Rahasia sebuah Pengorbanan Chapter I

Dirgantara putra 15.15 |



Rahasia sebuah Pengorbanan

Perkenalkan aku aku Ivan …lengkapnya Ivan Putra Darmawan . kata teman sich aku remaja yang humoris suka banget ma namanya Tazmania dan ikut ekstra journalist cause aku suka nulis . Aku adalah salah satu murid di SMA favorit di Surabaya  , Kota yang punya julukan kota  pahlawan . Yang kini terkenal dengan kematian hewan di KBS .Tiap senin pagi aku jalani hari hariku dengan belajar dan bercanda gurau , inilah indahnya SMA . meski banyak yang belum tahu kalau aku hidup di keluarga broken Home  Papa dan Mama cerai sejak aku duduk di SD. Kakak aku ikut Papa di Bandung sedangkan aku Ikut Mama di Surabaya. Dan hari ini kakak akan kesini buat Kuliah di Kota ini . Papa menganjurkan Kakak buat tinggal sama aku dan Mama. Jadi pengen tahu Muka kakakku yang tidak pernah ketemu selama 10 Tahun.
Aku berjalan tergesa2  menuju terminal kedatangan di Bandara ini. Hari ini kakak yang lama tak ku temui  akan datang dari bandung  dan semestinya aku sudah menjemputnya sejak setengah jam yang lalu.
Aduh, bisa2 aku dicincang abis nanti sama Mama kalau Telat jemput kakak. Karena tergesa2nya saya jadi tidak memperhatikan langkahku. Kaki tiba2 tersandung sebuah koper yg tergeletak sembarangan disitu. Akibatnya saya jadi kehilangan keseimbangan. Tanganku melambai2 diudara mencari pegangan. Beruntung karena ada seseorang yg menahanku dari depan sehingga aku tidak harus mencium tanah air. Sekuat tenaga aku berpegangan pada orang itu. Sekilas tampak kami seperti sedang berpelukan. Apalagi posisi tangannya yg melingkari badanku. Beberapa saat akhirnya aku bisa menguasai diriku. Dan ketika aku mendongakkan wajahku ternyata yg menolongku adaalah seorang pria yg kutaksir kira2 seumuran Mbak Laras (anak BudheQ) . Aku terkejut bukan kepalang, buru2 kulepaskan diriku dari pelukannya. Aku jadi salah tingkah apalagi orang sedari tadi memperhatikan kami dengan heran.
Pria itu menatap khawatir kepadaku.
"Kamu nggak apa2 kan? Maaf, tadi koperku yg menyandung kakimu." Ujar pria itu.

Aku mengangguk sambil terus menunduk krena wajahku masih memerah karena kejadian tadi.
"Kamu beneran nggak apa2?" Tanyanya lagi.

"Iya, aku nggak apa2 koq." Jawabku sambil tersenyum meyakinkannya.

Dia lalu tersenyum dan terlihat lega dengan jawabanku.
"Fiuuuhhh,,, syukurlah."
Aku berfikir sejenak , Rasanya wajah itu taka sing bagiku , guratan wajah itu sering aku impikan tiapmalam tapi siapa dia .
"Namaku  IrWan,  Irwan  Prawira Darmawan ." Ujarnya sambil menjulurkan tangannya kepadaku.


"Aku Ivan , Ivan Putra Darmawan." Balasku sambil menjabatkan tanganku ke tangannya. Lalu dalam keadaan masih menggenggam tanganku  Irwan mengamati wajahku sambil mengernyitkan dahinya. Aku jadi makin salah tingkah diamati seperti itu, kuraba2 wajahku dengan tanganku yg satunya lagi, kali aja ada nasi sebiji nemplok di wajah gue. Tapi kayaknya nggak ada yang aneh di wajahku, semuanya masih ada lengkap di situ.
Kuperhatikan dia dari bawah ke atas. Namun dia hanya tersenyum sambil menggeleng2kan kepalanya.

"Ini aku dek , Kak Wira ." Ujarnya sambil tertawa2 kecil.
Sontak aku membulatkan mata dan terbengong2 tdk percaya dengan apa yg baru saja kudengar. ini kakak aku ? jadi kakak aku secakep ini ?
Aku langsung tersadar dari keterbengonganku.
"Wow! aku benar2 pangling kak, kakak beda banget sama foto kakak,  sekarang betul2 berbeda dengan Kak Wira di bayanganku  ." Ujarku sambil tersenyum kikuk.

Dia hanya tersenyum lebar.
"Ah, bisa aja kamu dek , oh ya, kamu apa kabar, kata mama kamu sekarang sekolah di SMA Favorit ?" Tanyanya.

"Alhamdulillah, baik" jawabku. Lalu obrolan kami pun berlanjut

Lagi seru2nya ngobrol sama Kak Wira , HPku tiba2 berdering. Cepat2 kurogoh sakuku, dan begitu kulihat nama yg tertera di layar monitorku, Ya Tuhan penguasa semesta raya!!!! Aku Lupa lok Mamam Sudah Buat pesta kecil kecilan di Rumah buat menyambut pangeran di sampingku Ini.
Kutepuk jidatku. Alwi terheran2 melihat tingkahku.
"Kaak , buruan balik yuk , aku lupa kalau mama bilang nggak boleh lama lama soalnya mama udah masak special buat kakak . nTar aja di Rumah dilanjutin ngobrolnya  ngobrolnya." Ujarku terburu2.

"Iya dek , udah ayuk cepetan ! Kasian Mama  kelamaan nunggu kita ." Jawab Irwan.
"Ya udah!! Ayo pulang!! Aku bawain barang barang nya kak  !!!". Akupun langsung segera mengambil barang2 kakakku menuju mobil.

Sepanjang perjalan menuju ke Mobil,aku terus ingat kata kata omelan mama di telephone tadi . ibu terus mengomeliku, sementara belum sepatah kata pun di telephone hanya bisa diam , itu di telepon belum lok di rumah , pokoknya rumah tidak akan pernah sepi kalau aku ma mama udah berdebat . Kata orang bijak, kemarahan orang tua adalah wujud kasih sayang mereka kepada anaknya. Berarti Mama sayang banget yah sama aku sampai2 rela anaknya yg super duper ganteng bin imut ini menjadi bahan tertawaan orang2 saat mama ngajak aku arisan , mana di sana  ada anak anak kolega mama ,  cewek2 cantik itu  pada bisik2 sambil ngetawain aku, hadeeeehhh,,, x_x jatuh harga nih kalau begini kejadiannya.itulah yang aku rasain saat ada arisan atau kumpulan mama.

Sesampainya kami di mobil, Kak Wira  masuk ke mobil duluan sementara aku memasukkan barang2 bawaannya ke bagasi. Setelah itu akupun masuk juga ke dalam mobil dan segera meluncur meninggalkan Bandara ini.
Akhirnya mobil yang kita tumpangi sudah amsuk halaman rumah . Rumah yang aku tempati dengan mama selama 10 tahun ini tanpa sosok seorang kakak dan seorang Papa . AKu kangen sosok ayah yang menyayangiku membuatku nyaman di pelukannya , aku Kangen itu.
# Irwan Pov
Mobil  yang telah mengantarku sampai ke depan teras rumahku sudah berlalu, meninggalkanku yang sedang mengulum senyum, menanti raut terkejut Mama saat mendapati aku, anaknya yang sudah hampir sepuluh tahun ini tak ditemuinya. Tiga kali ketukan pintu rasanya sudah cukup untuk memberitahu pada mama  bahwa ada orang di teras ini. Dan aku semakin mematut diri saat telingaku menangkap suara langkah tergesa ke arah pintu tepat di depan hidungku. 
Aku harus terlihat bugar dan menawan di depan mamaku . Mama yang selama ini aku impikan bisa memeluknya lagi seperti dulu saat aku pulang sekolah ,saat aku ketakutan . aku jadi grogi kayak nemuin cewek aja .
Benar saja. Mama terlonjak kaget dan langsung memelukku sebelum aku sempat mencium kedua tangannya. Aku sampai malu sendiri ketika kecupan bibir Mama mendarat di dahiku. Rasanya aku sudah terlalu tua untuk dikecup oleh seorang Mama . Tapi jujur aku senang sekali dengan tingkahnya. Menyambut dan membuatku merasa dirindukan kepulanganku adalah hal yang indah.Apalagi aku bisa bertemu dua orang yang aku kangenin mama dan adekku Ivan.
 Aku hanya duduk sambil menggeleng memerhatikan Mama yang tampak sibuk sendiri, berlalu-lalang sambil tertawa-tawa. Menaruh beberapa toples dan juga secangkir teh manis hangat sambil memberondongku dengan banyak sekali pertanyaan. Aku pun menanggapinya dengan menahan tawa. Ah Mama , kau masih saja seperti dulu. Bertanya ini itu, bercerita tentang siapa, kapan dan begini-begitu. . Dan mengatakan perubahan raga dan rupaku sampai membuatnya pangling tadi. Aku tersipu lagi di depan mama. Tersipu bahagia.
 Aku terkekeh mendengarnya. Pujian yang terdengar konyol itu memang harus kuakui sedikit membesarkan ruang di lubang hidungku. Mama  memang penyuka sinetron, seperti lumrahnya ibu-ibu lain. Dulu sering sekali Mama mengomel selepas nonton sinetron, atau setelah menonton berita tentang kawin-cerai para selebritis. Dan aku hanya diam mendengar celotehan Mama sembari makan makanan yang telah disediakan mama buat aku . Aku , Mama , dan Ivan melahap makanan yang terhampar di meja makan malam itu.
 “Tapi sayang, adikmu tidak kayak kamu dia cerewt banget mirip papamu . Sekarang dia semakin tinggi kan , bahkan hampir mengalahkan tinggimu nggak kalah ganteng ma kamu . kalau begini mama ga malu bawa anak anak mama ke arisan heheh” mama  bicara sedikit keras dari dapur.
 Adikku. Ah, aku memang rindu dia. Rindu dia dengan sangat. Dan malu-malu harus kuakui bahwa aku merindukan adikku yang begitu pandai membuat masalah, membuatku gusar sampai kadang membuatku menangis, saat aku SD dulu . apalagi Papa sayang banget sama dia , entahlah, apa aku terlalu lancang untuk merindukannya. Tidak. Aku tak boleh merinduinya. Rindu yang kurasakan ini harusnya bisa kubatasi, serta kulabeli dengan jelas. Dia itu adikku.
Aku segera melenggang ke arah kamar, yang juga kamar adikku sekarang. Kuhempaskan carrier-ku diatas kasur tanpa ranjang itu. Kain penutupnya sekarang bergambar logo klub sepakbola kesukaan adikku, Mancester United.persis banget Papa yang suka banget sama Nonton Bola tapi buat main kagak hehehe sama aja .
kamar ini tampak begitu berbeda dari kamarku di bandung . Poster-poster Avenged Sevenfold, Valentino Rossy dan juga OI menempeli dinding kamar ini. Dan aku sedikit kaget karena posterku power ranger waktu kecil dulu  ternyata tak dibuang, hanya dipindahkan ke tempat yang tak begitu terlihat. Dia begitu pandai menempatkan segala sesuatu itu agar terlihat artistik. Bukan indah, tapi terlihat berseni. Aku juga mendapati beberapa action figure pemain bola idolanya, dan juga tokoh-tokoh manga kesukaannya. Dia memang pecinta kartun kelas wahid. Terutama Naruto dan juga One Piece.
Dan saat aku menjangkau sebuah meja pendek itu, aku mendapati buku-buku pelajarannya yang tak terlalu rapi, disandingi sebatang lampu belajar yang tampak melengkung. Di depan meja belajar itu tampak satu papan stereofoam yang ditempeli jadwal pelajaran dan juga beberapa potonya, termasuk foto kecilnya bersama cukup banyak perempuan yang cantik. Tak dinyana adikku yang rupawan ini akan menjadi seorang pewaris jiwa Cassanova.
Panggilan mama  dari dapur menyadarkanku. Aku harus segera mandi, walaupun sebenarnya terasa malas sekali. Aku yang biasa mandi berlama-lama, disini rasanya baru saja segayung air menyentuh kulit, aku sudah ingin memakai handuk. Tapi setidaknya air hangat yang dijerangkan Mama tak terlalu menyiksa, walaupun kata menyiksa terlalu berlebihan.
Dari tadi aku tidakmelihat Ivan ma , kemana Dia . Tanyaku ke mama
Biasa dia Latihan Band sama teman temannya , Jawab mamaku
Malam kian larut namun Ivan belum pulang . Kulihat Mama tidur di ruang Tamu . Menunggu Ivan belum pulang juga . Aku iri dengan Ivan , Mama sangat menyayanginya . sedangkan Papa mau aku pulang jam berapa di bebaskan . Yang penting sekolah nomer satu.


bersambung .........

0 komentar:

Posting Komentar