I AM REAL
I AM REAL
Aku terbangun di suatu tempat, antara sadar dan tidak sadar. Di sekelilingku semuanya terasa berbeda. Lantai yang kupijak, dinding yang ada di sekelilingku, langit-langit ruangan, bahkan diriku sendiripun terasa berbeda. Rasanya tak seperti yang pernah kulihat dan kurasakan selama lima belas tahun masa hidupku. Seperti berada disuatu tempat yang asing, lebih indah, penuh misteri, dan seperti yang kukatakan, tidak nyata.
Aku mengamati sekeliling, masih dengan rasa tak tercaya. Ada sedikit kecemasan karna berada di suatu tempat yang tak kukenal. Namun dibalik kecemasan itu ada pula rasa takjub akan dunia yang baru kupijak saat ini. Ok, aku tak sepenuhnya jujur aku tak mengenal tempat ini. Aku tahu tempat ini, atau setidaknya dunia yang baru kumasuki.
Ini benar-benar gila. Aku tidak mungkin berada disini kan? Aku nyata, dan tempat ini seharusnya tidak nyata. Ini adalah Dunia Maya. Tapi kenyataannya aku berada disini. Jadi apakah tempat ini nyata? Ataukah aku yang tidak nyata? Pikiranku dipenuhi oleh segudang pertanyaan. Dengan sisa-sisa tenaga yang masih kumiliki, otakku mulai mencoba mengingat-ingat kembali kejadian sebelumnya. Yang terakhir dapat kuingat adalah aku sedang bertengkar dengan ibuku karena suatu masalah.
***
a story by Sierra, and Credit to IMVU World (Virtual 3D Chat with Avatar)
***Aku terbangun di suatu tempat, antara sadar dan tidak sadar. Di sekelilingku semuanya terasa berbeda. Lantai yang kupijak, dinding yang ada di sekelilingku, langit-langit ruangan, bahkan diriku sendiripun terasa berbeda. Rasanya tak seperti yang pernah kulihat dan kurasakan selama lima belas tahun masa hidupku. Seperti berada disuatu tempat yang asing, lebih indah, penuh misteri, dan seperti yang kukatakan, tidak nyata.
Aku mengamati sekeliling, masih dengan rasa tak tercaya. Ada sedikit kecemasan karna berada di suatu tempat yang tak kukenal. Namun dibalik kecemasan itu ada pula rasa takjub akan dunia yang baru kupijak saat ini. Ok, aku tak sepenuhnya jujur aku tak mengenal tempat ini. Aku tahu tempat ini, atau setidaknya dunia yang baru kumasuki.
Ini benar-benar gila. Aku tidak mungkin berada disini kan? Aku nyata, dan tempat ini seharusnya tidak nyata. Ini adalah Dunia Maya. Tapi kenyataannya aku berada disini. Jadi apakah tempat ini nyata? Ataukah aku yang tidak nyata? Pikiranku dipenuhi oleh segudang pertanyaan. Dengan sisa-sisa tenaga yang masih kumiliki, otakku mulai mencoba mengingat-ingat kembali kejadian sebelumnya. Yang terakhir dapat kuingat adalah aku sedang bertengkar dengan ibuku karena suatu masalah.
Ibu ku tidak
suka kalau aku terlalu lemah. Ibuku tidak terima kalau aku tidak
berperilaku layaknya seorang lelaki normal. Intinya, Ibuku tidak suka
kalau anak tunggalnya adalah seorang Gay. Aku rasa.... keputusanku untuk
Coming Out kepada ibuku adalah keputusan yang salah.
Aku capek menjalani hidup ini. Aku butuh pertolongan. Tapi taukah kau kenyataannya? Internet
adalah obatku. Ibuku saja yang tidak bisa mengerti. Jadi setelah itu
aku berlari ke kamar, membanting pintu keras-keras dan hal selanjutnya
menjadi samar-samar. Kemudian aku tak ingat apapun. Dan begitu aku
bangun.... aku sudah ada disini, terjebak dalam dunia yang tidak nyata.
______________
Tempat ini
berupa sebuah ruangan mewah yang sangat besar. Tak banyak barang-barang
memang. Ada beberapa lukisan yang tergantung di dinding, beberapa kursi antik
dan hiasan-hiasan indah yang nampak tak nyata. Ya, sekali lagi
kubilang, tak nyata! Disalah satu sudut tempat terdapat sebuah kaca
besar berukuran setinggi tubuh manusia. Aku menghampiri kaca itu lalu
berdiri di depannya. Aku mengenal wajah di depanku. Itu adalah aku, tapi
bukan aku yang sesungguhnya. Itu adalah aku yang lain. Aku yang membuat
diriku sendiri. Harusnya aku tak mungkin ada disosok ini. Aku yang ini
tidak nyata dan tidak mungkin akan menjadi nyata. Apa aku sedang
bermimpi? Mungkin saja. Jika benar begitu aku tidak ingin cepat-cepat
meninggalkan mimpi ataupun dunia ini.
Penampilanku di kaca seperti yang sudah bisa kuduga, secara keseluruhan
aku tampak seperti manusia pada umumnya. Tapi dengan bentuk mata yang
lebih indah dari mata biasa, rambut tertata rapi dan berkilau, warna
kulit lebih cemerlang, dan bentuk muka yang sedikit berbeda dari umumnya
namun memiliki kelebihan yang jarang dimiliki oleh manusia. Inilah
hebatnya tinggal di dunia 'ini'. Aku mengenakan hoodie dan skinny jeans berwarna hitam kontras dengan warna kulitku yang terang.
Aku melihat telinga kucingku bergoyang-goyang di atas kepala dan secuil
ekor kecil menggantung di bawah punggungku. Aku tersenyum memandang
diriku sendiri di cermin. Memiliki kuping dan ekor kucing, sunggu hal
yang tak bisa kudapatkan di dunia nyata...
Sesuatu muncul secara tiba-tiba, atau lebih tepatnya seseorang. Aku
menengok kearah datangnya seseorang itu. Dia ada di tempatku pertama
kali aku datang. Hal yang luput dariku yaitu aku tak tau bagaimana cara
dia datang. Dia tampak seperti tiba-tiba sudah ada disitu dalam sekejap.
Bahkan aku pun tak melihat ada pintu yang terbuka. Tapi sesungguhnya
sesuatu dalam diriku tahu bagaimana cara dia datang.
Dia seorang lelaki dengan penampilan yang tak jauh beda dari yang sudah
kudeskripsikan pada penampilaku sendiri. Bedanya... dia lebih terlihat
tampan, sejenis ketampanan yang hanya bisa kau jumpai pada cowok yang
paling tampan di majalah-majalah remaja barat atau di gambar-gambar
coretan tangan yang sudah profesional. Sempurna, kau bisa menyebutnya
begitu. Rambut hitamnya dipotong sesuai gaya rambut remaja sekarang,
agak tidak beraturan dan berbeda panjang di beberapa sisi. Matanya
tajam dan sebiru langit dikala cerah. Hidung dan bibirnya indah. Bentuk
wajahnya seperti patung porselin yang sudah didesain untuk terpahat
sempurna.
Dia mengenakan pakaian serba hitam sepertiku, namun lebih rumit dengan
hiasan disana sini. Aku tau di ‘dunia ini’ cowok berdandan tak kalah
hebohnya dari cewek. Jas elegan yang dikenakannya cocok dengan celana
hitam ketat yang menutupi kakinya hingga amblas ke sepatu boot berwarna
senada. Dia mengenakan syal yang lebih mirip serangkaian bulu binatang
berwarna hitam. Apa itu bulu burung? Nah itu dia, itu bulu burung gagak.
Aku melihat satu yang hidup bertengger di bahu kirinya. Dia juga
menyematkan dua buah katakana yang saling menyilang di belakang
pinggang, sarung tangan spike dan gelang-gelang spike masing-masing di
lengan dan mata kaki juga di leher yang dipakainya sebagai kalung.
Kilatan-kilatan listrik menyambar-nyambar di sekeliling tubuhnya seakan
hal itu sudah wajar saja ada. Dan entah darimana aku bisa tau bagaimana
harus menyebutnya di kala pertemuan kami yang pertama ini. Dia MEPHIST0
dengan semua huruf ditulis secara kapital dan angka 0 sebagai pengganti
huruf O. Hey, aku bahkan bisa mengeja namanya secara benar. Ini seperti
sesuatu yang aku dapat langsung ketahui tanpa harus susah-payah
menanyakannya. Kurasa dia pun tau bagaimana harus menyebutku.
“Hi LittleMonster,” dia menyapaku.
“Hello MEPHIST0,” aku pun menjawabnya.
Selanjutnya terjadi percakapan antara kami berdua. Aku sudah memutuskan
memasukkan MEPHIST0 dalam daftarku. Ya, semua orang disini punya daftar
untuk menggolongkan siapa saja yang disukainya kedalam suatu kelompok
yang meraka sebut sebagai "Friend List". MEPHIST0 sudah menjadi temanku.
Kami mengobrol cukup lama hingga muncul beberapa orang lagi di ruangan
tersebut. Sama sepertiku dan MEPHIST0, orang-orang itu muncul secara
tiba-tiba dari suatu tempat. Rasanya di tempat ini tak ada batasan
ruang dan waktu. Lalu MEPHIST0 pun mengajakku pergi kesuatu tempat
berlatar belakang senja hari setelah baru beberapa menit sebelumnya
kami mengunjungi tepi danau cerah dengan suasana pagi yang indah. Aneh
bukan? Aku tak tau sudah berapa lama aku menghabiskan waktu di tempat
ini. Mengobrol bersama MEPHIST0 dan bertemu orang-orang baru, tak pernah
merasa lelah ataupun pusing memikirkan kewajiban yang harus dilakukan
di dunia yang sesungguhnya, bahkan tak perlu mengkhawatirkan akan
menjadi jelek. Benar-benar dunia yang sempurna. Tapi benarkah dunia bisa
sesempurna ini? Kalau ‘dunia ini’ benar-benar ada, rasanya aku ingin
tinggal selamanya disini.
Tidak.
Aku tak bisa tinggal selamanya disini. Ini tidak nyata. Aku mencoba
memaksakan otak logikaku berkerja. Namun MEPHIST0 dan seluruhnya yang
ada disini seakan mengajakku untuk berfikir yang sebaliknya.
“Ada apa?” tanya MEPHIST0, menyadari aku tak merespon ucapannya.
Aku menggelengkan kepala lalu berbalik lagi memandang wajah MEPHIST0
yang tampan. Benarkah aku bisa menjumpai cowok seperti ini di duniaku?
“Apa kamu capek?” imbuhnya.
“Aku tidak pernah merasa capek jika berada disini. Kupikir kau juga begitu, iya kan?”
“Kau benar. Memangnya ada tempat lain selain disini?”
“Tentu saja. Kita tidak tinggal selamanya disini. Kita punya kehidupan lain yang harus dijalani.”
“Aku tidak tahu kalau ada kehidupan lain selain disini. Sepanjang hidupku aku tinggal disini.”
Ucapan MEPHIST0 sedikit membuatku mengernyitkan dahi. “Kau tidak serius
kan? Kita semua punya kehidupan yang lebih nyata dari ini. Ini tidak
benar-benar nyata.” Kataku.
“Well, not for me...” Jawaban itu terdengar lirih dari mulut MEPHIST0
sampai hampir-hampir aku tidak bisa menangkapnya bila tidak
sungguh-sungguh mendengarkan. "Kau bisa selalu datang di dunia ini...
aku akan menunggumu, sampai kita bersama disini selamanya...." ucap
MEPHIST0 sambil mencium keningku.
Itu percakapan terakhirku dengan MEPHIST0 sebelum rasanya aku seperti
tersedot keluar dari tempatku berada saat itu. Aku masih sempat melihat
MEPHIST0 memberiku sepucuk kertas sebelum semua bayangan indah tempat
itu memudar bersama MEPHIST0 yang hilang dari pandanganku. Aku membuka
mata. Suara gedoran di balik pintu kamarku seakan mendorongku untuk
mengangkat kelopak mataku yang sebelumnya terpejam. Aku tidak tidur,
tidak juga bermimpi. Aku hanya membayangkan apa yang ingin kulihat dan
kurasakan. Sudah setahun ini aku melakukan hal yang sama berulang-ulang.
Aku menyebutnya "meloloskan diri dari dunia nyata". Gedoran di balik
pintu kamarku bertambah keras diringi dengan suara ibuku yang memanggil
namaku. Aku bangkit dari posisiku duduk bersandar dibalik pintu,
membukakan pintu untuk ibuku dan melakukan percakapan singkat lalu
menutupnya kembali.
Kali ini aku berhasil lagi melarikan diri sejenak ke ‘duniaku’ yang
lain. Tak ada yang tahu hal ini kecuali diriku sendiri. Tenang, aku pun
tak berniat memberitahukannya kepada orang lain. Lagi pula itu hanya
ilusi yang kuciptakan sendiri. Bukannya begitu? Tapi apa benar itu
sekedar ilusi? Kamarku tampak berbeda. Sebelumnya aku memang
meninggalkannya dalam keadaan berantakan dan sekarang pun masih tetap
begitu. Tapi kali ini ada sesuatu yang lain. Aku melihat beberapa helai
bulu burung gagak tergeletak di lantai kamarku. Bulu itu berwarna sangat
hitam sama hitamnya dengan penampilan MEPHIST0 dikala aku bertemu. Lalu
aku menyadari sesuatu yang aku lupakan sedari tadi. Aku merasakan benda
itu ditanganku. Sebuah kertas dengan tulisan tangan. Aku mengangkatnya.
Dikertas itu tertulis sebuah tulisan, jelas bukan tulisan tanganku. Aku
membacanya sambil ternganga.
Yang tertulis di kertas itu ialah satu kalimat pendek. Yang membuatku tersenyum....
Akhirnya, pertanyaanku selama ini terjawab juga.
“I AM REAL”
0 komentar:
Posting Komentar