PHP

Dirgantara putra 15.31 |

Pemberi Harapan Palsu


Pemberi Harapan Palsu
posted By:http://yanzgaymania.blogspot.com
*Daniel POV*
“Aaakhh… sudah Ris… stop!” teriakku.
“Sabar Niel, sedikit lagi keluar!”
“Gak! Sakit, bodoh! Hentikan… aaaarghh gue gak tahan!”
Risky menjitakku dengan keras, “Siapa suruh punya jerawat hah? Gue paling gak suka sama yang namanya J-E-R-A-W-A-T meski pun adanya di muka lo,” kata Risky ketus sambil memencet hidungku dengan penuh nafsu *?* ingin mengeluarkan cairan putihnya.
“Sialan banget sih lo Ris, wajah wajah gue napa lo yang sewot???”
“Karena lo makluk yang paling sering gue liat, Daniel bodoh.”
Risky pun akhirnya berhasil membuat hidungku berdarah dan mengelap wajahku dengan tissue, aku hanya merengut karena hidungku yang kesakitan. Tega sekali pemuda 20 tahun, kece kaya emo yang tinggal satu kost denganku yang bernama Risky ini memencet hidungku sampai pesek begini, dia fikir Daniel pemuda 19 tahun ini yang sangat tampan rupawan dan cute pisan ini rela hidungnya diperkosa heh?
Kurang kerjaan memang.. tapi ada saja rutinitas aneh yang kami lakukan bersama tiap harinya. Semenjak lulus SMA kami hidup bersama dalam sebuah tempat kost yang luar biasa besar dan banyak penghuninya. Pemuda pintar dan kaya raya yang bernama Risky itu melanjutkan kuliahnya di UNLAM, ya dia sangat beruntung bisa masuk ke universitas negri di sini, sedangkan aku sudah bodoh, miskin pula. Jadi aku memutuskan bekerja untuk menanggung kehidupanku, kasihan orang tuaku yang renta masih saja membiayai aku.
Meski pun status sosial kami berbeda namun kami bersahabat sejak SMP. Dia pemuda yang murah hati yang selalu ada buatku apalagi ketika aku membutuhkannya. Aku sangat mencintainya.
Lah loh? Bingung kenapa seorang Daniel yang tampan bagaikan Zac Efron ini bisa jatuh cinta dengan Risky yang bagaikan Chef Juna itu? Aku gay, lebih nyaman sama sosok cowok terutama sosok Risky yang membuatku aman.
Aku suka nebak-nebak sebenarnya Risky ini normal kaga sih? Kalau gak normal kenapa dia gak bilang dan kalau normal kenapa dia suka banget bikin aku geer?
Okay, mari aku ingat-ingat sedikit betapa baiknya dia padaku. Dulu zaman SMP aku itu bahan bully, nasib lah cowok tampan punya badan kecil mungil dan pembawaan lemah bikin aku terlihat seperti cewek, tapi sorry sorry saja bro, aku tidak gemulai, seenaknya saja menjudge orang dari luarnya. Nah saat 3 cowok ngebully aku di WC dulu datanglah sosok Risky bak Kamen Rider pake sempak di luar kaya superman, eh gak ding… Risky datang dengan gagahnya dan tatapan tajamnya itu membuat sapi gelundungan (sumpah ini gak nyambung banget).
“Jangan gangguin dia, dia milik gue. Ganggu dia sama saja lo cari mati,” kata Risky dingin sambil ngeluarin kaki Barbie, aku pun bingung buat apa dia bawa-bawa kaki Barbie disaat-saat yang menegangkan ini? Apa buat nyolokin hidung tuh para preman supaya hidung mereka kehilangan keperawanannya? Entahlah, yang pasti saat itu Risky telah membuat mereka takluk hanya dengan gertakannya.
Dulu juga saat perkemahan, aku dan Risky kesasar. Kami bermalam di hutan, tepatnya dalam sebuah pohon yang memiliki lubang. Malam itu hujan sangat lebat dan belum juga ada yang menemukan kami. Aku menggigil kedinginan, Risky memelukku dari belakang, menggesek-gesekkan tubuhnya agar aku hangat dan meniup hangat pundakku. Semalaman dia memelukku dan itu cukup lah membuatku geer badai…
Waktu SMA aku selalu membawa bekal karena makanan di kantin terlalu mahal tapi saat aku membawa kotak bekalku yang niatnya akan aku makan di belakang sekolah, tiba-tiba anak-anak di sekolah berlarian dan menabrakku alhasil makananku berhamburan di lantai. Dengan wajah murung aku memunguti makananku namun dia datang, tanpa izin dia menarik lenganku… oh rupanya dia paham sekali aku kelaparan dan mentraktirku di kantin. Hmm makanan disini sangatlah enak, andai aku bisa selalu merasakannya, gak heran harganya mahal (buat aku).
Dibalik semua kebaikannya yang aku ingat dia memiliki satu sifat yang membuatku muak. Dia sangat terobsesi akan popularitas, katanya sih, “Aku harus popular dengan bakat atau pun sensasiku, semua cara patut dicoba karena hidup itu adalah perjuangan… banyak lovers banyak rezeky.”
Ya begitulah, sok-sokan kaya artis, fans page dia di FB sudah dua ratus ribu dan follower di twitter dia ada dua jutaan, orang-orang mungkin nanya apa dia artis? Siapa sih Risky? Apa bakatnya? Dia gak punya bakat, dia hanya cowok ganteng yang pandai cari muka dengan fans. Orangnya memang kadang ketus dan mahal senyum namun pandai tebar pesona dengan cewek-cewek. Ini dia yang membuatku ragu akan feelingku, dia pecinta wanita mungkinkah menyukaiku?
-0-0-0-
“Eh Niel lo tau gak kalau cewek-cewek di kosan dan di kampus banyak yang fujoshi?” tanya Risky yang memecahkan lamunanku. Oh ya, kami tinggal di kosan yang campur aduk cewek dan cowok, lalai nih pendirinya, asal laku doang kosannya, banyak free sex deh jadinya.
Sedangkan fujoshi itu adalah cewek-cewek yang suka dengan gay, namun ada juga pendapat lain mengatakan fujoshi hanya suka anime jejepangan yang gay yang disebut yaoi? Yang pasti mereka para cewek yang suka melihat boy x boy yang mereka anggap fans service. Aneh memang kok ada cewek yang suka gay?? Namun species yang baru aku temukan setahun terakhir ini membuatku cukup berdecak kagum, ternyata masih ada para cewek yang mau menerima kondisi para kaum pelangi dengan bahagia.
“Oh ya? Asik dong… gue baru nemu satu tuh si Dina..” jawabku ke Risky. Kami asik dengan laptop masing-masing, Risky duduk di kursi belajar sedangkan aku tengkurap di kasur.
“Banyak tuh… cewek-cewek di kosan heboh ngomongin super junior yang ciuman, mereka gay ya?”
Aku mendengus, “Mereka gak gay kali, tradisi cowok korea tuh kalau mereka sangat akrab dengan sahabat yang dianggap kaya sodara ya mereka ciuman buat ungkapan rasa sayang. Bisa juga buat mendongkrak popularitas dengan fans service,” kataku panjang lebar.
“Nah ini dia topik yang gue incar, mendongkrak popularitas dengan fans service?” tanyanya dengan tatapan antusias. Aku menatapnya ngeri.
“Ya kan para cewek fujo bakal seneng kalau lihat pasangan yaoi…” kataku datar.
Dia tersenyum penuh arti dengan mengelus-elus dagu, “Ayo kita bikin FS dan bikin cewek-cewek pada histeris!”
“Gila lo, sama aja cari mati namanya… gue gak sudi…” ya aku sebagai real gay malu lah mengumbar kemesraan yang namanya FS.
Tanpa persetujuan Risky langsung menarik tanganku agar keluar kamar, aku berusaha memberontak namun genggamannya lebih kuat. Terlihat para cewek-cewek berkumpul depan TV, kayanya lagi ngegosib.
Mereka tersenyum merekah melihat dua cowok kece mendatangi mereka. Sengaja Risky duduk di kerumunan mereka dan menggenggam erat tanganku. Terlihat tuh cewek-cewek mulai histeris, aku cuma tersenyum risih.
Terlihat Risky main mata denganku seolah memberikan kode, dia menatap mataku bergantian dengan menatap pahanya. Apa maksudnya coba? Saking gilanya dia minta aku hisap penisnya depan cewek-cewek? Oh aku memang menyukainya namun aku tak segila itu. Aku menggeleng keras.
Dia menatap ketus dan menarik kepalaku, aku terbaring di atas pahanya.
“KYAAA~ kok so sweet banget sih kalian?” tanya Anisa, salah satu Fujo sepertinya.
“Iya dong… gue kan sayang banget sama Daniel…” kata Risky yang kemudian membungkuk dan menciumi wajahku. Aku terpaku dengan wajah memerah.
“Cerita dong? Sayang yang bagaimana? Kalian ngapain aja?” mereka melemparkan pertanyaan beruntun.
Risky mengelus wajahku dengan lembut, dia mengangkat tubuhku yang lebih kecil kemudian memangkuku sedangkan tangannya melingkar di pinggangku, “Ya gitu deh… bibir Niel adalah candu buat gue dan tubuhnya itu hmm.. yummy…”
“Hahaha iya sih, Niel itu uke banget… tapi Risky juga uke…” (Uke= bot sedangkan seme= top)
“Gak ah… Risky seme kok, dia kan lebih cool dan sangar…”
Dan banyak lagi pujian dari para fujo itu yang membuat kepala Risky semakin melayang… lelah dengan drama karangan Risky aku pun pamit masuk kamar duluan.
-0-0-0-
Aku mengetuk-ngetuk jari di atas meja, kelihatannya Risky bukan type orang yang membully kaum pelangi, apa baiknya aku mengaku? Dan menyatakan cinta dengannya? Tapi aku gak tau kata-kata apa yang harus aku ucapkan. Aku menarik nafas sejenak kemudian menatap laptopku dan mengetik boyzforum.com salah satu jejaring social khusus gay yang paling sering membuatku tersenyum. Aku masuk dalam room boyslove dan menemukan sebuah postingan yang tepat sekali buatku yaitu tentang cara menyatakan cinta dengan cowok straight. Aku baca dengan jeli dan sangat percaya diri setelah terhipnotis akan postingan itu.
KREAK…
Risky masuk ke dalam kamar, “Ahahaha puas banget gue, mereka jadi antusias sama cerita cinta kita.”
Aku mendekat dan berdiri berhadapan dengan Risky, kuraih tangannya, “Ris… gue cinta lo… dari dulu, sejak SMP gue cinta lo…”
Risky terdiam, tatapannya kosong. Bibirku bergetar, aku tidak sanggup lagi melanjutkan kata-kataku untuk meyakinkannya seperti yang ada dalam tips.. ternyata teory beda halnya dengan praktek, tenggorokanku tercekat aku takut dengan responnya bagaimana jadinya, “Hahaha…” dia tertawa sinis kemudian membalikkan tubuh membelakangiku. Aku semakin khawatir dan mataku berkaca-kaca.
Setelah beberapa detik dia membalikkan tubuh, “Gue juga cinta lo, Niel…”
DEG…
Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar tapi dia meraih rahangku kemudian melumat bibirku, aku terbelalak. Tangannya menekan tengkukku kemudian memperdalam ciuman, “Eummhh… emmmhh… I love you beib… ummhh..” ucapnya disela-sela ciuman.
Aku sesak, rasanya tidak percaya dia benar-benar mencumbuku sekarang… dia menerima cintaku persis seperti mimpiku. Dia menciumiku dengan ganas, menyerang leherku dan melucuti pakaianku.
“Aaaakhh… eummhhh.. Ris… ahkhhh..” aku mendesah saat dia memainkan nippleku sedangkan mulutnya bermain di leherku.
Aku tak mau kalah, aku pun mendorongnya, menindihnya kemudian menciumi lehernya, dia menatapku aneh… penisku sudah sangat tegang akan cumbuan-cumbuan yang kurang lebih setengah jam itu, aku mau lebih, kuraba selangkangannya namun aku terkejut. Dia tidak tegang sepertiku.
“Ri-ris… lo kenapa…” kataku menggantung dan turun dari badannya.
“Kenapa tidak tegang sepertimu hm? Ayo Niel, mari kita lanjutkan haha… mumpung gue dirasuki setan…”
“Lo bukan gay ya?!!” tanyaku dengan sedikit membentak.
Dia mendekatkan wajah ingin menciumku kembali namun aku membuang muka, “Lo kenapa sih??? Bukankah badan gue yang lo pengen, dasar gay?” tanyanya sinis.
Aku tersentak, “Lo anggap gue apa Ris? Lo fikir gue maniak yang cuma ngincar badan lo hah?”
“Emang itu kan yang dicari para gay?” tanyanya sinis.
“Gak Ris! Gue gak kaya gitu! Gue sayang lo, gue cinta lo… kenapa lo tega merendahkan gay kaya gini sih Ris???”
“Apa sih yang lo harapin dari dunia gay hah? Cinta? Mimpi lo… gue gak doyan cowok, tapi karena gue sayang lo sebagai sahabat gue kasih nih badan gue!”
“Diam lo! Lo gak ngerti perasaan gue Ris… gue butuh cinta lo…” kali ini aku terisak dan menunduk.
Risky tersenyum dia mengangkat daguku dan mendekatkan wajah, “I love you…”
“Lo tuh cuma PHP ris! (pemberi harapan palsu)… lo cuma bohong sama gue, mata lo gak bilang begitu.”
“Terus kalau gue berhasil kaya lo gimana? Apa yang lo harapkan dari dunia gay kalau pada akhirnya kita married sama cewek hah??? Lo mau makin sakit hati… gue sayang lo, Niel. Gue sayang lo kaya sodara gue sendiri.. gue kecewa ternyata lo itu bisa terjerumus.. gak bisa jaga diri ya lo?”
“Gue benci lo Ris… gue benci lo… kalau lo gak sama dengan gue harusnya lo jangan baikin gue kaya gini..”
“Jangan childish, Niel. Masa lo gak bisa terima kalau gue gak bisa cinta lo, perasaan kan gak bisa dipaksa.”
“Gue marah bukan hanya karena lo nolak gue Ris, tapi karena lo hina dunia gue! Lo pikir gay cuma mikirin sex hah? Tarik kata-kata lo!” teriakku dengan penuh tekanan.
Risky menghela nafas, “Jangan semakin jauh… lo mau sama siapa? Si Tiwi? Andin atau siapa? Gue punya banyak kenalan yang cantik Niel asal lo jangan kaya gini… tapi ya kalau lo bahagia kaya gini gue nyerah deh… seperti yang gue bilang di awal, silakan pakai badan gue. Itu kan yang sangat lo harapkan?”
Aku hanya terisak sambil meremas sprei..
Aku bangkit dari dudukku di atas kasur kemudian berlari ke kamar mandi, kunyalakan shower. Aku masih menyesali hal barusan. Betapa terhinanya aku jika dia mengecap dunia gay seburuk itu. Kenapa seorang Risky bisa bermulut sebusuk itu. Aku benci dia, sungguh aku benci dia… dia sentuh aku namun dia sendiri tak menikmati, apa baginya aku hanya mainan.
Aku duduk dibawah shower, membiarkan butiran air dari atas menerpa tubuhku dan menyembunyikan tangisku. Aku menangis perih karena sangat terhina dengan semua ini.
Setelah keluar dari kamar mandi Risky langsung menghampiriku sedangkan aku hanya menatap dingin, “Maaf Niel, ya gue kenal banget sama lo.. ya gue percaya lo bukan gay yang suka main sex… Niel, gue sayang lo, jangan benci gue karena masalah ini please?”
Aku mengambil koper dan membereskan pakaianku, “Niel… Niel lo mau apa hah?”
“Gue pamit Ris, gue mau balik sama ortu gue…”
“Apa-apaan sih lo Niel, gue gak ceraikan lo… kaya lagu jaman dulu aja lo yang pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku~”
Aku tertawa disela-sela tangisku karena melihat tingkah Risky, “Sorry Ris… eumm kebetulan gue kangen sama ortu gue…”
Aku terus memasukkan pakaianku dalam koper namun Risky kembali mengeluarkannya, “Hargai keputusan gue Ris… hati gue sakit banget dan gue perlu waktu buat nenangin diri…”
Terlihat Risky menatap sayu dan memandangku penuh kasih sayang, “Maafin gue kalau bikin lo kecewa… maaf gue gak bisa jadi sahabat yang baik buat lo…” katanya memelukku kemudian mengecup keningku. Selesai perpakaian dan memberesi barang aku melangkah keluar ditemani Risky yang membantu angkat koperku. Aku berpamitan dengan pemilik kost dan juga teman-teman kost. Mereka sangat kecewa terutama para fujo yang baru saja berharap akan dapat FS setiap hari.
Aku tersenyum getir, sebelum masuk taxi aku membalikkan tubuh. Kutatap sosok-sosok akrab yang aku kenal 2 tahun ini. Kutatap Risky, kutatap pintu, taman, gerbang.. bayang-bayang kegilaanku bersama Risky terlihat di sana. Mataku kembali berkaca-kaca, sebelum menangis aku melambaikan tangan dan masuk ke dalam taxi.
-epilog-
Lima tahun kemudian
Aku berada di pelaminan sekarang, menyalami tiap undangan yang datang. Aku memutuskan menikahi sahabatku di desa setelah usahaku sebagai pengusaha kuliner sangat melesat 3 tahun terakhir, aku mapan. Perlahan tapi pasti dunia pelangi menjauhiku karena kesibukanku, karena keluargaku, tak sempat lagi aku berfikir untuk menyelami dunia ini. Kita memang gay, tapi inilah takdir kita. Pria terlahir untuk wanita.
Bagaimana dengan Risky? Kami cukup sering kirim-mengirim email untuk melepaskan kerinduan kalau aku sempat, aku pun mengundangnya ke acara pernikahanku ini. Namun aku cemas karena sudah jam 2 dia belum juga datang.
Namun senyumku merekah saat menemukan sosok itu, Risky.. dia semakin gagah saja, tapi siapa yang ada di sampingnya? Apa itu tunangan yang benama Nia yang sering Risky ceritakan di email?
“Selamat ya bro… tega banget lo ngeduluin gue haha…”
“Lo sih berbelit-belit… kapan nih nyusul?” tanyaku ceria.
“Tahun ini juga lah, ya kan beb?” tanyanya sambil melirik gadis di sampingnya. Gadis itu hanya tersipu malu.
“Gue tunggu undangannya..”
“Sipp… langgeng ya..” kata Risky sambil memberikan kado kemudian menyalami kami secara bergantian.
-0-0-0-
Selesai resepsi aku pun ke kamar pengantin, tak sabar ingin membuka hadiah apa yang Risky berikan? Kubuka tergesa-gesa dan aku menemukan album besar. Kubuka halaman demi halaman, terlihat wajah-wajah polos anak SMP yang bahagia di sana, saat SMA juga dan saat-saat hidup bersama di kost. Aku dan Risky memang sangatlah narsis dan terlihat sangat bahagia di foto, paling tidak aku punya bukti perjalanan persahabatan kami. Aku masih mencintai Risky sangat dalam, mungkin hanya bisa kupendam dan kukenang.
“Apa itu Kak?” tanya Istriku.
“Album persahabatan terindah.”
TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar