dapat setengah batang saja. tapi aku paksakan agar bisa masuk lagi. aku maju mundurkan mulutku dari lambat ke cepat kembali ke lambat lagi. ayahku mengerang sangat kuat. dia sudah tenggelam dalam layananku. sudah 15 menit aku mengocok dan menyepong kontol ayah tapi ayah belom mengeluarkan cairan yg aku sukai. ayah dengan lembut menarik bokongku. aku tau apa yg akan dilakukan ayah. ia mulai menampar-nampar bokongku dengan lembut. bokongku yg gempal dan berisi dapat mengalahkan pria atau perempuan seseksi apapun. bokongku memerah karena tamparan ayah yg berkali-kali. sekarang ayah membuka belahan bokongku seperti belah duren. bokongku putih bersih sampai ke selangkangan. karena aku sangat peduli dengan kebersihan. lubang silitku juga wangi. ayah menjilat lubang silitku sampai banjir air liurnya. ia memainkan lidahnya di lubang silitku hingga membuatku kegelian dan menggelinjang. sekarang saatnya anal sex. aku sangat takut kalo kontol ayah masuk, karena besarnya kontol itu. "anton kamu tahan ya! pertamanya sakit tapi asti enak kok" kata ayahku. "tapi kontol ayah besar. apa pas?" takutku. tak menggubris omonganku dia langsung memasukkan kepala kontolnya. baru kali ini sebuah kontol masuk dalam silitku. rasanya agak sakit walaupun masih kepala kontol. ayah meludahi silitku sebagai pelicin. 10 menit lebih ayah berusaha memasukkan semua kontolnya. dan.... akhirnya *bless kontol besar itu masuk semua. "ohhh!!!" erangku keras. ayah menggenjot dengan pelan. saat menggenjot itulah rasa sakitnya mereda. rasanya nikmat sekali. lubang silitku terasa sempit. 1 jam lebih ayah menganalku dan dia masih belom keluar. aku saja sudah keluar sperma 3 kali. tiba-tiba ayah mencabut kontolnya dari silitku. lubang silitku kini hampa. 'apa ayah akan segera keluar?' batinku. ternyata tidak, dia mengajak untuk gaya 69. posisi aya di atas sedangkan aku di bawah. karena tidak tahan lagi ku semprotkan spermaku yg ke empat kalinya di mulut ayah. ayah menjilat habis tak tersisa. sekarang ayah tiduran di atas kasur dan berhenti menyepong kontolku. aku masih dalam pekerjaanku, menyepong kontol ayah dan sedikit-sedikit menggigit kecil. mungkin saja dia cepat keluar.

ternyata dugaanku benar. ayah mengejang kegelian. keringatnya bercucuran dari badannya yg gagah. 'pasti sebentar lagi' batinku. "ahh ahhh! ton ayah mau keluar!" kata ayah.mulutku tetap menyepong kontol ayah, agar spermanya lebih banyak yg akan ku telan. *croot!croot!croot! "ahh!" erang ayah. kontolnya menembakkan sperma berkali-kali di mulutku. mungkin ada 15 kali. hampir 1 cangkir kopi *wow. ku telan semua sampai habis dan aku bersihkan kontol ayah hingga tak ada sisa.

kami berdua tidur bersama. aku tidur di pelukkan ayah, hangat sekali. kami berdua lunglai tapi nikmat. "ton kamu mau kan jadi istri ayah? jadi pengganti ibumu?" tanya ayah dengan mata yg berbinar. "iya suamiku" jawabku dan langsung ku cium bibir suamiku dengan sayang. TAMAT
Read More

Kau Harus Menyukaiku

Dirgantara putra 15.20 |

Kau Harus Menyukaiku








Kau Harus Menyukaiku
By Yanz
Rate: Teen+
“Kimi ga daisuki da..” desis pemuda mungil itu pelan sambil menatap mata lawan bicaranya.
“Apa? Kau bicara apa?” Tanya pemuda tinggi itu dengan senyuman ceria.
“Aku mencintaimu!”
PRAAANG…
Seorang pelayan wanita langsung menjatuhkan nampannya yang berisi dua gelas lemon tea ketika mendengar percakapan Mereka. Dimas si pemuda tinggi tadi langsung membantu pelayan itu membereskan gelas yang berserakan, “Gak terluka kan?” tanyanya dengan pelayan wanita itu dengan senyuman, pemuda mungil yang merasa dicuekin langsung memandang tajam kemudian berlari dari restoran itu, terdengar Dimas manggilnya tiga kali tapi gak dia gubris.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 
Namanya Dian, cowok yang berumur 18 tahun ini adalah seorang bisex yang lebih suka cowok 70% dan suka cewek 30%. Walau dia abnormal tapi dia tak pernah ngerasa terganggu karena dia selalu perpacaran dengan lawan jenis. Memang, setiap melihat pemuda tampan dan sexy pasti dia suka tapi dia belum pernah memberanikan diri buat berhubungan serius dengan laki-laki secara nyata.
Itu dulu. Dia  berubah fikiran semenjak kenal Dimas tahun lalu. Dimas adalah seorang artis pendatang baru dan juga seorang model. Dia terkenal ramah dan supel namun semakin dekat semakin menjengkelkan, namun Dian tetap menyukainya.
Perekenalan mereka sungguh tidak disengaja, karena memang sama sekali tidak direncanakan. Waktu itu dia masih kelas 3 SMA, dia pulang sekolah dengan sepeda namun waktu itu setelah sampai di suatu jalan yang cukup sepi dia mendengar ada seseorang berteriak, “Hei!! Berhenti, kamu yang pakai sepeda berhenti!” sontak Dian langsung me’rem sepeda dan menoleh kebelakang. Terlihat seorang pemuda tinggi yang memakai kemeja biru pudar dan berlari sampai ngos-ngosan, “Kau ini yah, dari tadi aku panggil apa kau tidak mendengar heh?” katanya sambil jitak kepala Dian pelan.
“Siapa kau? Datang-datang main jitak!” protes Dian sambil melepaskan headset yang ada di kupingnya.
“Haissshh… pantas aja kau tidak mendengar, makanya kalau diperjalanan jangan pasang headset, mana sepedamu cepat banget kaya atlet balap sepeda, nih dompetmu tadi jatuh di jalan A.”
Dian langsung cengok memandangnya takjub, keringat berkucuran di leher dan dada Dimas, “Kau berlari dari jalan A? yaampun jauh amat, nyaris 2 km dari sini!” kata Dian yang masih bengong.
“Aduh capek, yaudah aku tidak ada waktu mengobrol. Lain kali hati-hati adik hmm,” katanya memasukkan dompet Dian dalam tas selempangnya kemudian mengusap kepala Dian. Saat dia berlari, Dian tahan tangannya.
Nah sejak saat itu Dian selalu buntutin Dimas kemana pun. Bahkan sekarang Dian lebih nekat, dia kabur dari rumah dan nyeret-nyeret dua koper besar ke sebuah apartemen mewah yang dia tau itu kediaman Dimas. Sesampainya di depan pintu tujuan dia mulai mengetuk pintu.
Kreekk…
Suara pintu terbuka, dia tatap datar Dimas yang lagi menggosok-gosok rambut basahnya dengan handuk, tercium bau harum nan manly darinya yang baru habis mandi sepertinya? “Eh kau Dian, ada apa?” tanyanya bingung dan menaikkan satu alisnya.
Tanpa babibu Dian langsung masuk dan menyeret dua koper besarnya, “Eh aku belum menyuruhmu masuk!” protesnya.
Dian langsung menghempaskan badan ke sofa terdekat, “Gila, melelahkan sekali! aku tuh gak tau caranya naik lift jadinya aku naik tangga sampai lantai 8 sambil nyeret-nyeret koper besarku ini aaakhh!” keluh Dian sambil ngacak-ngacakin rambut.
Terlihat Dimas berada di depan kulkas kemudian melemparkan minuman kaleng ke Dian, “Huahahaha.. kamseupay banget ya? Hei buat apa juga bawa-bawa koper segala?”
“Aku mau hidup bersamamu!”
PRUUTTT!
Spontan minuman kaleng yang Dimas minum langsung nyembur, “Eh apa yang kau katakan? kau pikir rumahku panti asuhan heh! Eh pulang sana!”
“Tidak mau… jadi mana nih kamar untukku?” kata Dian celingukan dan membuka semua ruangan seenak jidat. Terlihat Dimas mengusap wajahnya frustasi.
“Selalu saja merepotkanku, pulang sana… pasti ortumu khawatir!” katanya menyeret-nyeret Dian menuju pintu keluar tapi Dian bersikeras tetap di dalam sampai akhirnya Dimas menyerah.
“Aku mau tinggal di sini titik.”
Dimas menggeleng heran dan tersenyum geli, “Tapi aku tidak punya kamar lain, kau tidur di sofa ok?”
“Aku tidur di kamarmu saja kalau begitu, aku tidak mau di sofa,” kata Dian seenaknya.
“Ck… TIDAK BISA BOCAH.”
Dan terpaksa Dian menurut melihat wajah seram Dimas.
“Aku ada pemotretan, kamu tinggal di sini saja jaga apartemenku, ok?”
“Tidak mau, kau harus mengajakku!”
“Merepotkan sekali, yasudah.”
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 
Dian terus menatap Dimas yang sedang berpose penuh pesona, sesekali Dian mengigit pelan bibir bawahnya, “Awesome…” desisnya pelan.
“Okay, cukup buat hari ini Dimas. Hei ngomong-ngomong siapa brondong ini?” Tanya fotografer sambil menatap Dian dengan senyuman.
“Aku kekasihnya,” ucap Dian datar. Wajah fotografer itu langsung shock.
“Ahahaha… adikku yang manis ini memang suka bercanda bos, jangan didengarkan. Dia adikku,” kata Dimas sambil merangkul Dian akrab.
“Oh begitu, tapi kenapa kalian tidak mirip?” Tanya fotografer kebingungan.
“Tentu saja tidak mirip, kan kubilang kami…” kata-kata Dian langsung terpotong saat Dimas menjitaki kepala Dian dengan geram.
“Ahahaha… kita beda ibu,” kata Dimas dengan senyuman salah tingkah.
“Oh… hahaha… kalian sepertinya sangat dekat ya, mungkin adikmu juga bisa model di sini?”
“Aku tidak berminat masuk dunia hiburan, itu memuakkan,” jawab Dian jutek.
“Tapi penghasilannya lumayan dek,” bujuk fotografer itu.
“Ahahaha… sudahlah bos, dia tidak ada bakat begituan. Yasudah kami mau ke tempat lain dulu, see you bos.”
>>>>>>>>> 
BRAAAK!
Dimas menghempas tubuh Dian ke dalam mobil, “Sudah kubilang tadi apa? Jangan merepotkanku! Sekali lagi kau berulah dan merusak reputasiku kau akan kubuang ke hutan Amazon.”
“Menyebalkan! Ah aku lelah mengikutimu bekerja seharian!!” rengek Dian.
“Diam saja kau lelah apalagi harus bekerja sepertiku. Be sweet boy, aku akan memberimu hadiah nanti.”
“Hadiah apa apa kak?”
“Lihat saja nanti. Sekarang kau belikan minuman di seberang jalan sana. Yang dingin!” kata Dimas sambil memberikan uang seratus ribu.
“Besar sekali uangnya, beli minum doang.”
“Jangan banyak protes, sisanya buatmu saja.”
“Wahaha dasar royal.”
Dan setelah Dian selesai membelikan minuman, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke tempat kerja yang lain. Seharian penuh Dimas harus bekerja, dan dengan terpaksa Dian mingkem untuk menghindari amarah Dimas. Di lokasi syuting Dian digoda banyak wanita, dari pegawai biasa sampai para artis tapi Dian hanya bersikap dingin. Dan sampai akhirnya mereka pulang jam 9 malam.
“Aaarrghhh  lelah sekali,” keluh Dian sambil mengempaskan tubuhnya ke sofa.
“Sekali lagi kau mengeluh akan aku masukkan dalam tong sampah,” kata Dimas dengan cengiran khasnya.
Dian hanya memajukan bibirnya karena kesal, “Hei aku mandi dulu, kau cari makan di luar sana!” perintah Dimas.
“Gak mau! Hissshhh… aku sadar sekali ya, seharian ini kau memperlakukanku seperti babumu, kau suruh aku ini itu.”
“Pulang sana!” usir Dimas.
“Baiklah baiklah… aku rela jadi babumu asal selalu di sampingmu,” jawab Dian malas-malasan dan Dimas hanya tersenyum.
Dimas selesai mandi dan Dian pun juga mandi setelah dia selesai membeli makanan. Mereka pun makan bersama setelah Dian selesai mandi, seperti biasa mereka bercengkrama, bercanda bahkan berkelahi meskipun tidak serius, karena sesungguhnya Dimas menyayangi Dian sebagai adik jadi dia tidak tega jika harus kejam pada Dian. Dimas bersikap keras hanya untuk meruntuhkan ambisi Dian yang selalu ingin mengambil hatinya, Dimas tidak bisa memberikan harapan lebih karena dia pemuda normal.
“Aku menyukaimu kakak…”
“Haaah… ke-7 kalinya kau menyatakan cinta padaku hari ini, aku bosan mendengarnya.”
“Maka dari itu jawablah.”
“Tadi sudah kujawab.”
“Bukan itu jawaban yang kumau bodoh.”
“Apa? Berani sekali ya kau mengatai orang yang lebih tua darimu!” kata Dimas yang menyerang Dian dengan jepitan ketek mautnya. Sampai Dian kewalahan ketika lehernya dijepit dengan ketek Dimas.
“Siapa suruh bodoh!” tambah Dian.
“Apa? Apa yang kau bilang anak kecil?” ancam Dimas sambil menggelitiki tubuh Dian.
“Ah… ahahaha… ampun ampun… iya ampun kakak ganteng.”
“Yasudah, bereskan nih makanan, cuci piring setelah itu tidur. Besok kau di apartemen saja jangan mengikutiku.”
Dian memicingkan matanya kesal.
Dengan terpaksa Dian melaksanakan apa yang diperintahkan, tubuhnya terasa sangat berat hari ini karena begitu banyak tempat yang dia kunjungi, namun satu hal yang dia suka dari hari ini, dia jadi banyak makan makanan enak dan makanan yang belum pernah dia makan, Dimas memang mapan sekarang sehingga dia tidak banyak pikir untuk mengeluarkan banyak uang untuk makanan dan apapun.
“Aku tidak bisa tidur, kepalaku sakit kalau harus tidur di sofa.” Kata Dian menyelinap masuk ke kamar Dimas
Tanpa bicara Dimas melemparkan satu bantal pada Dian, “Tutup pintunya,” kata Dimas yang masih fokus pada laptopnya.
Dian pun masuk ke kamar Dimas dan menutup pintu kemudian membaringkan tubuhnya di samping Dimas, “Hei siapa yang menyuruhmu masuk heh?” Tanya Dimas kesal.
“Katanya tutup pintu.”
“Kubilang kau keluar bawa bantalmu dan tutup pintunya!” teriak Dimas penuh emosi.
Dian langsung menciut dan pasang wajah memelas, “He-hei… kau menganggap serius perkataanku?” tanya Dimas khawatir. Namun Dian hanya diam dan masih menunduk, “Hei! Kau jelek sekali kalau merajuk begini,” protes Dimas namun Dian masih diam.
CUP…
Dimas mengecup singkap bibir Dian, dan Dian langsung menoleh cepat ke sampingnya, “Ka-kau… barusan…”
“Aku tidak suka melihatmu sedih seperti tadi, kau senang kan?” Tanya Dimas dengan wajah datar.
Dian langsung menyengir lebar, “TENTU SAJA AKU SENANG KYAHAHAHA!” teriaknya.
“Begitu saja kau senang, dasar anak kecil.”
“Walaupun kau hanya tidak serius melakukannya, tapi aku tetap senang,” kata Dian pelan dan menimbulkan semburat merah di pipinya.
“Kau memerah?” Tanya Dimas dengan cengiran licik. Tanpa bicara Dian langsung menarik selimut dan tidur membelakangi Dimas.
‘Ah… perasaan apa barusan? Aku sangat senang menggodanya dan membuat wajahnya memerah begitu,’ batin Dimas.
“Hai… sikap macam apa itu, masa kau membelakangiku heh?” kata Dimas sambil menarik pinggang Dian dan membalik tubuh Dian.
“Isshhh… Sial…” umpat Dian.
“Ahahaha… wajahmu memerah, lucu sekali!” kata Dimas kegirangan, tapi Dian hanya menatap jutek ke arah Dimas.
Dimas menarik tengkuk Dian dan mendekatkan wajah mereka, ‘Benar-benar… lucu kalau dilihat seperti ini dan aku semakin ketagihan mempermainkannya,’ batin Dimas.
“Ka-kau mau apa huh?” tanya Dian gugup.
Tanpa banyak bicara Dimas langsung melahap bibir ranum Dian. Dian sangat terkejut orang yang sangat dia sukai menciumnya ah tidak.. bukan sekedar ciuman namun lumatan, wajah Dian bertambah bersemu dan memejamkan matanya karena begitu gugup.
“Kau suka? Kelihatannya kau sangat suka hahaha…” kata Dimas setelah melepaskan kecupannya.
“Kenapa kau tertawa heh? Apa ciuman tadi tidak serius?”
“Tentu saja tidak, adik kecil. Aku hanya sangat senang menggoda dan mempermainkanmu, kau benar-benar lucu seperti boneka,” kata Dimas mengejek.
“SIAL!” bentak Dian yang kembali membalikkan badannya. Namun Dimas kembali jahil, dia mengecup bahu Dian dan mengelus perut Dian yang membuat wajah Dian bertambah merah, “Kak… eekkhhh… apa yang kau lakukan aaah…” desah Dian.
‘A-apa yang barusan dia lakukan? Dia mendesah? Waw.. aku menyukainya, terdengar lucu hahaha…’ batin Dimas.
“Aku menggodamu, sepertinya kau sangat menyukainya hahaha…” ejek Dimas dan kembali menjilat leher dan kuping Dian.
“Emmhh.. i-iyaahh… aaahhh aku menyukainya, apa kau juga menyukainya kak?”
“Tidak. Aku hanya suka expresimu yang begitu… emmm begitu… entahlah, aku hanya suka reaksimu.”
“Emmhhh aaakhhh…” Dian mendesah keras saat tangan Dimas meremas penisnya yang menegang. Dimas membalik tubuh Dian dan memasukkan tangannya dalam celana Dian.
“Dasar gay, baru sebentar sudah bangkit,” ejek Dimas sambil memainkan ujung penis Dian.
“Aaakhh… Ohhh… Kak… emmhh..” desah Dian sambil memegang lengan Dimas.
Dimas kembali mengocok penis Dian yang sudah sangat keras, “Wajahmu terlihat manis sekali adik huahaha… emmhh…” kata Dimas sambil menjilat pipi Dian.
“Teruss… eeessshhh… aaakkhhh aku sudah mau keluar emmmhhh…” desah Dian keras namun kocokan Dimas langsung berhenti.
“Cukup, hoaaamm… aku mau tidur, bye..”
“WHA-WHAT??? Kau mau berhenti ketika sudah diujung? Sial!” Dian langsung berlari terbirit-birit ke toilet sedangkan Dimas tertawa gelak di atas kasurnya.
Setelah Dian berhasil ‘mengeluarkan’ bebannya di toilet dia pun kembali ke kamar, namun Dimas sudah tidur terkapar bagaikan mayat, wajar saja, hari-harinya begitu berat dan padat. Dian pun merebahkan tubuhnya juga di kasur yang sama kemudian tertidur dengan memeluk tubuh hangat Dimas.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 
Ku rasa ku sedang dimabuk cinta
Nikmatnya kini ku dimabuk cinta, dimabuk cinta
Bayangkan bila harimu penuh warna
Itulah yang saat ini ku rasakan
Suara HP Dimas membangunkan tidur nyenyak Dian. Dia raih HP yang ada di meja itu dan melihat sebuah panggilan dari ‘My love’. Dian mengerutkan kening karena kesal, ‘Pasti pacarnya’ batin Dian.
“Eheemmm ehemm..” Dian berdehem sebelum mengangkat telepon, “Halo~” ucapnya dengan suara selembut mungkin bagaikan wanita.
“SIAPA INI?” bentak suara wanita dari seberang sana.
“Nyantai ya jeng~”
“Aku Tanya kamu siapa? Kenapa pegang HP Dimas.”
“Aku pacarnya makanya mainin HPnya, tadi malam kami tidur bersama, kamu siapa?”
Tutt… Tuut… Tutt..
“YEAAAH!” teriak Dian bahagia.
“Hmmm… ada apa nih?” Tanya Dimas yang terbangun dan mengucek matanya.
“Gapapa…” jawab Dian datar.
“Hei kenapa HPku ada di kamu?” Tanya Dimas sambil merampas HPnya, “Astaga! Tadi ada perempuan yang menelepon?”
“Hn…” jawab Dian malas.
Dimas menatap Dian kesal dan menelepon seseorang, “Baby…” ucap Dimas memelas di telepon.
“Kita putus…”
“A-apa? Kenapa? Tidak bisa begitu!”
“Kau tidur dengan wanita lain kan? Kalau tidak buat apa ada wanita yang mengangkat telepon pagi-pagi begini hikh…”
“Baby, itu…”
Tutt… Tutt… Tutt…
“Huahahaha…” Dian tertawa puas.
PRAAK!
Dimas menampar keras wajah Dian hingga hidungnya berdarah, “Apa yang kau katakan hm?”
Dian hanya diam dan menundukkan wajahnya. “Kamu itu ya, dikasih hati minta jantung. Makin lama makin ngelunjak dan seenaknya. Merepotkanku saja aaakkhh!” bentak Dimas yang langsung meninggalkan Dian.
>>>>>>>>>>>>>>> 
Seharian Dimas di luar tanpa beristirahat ke apartementnya, dia benar-benar kesal pada Dian yang membuat hubungannya dengan pacarnya hancur. Dan setelah jam 11 malam dia pulang.
Ditatapnya apartement gelap itu, dinyalakannya semua lampu, “Seperti tidak bernyawa saja apartement ini, Dian kau dimana?” namun panggilan tidak ada yang menyahut. Dimas masuk ke kamarnya dan menemukan sepucuk surat di kasur.
‘Dear Kak Dimas, maaf selama ini aku terlalu merepotkanmu. Tapi aku cukup bahagia bisa kenal denganmu setahun ini, walau pun perasaanku selalu sakit. Tapi kakak bisa bernafas lega, karena aku akan ke Amerika untuk melanjutkan kuliahku. Niatnya aku cuma ingin menghabiskan sisa-sisa waktuku di Indonesia bersama kakak… tapi yasudahlah, terimakasih tumpangannya. With Love Dian-
“AAAHH AKHIRNYA AKU BEBAS!” teriak Dimas riang sambil menghempaskan tubuhnya ke kasur.
Namun cengiran lebar Dimas langsung terhapus ketika mengingat kejadian tadi pagi, “Haaah sepertinya aku terlalu kejam tadi pagi. Pasti dia sangat sakit hati.”
Dia mencoba memejamkan mata namun teriakan Dian, wajah Dian, gangguan Dian dan all about Dian membuatnya tidak tenang. Dia memegang dadanya, seperti ada perasaan yang mengganjal, apakah ini yang namanya kehilangan?
Dimas langsung bangkit dari tidurnya dan berlari ke luar apartement. Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesampainya di rumah Dian, dia melihat rumah Dian gelap seluruhnya.
“Diaan? Keluar!” teriak Dimas namun tidak ada balasan. Dia juga menghubungi HP Dian tetapi tidak dijawab. Dimas putus asa, dia duduk di teras rumah Dian dan meletakkan kepalanya di tangannya yang terlipat. Tapi tiba-tiba ada yang memeluk lehernya dari belakang, “CILUK BAAA!” teriak Dian dari belakang.
“Dasar anak kecil, sini jangan main-main!” kata Dimas yang menarik tubuh Dian agar duduk di sampingnya.
“Tidak kusangka ternyata kau khawatir.”
“Haah… Hmm…” gumam Dimas.
“Kau kehilangan?”
“Yaah… begitulah, lagi pula aku ingin meminta maaf karena terlalu keras denganmu tadi pagi.”
“Sudahlah… kau datang ke sini sudah menjadi obat.”
“Eumm… sebelum kau ke Amerika lebih baik kau tinggal bersamaku dulu,” kata Dimas salah tingkah.
“Siapa yang mau ke Amerika hoaaamm…” Tanya Dian malas dan merebahkan kepalanya di paha Dimas
“Kau kan? Dalam surat kau mau kuliah.”
“Kau fikir aku orang kaya apa? Rumah gubuk begini mau ke Amrik, percaya?”
Dimas langsung menjitak kepala Dian, “Kau membuatku takut saja, dasar!”
Dian meringis kesakitan dan bangkit, senyum mengembang di bibir ranumnya, “Niichan, suki desu (kakak, aku mencintaimu).”
“Su-suki dayo… (A-aku juga mencintaimu).” Balas Dimas kemudian mengecup bibir ranum Dian.
Dan mereka hidup bersama dengan pertengkaran yang mewarnai hubungan mereka. Mereka adalah pasangan terribut di dunia karena terlalu sering bertengkar namun hal itu lah yang membuat mereka tidak pernah bosan satu sama lain.
END
Read More

Pertama Masuk Kuliah

Dirgantara putra 15.18 |

Pertama Masuk Kuliah

hey kenalin gw sandi. gw baru pertama kali ini masuk kuliah. gw anak baru. paling gw sebel kalo pertama kayak gini tuh ospeknya. ya kalo yg ngospek cakep.
pagi itu hari senin gw berangkat jam 7. disana kita udh disuruh baris. pembinanya udh pada nyuruh nyuruh gitu. eh malah lebih sebel lagi gw. gw dpt pembina cewek lagi, gw kan gay. tapii gw dpt tugas mintain ttd dari pembina cowok. 'wiih seneng gw' batin gw. ada 15 cowok yg harus gw mintain ttd.
gw udh dpt 13 ttd kurang 2 nih. gw cari cari, gw tanya tanya. akhirnya ketemu juga. ternyata mereka berdua lagi nongkrong di gudang belakang. 'knp ya nongkrongnya harus di gudang?'. kalo gw lihat lihat sih pembinanya keren. yg satu namanya doni. orangnya putih bersih, badannya lumayan, cool. yg satunya lagi johan. kulitnya coklat gelap karena dia asli papua, badannya kenceng lebih dari doni, tatapannya serem kayak preman. 'duh kok gw degdegan' batin gw. gw samperin mereka. baru satu langkah, "heh! ngapain lu!?" bentak johan. "i ini kak minta ttd" jawab gw gagap. "sini lu masuk tutup pintunya kunci sekalian!" suruh johan. doni cuma diem mandangin gw. tiba-tiba doni bisik bisik sama johan. 'mungkin gak ya gw bakal diperkosa?'. "siapa nama lu?" tanya doni. akhirnya dia ngomong juga. dari suaranya gw bisa tebak kalo doni orangnya cool dan berwibawa. "sandi kak" jawab gw. johan ngeluarin hpnya. gw gak tau apa yg mau dilakuin. 'apa dia mau sms temennya ya kalo gw mending diospek sama nih 2 cowok???'. "heh lu kita ospek aja" kata johan. 'tuh kan bener'. "sekarang buka baju sama celana lu! cepet!" suruh johan. doni masih diem. "tapi kak..." gw pura pura gak mau. "cepet!!!" bentak johan sambil muka meja bekas di gudang. "iya kak". gw copotin baju gw. sebenernya gw juga takut, apalagi sama si johan. setau gw kontol orang papua gede gede. pas gw udh buka semuanya kecuali cd gw, doni senyum ke gw. "sekarang lu balik hadapan!". jadi bokong gw yg gempal yg mereka lihatin. "nungging!" suruh johan. mereka berdua perlahan-lahan deketin gw. gw kaget pas ada yg nepuk bokong gw keras banget. terus ada 2 benjolan gede yg gesek gesekin di bokong gw. ternyata itu kontol mereka yg ngaceng di balik celana. gw jadi ikutan horni. pas gw tegap lagi terus suruh balik badan mereka ngetawain gw. karena gw horni jadi gw ngaceng deh. "ngaceng lu!? sekarang lu layani kita berdua kalo gak gw bunuh lu!" kata johan sambil nunjukin pisau. gw takut juga nih. 'gak disuruh gw juga mau kok'. mereka dg sexy buka baju mereka di hadapan gw. gw gak nyangka ternyata tubuh mereka lebih dari yg gw bayangin. celana yg belom dicopot gw elus elusin. hari ini gw kasih service terbaik buat mereka. benjolan di celana mereka makin gede makin gede. 'ni kontol gedenya seberapa ya?'. kedua tangan gw mulai buka resleting mereka. ternyata johan gak pake cd dan... kontolnya buset! gede banget! item mengkilat lagi. sementara doni putih, mulus, bersih, dikit berurat. gw bingung siapa yg harus gw sepong dulu. ngelihat wajah doni yg tulus tapi cool, gw pilih doni duluan yg gw sepong. kontol johan gw kocok pake tangan kiri gw. tangan kanan gw lagi ngeremes kantung telurnya doni. gak lama johan minta anus gw. 'omg gimana nih!?'. cd gw dibuka paksa kasar banget sama si johan. kontol gw yg menggantung diremes-remes. anus gw dijilat, dicium, diemut sampe rasanya anus gw cape dioral sama johan. gw ngerasain benda tumpul mulai masuk di anus gw. ternyata itu palkonnya johan. dari matanya gw lihat si johan agresif banget kalo hal kayak gini. bukannya pelan pelan masukinnya, kasar banget (blesss!). "Ahhhh!!!" erang gw lumayan keras. sakit banget rasanya. johan ngegenjot gw sampe gw gak bisa nafas. kontol johan udh nyodok pangkal anus gw. gak lama mereka berdua muncrat juga. (croooot!!!) banyak banget sperma yg masuk di lubang depan sama lubang belakang gw. gw lemes banget tapi mereka berebutan cium bibir gw. mereka nyium mesra gw. selesai acara ospek, diajak doni ke rumahnya. dia mau ngelanjutin yg tadi. dia pengen miliki gw sepenuhnya.
selesai ngesex sama doni, doni minta gw jadi pacarnya. siapa coba yg gak mau. gw terima aja, gw juga cinta dan sayang kok. gw sama doni masih pacaran sampe sekarang. luv doni
Read More

Cinta Tulus

Dirgantara putra 15.17 |

Cinta Tulus


pagi ini aku sekeluarga pindah rumah ke bandung. semua ini karena papi yg pindah tugas. males banget kalo harus pindah rumah lagi. apalagi bakal sekolah di tempat baru. padahal aku udah punya 5 sahabat di malang. ini kepindahan keluargaku yg ke-4 dan ini yg terakhir. syukurlahhh.
namaku aldo. aku masih SMA kelas 2. di hari pertama menghuni rumah baru, seneng tapi ada yg kurang. ternyata setelah beberapa hari, aku ngerasa sepi. walaupun banyak orang di rumah. 3 hari berlalu, ayah mengajak ku sebuah SMA terkenal dan terbaik. aku mendaftarkan diri disana. setelah daftar di ruang kepala sekolah, pak kepala sekolah mengajak kami untuk melihat-lihat dalam sekolah. menurutku sekolah ini benar2 bagus dan fasilitasnya pun terjamin.
mungkin udah 10+ menit kami berputar-putar. sampailah kami di lapangan basket. gak tau kenapa, tiba2 mataku tertuju kpd seseorang. seorang cowok ganteng, kulitnya coklat, berkeringat, dan badannya yg atletis. aku lihat lebih teliti ternyata dia pemain basket. mungkin aku kelamaan lihat dia, dia juga lihat ke arahku. aku jadi salting gak karuan. sampai2 aku kepleset hampir jatuh. kalo aku lihat sekilas dia senyum kpd ku. mukaku panas langsung memerah.
hari pertama masuk sekolah. aku anaknya gak gampang bergaul jadi kemana-mana sendiri. ke kantin, ke koperasi, ke mana aja selalu sendiri. waktunya istirahat. aku udah laper banget. di kantin aku beli bakso aja. di tengah2 pas aku lagi makan, DEG!. cowok yg kemarin duduk di sebelahku. aku kesedak sampai dia ngasih minum buatku. 'malu2in aja sih kamu ini do' batinku. "hai kenalin aku rendi" kata cowok itu yg namanya rendi sambil ngajak jabat tangan. rasanya badai angin topan melanda tubuhku. "al aldo" jawabku gugup. "kelas 2 ya? aku kelas 3". ternyata dia kakak kelasku. "lanjutin gih makannya". "iya kak". pas udh selesai makan, rendi malah senyum ke aku. aku jadi bingung kenapa. rendi ngusap bibirku yg ada bekas saus tomatnya, pake jari dia lagi. aku jadi salting lagi deh. mukaku merah panaaaas!. "oh! terimakasih" kataku sambil nundukin kepala agar lebih sopan. "gak apa2 maaf kalo aku gak sopan ngusap bibir kamu gak bilang dulu" kata rendi. "gak apa2 kok" balesku.
bel masuk berbunyi. kami harus terpisah. selama di kelas, aku jadi gak konsentrasi. mikirin rendi mulu. apa aku cinta pada pandangan pertama ya?. 'ah gak mungkin!'.
bel pulang berbunyi. ternyata rendi udah nunggu di depan kelasku. "do pulang bareng yuk!" ajak rendi. "ta tapi..." kataku belom selesai. 'kasian juga dia kan udah nunggu'. "ya udah boleh tapi gak ngerepotin kan?". "gak lah do soalnya aku juga pingin tau rumah kamu. selama di mobil kita ngobrol terus. ternyata rendi orangnya ramah, lucu, baik, sopan. sekarang aku udah gak malu2 lagi sama dia.
"kak makasih ya udah dianterin. kalo mau main kesini boleh kok" kataku. "oke deh". "hati2 ya kak!".
semalaman aku gak bisa tidur cuma gara2 rendi. (pippip) hpku bunyi ada sms. nomer yg gak ada namanya.
'malem' sms orang itu.
'malem juga. siapa ini?' balesku.
'aku rendi do'
'kak rendi? maaf gak tau'
'iya gapapa. kok belom tidur?'
'iya belom, gak bisa tidur'
tiba2 rendi nelfon aku. dan... dia nyanyiin satu lagu romantis buat aku. ampun tuhan! suaranya bagus banget. nyanyian itu buat aku nyaman akhirnya aku bisa tidur.
udah 1 bulan aku temenan akrab sama dia. bahkan dia sering curhat, main ke rumah, tidur bareng tapi gak sampe ngesex. kalo kami lagi di sekolah duduk berdua di bawah pohon, banyak murid yg bilang kita ini pacar serasi. itu yg buat hatiku seneng walaupun kenyataannya kita gak pacaran. karena dulu rendi pernah bilang kalo dia seneng punya 'adik' kayak aku. katanya dia sayang banget sama aku tapi hanya sebatas 'adik'. gak apa2 yg penting dia sayang.
suatu hari aku diajak rendi makan malam di restoran. aku kira hanya aku sama rendi. ternyata di sela kita lagi ngobrol dateng cewek. "do kenalin ini pacarku" kata rendi dengan wajah sumringah. DEG! 'gak mungkin! gak mungkin!!'. hatiku waktu itu udah nangis dan jerit. mataku sedikit berkaca-kaca. cewek itu ngajak salaman. "jessi" kata cewek itu. "aldo" balesku. suaraku turun, kepalaku hanya tertunduk, air mataku masih terkumpul di bola mataku. mereka asik berangkulan, merasakan kehangatan. sedangkan aku kedinginan seperti dikubur di kutub utara. mereka berbicara seenak mereka. mereka lupa denganku, terutama rendi yg dari tadi mengelus pipi dan rambut pacarnya itu. aku seperti obat nyamuk bagi mereka!
makanan udah datang. aku yg tadi lapar ingin cepat2 makan, sekarang rasa lapar itu hilang. aku hanya memutar-mutar sendok dan memainkan nasi sesuka hati. "do ayo dimakan kok dimainin?" kata rendi yg sedikit menghilangkan lamunanku. aku gak menjawab apapun pertanyaan rendi. rendi heran ada apa denganku.
kami udh di depan rumah jessi. kami nganterin dia pulang. yg lebih buat aku sedih pas jessi cium pipi rendi sebaliknya rendi. rasanya ingin aku cakar muka jessi. "do sini duduk depan" suruh rendi. aku tetep gak mau jawab. karena air mataku udh mengalir. sampai di rumah, rendi ingin tidur di rumahku. "do aku boleh kan tidur di rumah mu?" tanya rendi. "terserah" jawabku singkat dan aku langsung tinggal rendi ke kamar.
aku ganti baju dan segera aku naik ke ranjang. suara langkah kaki rendi masuk ke kamarku. aku kaget karena rendi tiba2 merangkulku dari belakang. jadi posisi kami tiduran menghadap kanan dan rendi ada di belakangku.
"hei kamu kenapa sih? cerita dong"
"gak apa2"
"coba sini aku lihat kalo gak apa2"
wajahku sekarang menghadap rendi.
"lho kamu nangis!? kenapa? pasti ada apa2!"
"kakak kenapa tadi ada cewek itu!?"
"oh jessi aku kan ingin kenalin ke kamu kalo ... "
aku potong omongannya.
"kalo dia pacar kamu!? katanya kita makan cuma berdua!?" aku sambil menangis.
suasana hening sementara. rendi mengusap air mataku. aku masih terisak-isak.
"jadi kamu cemburu nih?" tanyanya sedikit ngelucu. aku jadi salting dan aku membalikkan badanku sehingga punggungku yg menghadapnya. tiba2 pelukan hangat datang dari belakangku. aku merasa nyaman dengan pelukan itu. dan pipi rendi yg bersentuhan dengan pipiku. ciuman hangat dari bibir rendi mendarat di pipiku. lalu merambat ke bibirku. "aku tau kalo kamu dari dulu suka sama aku. perempuan itu hanya teman biasa bukan pacar. aku hanya ngetes kamu. dan ternyata bener kalo kamu suka sama aku. iya kan?" kata rendi halus.
"jadi tadi cuma bohongan?"
"iya, maaf ya"
"kak, aku sayang sama kakak. tapi bukan sebagai adik dan kakak. aku cinta sama kakak dari dulu. aku takut ngomong ini ke kakak, soalnya aku kira dulu kakak suka cewek. deket sama kakak tiap hari aja udah buat aku nyaman"
"aku juga gay seperti kamu. maaf kalo aku gak bilang lebih dulu. aku ngerti perasaan kamu dan kamu pasti tau kan perasaanku?"
"maksudnya?" aku bingung.
"aldo, kamu mau jadi pacarku?" minta rendi tegas.
rasanya aku dihantam tsunami. tak usah berbelit-belit lagi, langsung aku jawab "iya aku mau". kami pun berciuman dan tidur seperti suami istri. aku gunakan bahu rendi sebagai bantal. dan cinta kami masih awet sampe sekarang. tamat
Read More

Rahasia sebuah Pengorbanan Chapter I

Dirgantara putra 15.15 |



Rahasia sebuah Pengorbanan

Perkenalkan aku aku Ivan …lengkapnya Ivan Putra Darmawan . kata teman sich aku remaja yang humoris suka banget ma namanya Tazmania dan ikut ekstra journalist cause aku suka nulis . Aku adalah salah satu murid di SMA favorit di Surabaya  , Kota yang punya julukan kota  pahlawan . Yang kini terkenal dengan kematian hewan di KBS .Tiap senin pagi aku jalani hari hariku dengan belajar dan bercanda gurau , inilah indahnya SMA . meski banyak yang belum tahu kalau aku hidup di keluarga broken Home  Papa dan Mama cerai sejak aku duduk di SD. Kakak aku ikut Papa di Bandung sedangkan aku Ikut Mama di Surabaya. Dan hari ini kakak akan kesini buat Kuliah di Kota ini . Papa menganjurkan Kakak buat tinggal sama aku dan Mama. Jadi pengen tahu Muka kakakku yang tidak pernah ketemu selama 10 Tahun.
Aku berjalan tergesa2  menuju terminal kedatangan di Bandara ini. Hari ini kakak yang lama tak ku temui  akan datang dari bandung  dan semestinya aku sudah menjemputnya sejak setengah jam yang lalu.
Aduh, bisa2 aku dicincang abis nanti sama Mama kalau Telat jemput kakak. Karena tergesa2nya saya jadi tidak memperhatikan langkahku. Kaki tiba2 tersandung sebuah koper yg tergeletak sembarangan disitu. Akibatnya saya jadi kehilangan keseimbangan. Tanganku melambai2 diudara mencari pegangan. Beruntung karena ada seseorang yg menahanku dari depan sehingga aku tidak harus mencium tanah air. Sekuat tenaga aku berpegangan pada orang itu. Sekilas tampak kami seperti sedang berpelukan. Apalagi posisi tangannya yg melingkari badanku. Beberapa saat akhirnya aku bisa menguasai diriku. Dan ketika aku mendongakkan wajahku ternyata yg menolongku adaalah seorang pria yg kutaksir kira2 seumuran Mbak Laras (anak BudheQ) . Aku terkejut bukan kepalang, buru2 kulepaskan diriku dari pelukannya. Aku jadi salah tingkah apalagi orang sedari tadi memperhatikan kami dengan heran.
Pria itu menatap khawatir kepadaku.
"Kamu nggak apa2 kan? Maaf, tadi koperku yg menyandung kakimu." Ujar pria itu.

Aku mengangguk sambil terus menunduk krena wajahku masih memerah karena kejadian tadi.
"Kamu beneran nggak apa2?" Tanyanya lagi.

"Iya, aku nggak apa2 koq." Jawabku sambil tersenyum meyakinkannya.

Dia lalu tersenyum dan terlihat lega dengan jawabanku.
"Fiuuuhhh,,, syukurlah."
Aku berfikir sejenak , Rasanya wajah itu taka sing bagiku , guratan wajah itu sering aku impikan tiapmalam tapi siapa dia .
"Namaku  IrWan,  Irwan  Prawira Darmawan ." Ujarnya sambil menjulurkan tangannya kepadaku.


"Aku Ivan , Ivan Putra Darmawan." Balasku sambil menjabatkan tanganku ke tangannya. Lalu dalam keadaan masih menggenggam tanganku  Irwan mengamati wajahku sambil mengernyitkan dahinya. Aku jadi makin salah tingkah diamati seperti itu, kuraba2 wajahku dengan tanganku yg satunya lagi, kali aja ada nasi sebiji nemplok di wajah gue. Tapi kayaknya nggak ada yang aneh di wajahku, semuanya masih ada lengkap di situ.
Kuperhatikan dia dari bawah ke atas. Namun dia hanya tersenyum sambil menggeleng2kan kepalanya.

"Ini aku dek , Kak Wira ." Ujarnya sambil tertawa2 kecil.
Sontak aku membulatkan mata dan terbengong2 tdk percaya dengan apa yg baru saja kudengar. ini kakak aku ? jadi kakak aku secakep ini ?
Aku langsung tersadar dari keterbengonganku.
"Wow! aku benar2 pangling kak, kakak beda banget sama foto kakak,  sekarang betul2 berbeda dengan Kak Wira di bayanganku  ." Ujarku sambil tersenyum kikuk.

Dia hanya tersenyum lebar.
"Ah, bisa aja kamu dek , oh ya, kamu apa kabar, kata mama kamu sekarang sekolah di SMA Favorit ?" Tanyanya.

"Alhamdulillah, baik" jawabku. Lalu obrolan kami pun berlanjut

Lagi seru2nya ngobrol sama Kak Wira , HPku tiba2 berdering. Cepat2 kurogoh sakuku, dan begitu kulihat nama yg tertera di layar monitorku, Ya Tuhan penguasa semesta raya!!!! Aku Lupa lok Mamam Sudah Buat pesta kecil kecilan di Rumah buat menyambut pangeran di sampingku Ini.
Kutepuk jidatku. Alwi terheran2 melihat tingkahku.
"Kaak , buruan balik yuk , aku lupa kalau mama bilang nggak boleh lama lama soalnya mama udah masak special buat kakak . nTar aja di Rumah dilanjutin ngobrolnya  ngobrolnya." Ujarku terburu2.

"Iya dek , udah ayuk cepetan ! Kasian Mama  kelamaan nunggu kita ." Jawab Irwan.
"Ya udah!! Ayo pulang!! Aku bawain barang barang nya kak  !!!". Akupun langsung segera mengambil barang2 kakakku menuju mobil.

Sepanjang perjalan menuju ke Mobil,aku terus ingat kata kata omelan mama di telephone tadi . ibu terus mengomeliku, sementara belum sepatah kata pun di telephone hanya bisa diam , itu di telepon belum lok di rumah , pokoknya rumah tidak akan pernah sepi kalau aku ma mama udah berdebat . Kata orang bijak, kemarahan orang tua adalah wujud kasih sayang mereka kepada anaknya. Berarti Mama sayang banget yah sama aku sampai2 rela anaknya yg super duper ganteng bin imut ini menjadi bahan tertawaan orang2 saat mama ngajak aku arisan , mana di sana  ada anak anak kolega mama ,  cewek2 cantik itu  pada bisik2 sambil ngetawain aku, hadeeeehhh,,, x_x jatuh harga nih kalau begini kejadiannya.itulah yang aku rasain saat ada arisan atau kumpulan mama.

Sesampainya kami di mobil, Kak Wira  masuk ke mobil duluan sementara aku memasukkan barang2 bawaannya ke bagasi. Setelah itu akupun masuk juga ke dalam mobil dan segera meluncur meninggalkan Bandara ini.
Akhirnya mobil yang kita tumpangi sudah amsuk halaman rumah . Rumah yang aku tempati dengan mama selama 10 tahun ini tanpa sosok seorang kakak dan seorang Papa . AKu kangen sosok ayah yang menyayangiku membuatku nyaman di pelukannya , aku Kangen itu.
# Irwan Pov
Mobil  yang telah mengantarku sampai ke depan teras rumahku sudah berlalu, meninggalkanku yang sedang mengulum senyum, menanti raut terkejut Mama saat mendapati aku, anaknya yang sudah hampir sepuluh tahun ini tak ditemuinya. Tiga kali ketukan pintu rasanya sudah cukup untuk memberitahu pada mama  bahwa ada orang di teras ini. Dan aku semakin mematut diri saat telingaku menangkap suara langkah tergesa ke arah pintu tepat di depan hidungku. 
Aku harus terlihat bugar dan menawan di depan mamaku . Mama yang selama ini aku impikan bisa memeluknya lagi seperti dulu saat aku pulang sekolah ,saat aku ketakutan . aku jadi grogi kayak nemuin cewek aja .
Benar saja. Mama terlonjak kaget dan langsung memelukku sebelum aku sempat mencium kedua tangannya. Aku sampai malu sendiri ketika kecupan bibir Mama mendarat di dahiku. Rasanya aku sudah terlalu tua untuk dikecup oleh seorang Mama . Tapi jujur aku senang sekali dengan tingkahnya. Menyambut dan membuatku merasa dirindukan kepulanganku adalah hal yang indah.Apalagi aku bisa bertemu dua orang yang aku kangenin mama dan adekku Ivan.
 Aku hanya duduk sambil menggeleng memerhatikan Mama yang tampak sibuk sendiri, berlalu-lalang sambil tertawa-tawa. Menaruh beberapa toples dan juga secangkir teh manis hangat sambil memberondongku dengan banyak sekali pertanyaan. Aku pun menanggapinya dengan menahan tawa. Ah Mama , kau masih saja seperti dulu. Bertanya ini itu, bercerita tentang siapa, kapan dan begini-begitu. . Dan mengatakan perubahan raga dan rupaku sampai membuatnya pangling tadi. Aku tersipu lagi di depan mama. Tersipu bahagia.
 Aku terkekeh mendengarnya. Pujian yang terdengar konyol itu memang harus kuakui sedikit membesarkan ruang di lubang hidungku. Mama  memang penyuka sinetron, seperti lumrahnya ibu-ibu lain. Dulu sering sekali Mama mengomel selepas nonton sinetron, atau setelah menonton berita tentang kawin-cerai para selebritis. Dan aku hanya diam mendengar celotehan Mama sembari makan makanan yang telah disediakan mama buat aku . Aku , Mama , dan Ivan melahap makanan yang terhampar di meja makan malam itu.
 “Tapi sayang, adikmu tidak kayak kamu dia cerewt banget mirip papamu . Sekarang dia semakin tinggi kan , bahkan hampir mengalahkan tinggimu nggak kalah ganteng ma kamu . kalau begini mama ga malu bawa anak anak mama ke arisan heheh” mama  bicara sedikit keras dari dapur.
 Adikku. Ah, aku memang rindu dia. Rindu dia dengan sangat. Dan malu-malu harus kuakui bahwa aku merindukan adikku yang begitu pandai membuat masalah, membuatku gusar sampai kadang membuatku menangis, saat aku SD dulu . apalagi Papa sayang banget sama dia , entahlah, apa aku terlalu lancang untuk merindukannya. Tidak. Aku tak boleh merinduinya. Rindu yang kurasakan ini harusnya bisa kubatasi, serta kulabeli dengan jelas. Dia itu adikku.
Aku segera melenggang ke arah kamar, yang juga kamar adikku sekarang. Kuhempaskan carrier-ku diatas kasur tanpa ranjang itu. Kain penutupnya sekarang bergambar logo klub sepakbola kesukaan adikku, Mancester United.persis banget Papa yang suka banget sama Nonton Bola tapi buat main kagak hehehe sama aja .
kamar ini tampak begitu berbeda dari kamarku di bandung . Poster-poster Avenged Sevenfold, Valentino Rossy dan juga OI menempeli dinding kamar ini. Dan aku sedikit kaget karena posterku power ranger waktu kecil dulu  ternyata tak dibuang, hanya dipindahkan ke tempat yang tak begitu terlihat. Dia begitu pandai menempatkan segala sesuatu itu agar terlihat artistik. Bukan indah, tapi terlihat berseni. Aku juga mendapati beberapa action figure pemain bola idolanya, dan juga tokoh-tokoh manga kesukaannya. Dia memang pecinta kartun kelas wahid. Terutama Naruto dan juga One Piece.
Dan saat aku menjangkau sebuah meja pendek itu, aku mendapati buku-buku pelajarannya yang tak terlalu rapi, disandingi sebatang lampu belajar yang tampak melengkung. Di depan meja belajar itu tampak satu papan stereofoam yang ditempeli jadwal pelajaran dan juga beberapa potonya, termasuk foto kecilnya bersama cukup banyak perempuan yang cantik. Tak dinyana adikku yang rupawan ini akan menjadi seorang pewaris jiwa Cassanova.
Panggilan mama  dari dapur menyadarkanku. Aku harus segera mandi, walaupun sebenarnya terasa malas sekali. Aku yang biasa mandi berlama-lama, disini rasanya baru saja segayung air menyentuh kulit, aku sudah ingin memakai handuk. Tapi setidaknya air hangat yang dijerangkan Mama tak terlalu menyiksa, walaupun kata menyiksa terlalu berlebihan.
Dari tadi aku tidakmelihat Ivan ma , kemana Dia . Tanyaku ke mama
Biasa dia Latihan Band sama teman temannya , Jawab mamaku
Malam kian larut namun Ivan belum pulang . Kulihat Mama tidur di ruang Tamu . Menunggu Ivan belum pulang juga . Aku iri dengan Ivan , Mama sangat menyayanginya . sedangkan Papa mau aku pulang jam berapa di bebaskan . Yang penting sekolah nomer satu.


bersambung .........
Read More