Malam
ini aku pergi untuk menghadiri acara penyambutan kakak nicko yang akan dating
dari London , sesampainya di rumah niko aku disambut hangat oleh keluarga nicko
. Keluarga yang aku impikan sejak dulu , begitu hangat tidak seperti keluargaku
yang semua smamak, kakakku smamak dengan perjalanannya menyusuri Indonesia
karena hobby nya adalah travelling , papaku yang sekarang lebih banyak ada di
Singapore , menjalankan usahanya . Sedang Mama menjalankan Salonnya Di Surabaya
.
Di keluarga niko aku
dapatkan kehangatan , ya kehangatan . Bukan Hanya karena aku menyukai nicko
Tapi karena kehangatan Tante Alice dan Om Gunawan . Membuat aku iri banget sama
Nicko , Meskipun mereka sibuk tapi ga lupa dengan tangung jawab mereka sebagai
orang tua .ga seperti keluarga ku.
“Gun , Makasih ya
kamu sudah dateng . Ayo aku kenalkan ke kakakq ,” Ajak Niko.
“Oke Sob , Apa ce
yang ga buat sahabatku ini ,” jawabku sekenanya.
Niko pun membawaku ke
kakaknya . Wah Tak jauh beda dengan niko . Kakaknya niko pun Tampan bukan main
, mirip pemain Soo Sam Dong di film Dream High . Tinggi , Putih , Tampan .
Hai…..,”Sapa Daniel
(kakaknya Nicko).
Kak, Ini temanku
Guntur, “sela Nikko.
Sambil
mengulurkan tangan aku menyebutkan namaku dan berjabat tangan . Seperti biasa
malam itu nicko membuatku tak bisa berpaling darinya . Namun sosok kakaknya
sempat menghipnotisku sehingga sejenak aku melupakan CINTA aku ke nicko.
Acara
malam itu , berjalan sukses . Nicko , Daniel dan keluarganya pun senang .
Apalagi aku diapit dua malaikat yang tampan . seakan aku lupa kalau pantatku
masih nyeri akibat pertarungan aku dengan Satria tadi siang .
Keesokan
harinya , aku sekolah seperti biasanya . Aku tak melihat sosok Perenggut
keperawananku “satria “ tapi ya sudahlah yang penting my prince ku ada di
sisiku meski dia tak tahu kalau aku sangat mencintainya . Ya , aku mencintainya
……………
Bel bunyi bubar
sekolah pun terdengar , Nicko nanti sore mengajakku keluar sama kakaknya buat
nonton . Tapi aku sedikit kecewa karena kali ini nicko mengajak Bella . Nicko
dan Bella sudah jadian sejak Nicko Smp. Hubungan aku dan bella juga baik^^ saja
. kita sering kok jalan berempat aku dan nicko serta Bella dan Winda .
Sore itu pun aku
pergi ke rumah Nicko , ternyata disana hanya ada kak Daniel , karena Nicko
sedang jemput Bella . Akhirnya aku pun berangkat dengan Kak Daniel .
Kak , Kakak aja ya
yang Bonceng , Aku lagi Capek , “pintaku
Yawdah gun , Mana
kuncinya ,”Ucap Kak Daniel.
Akhirnya
aku , Nicko & Bella dan Kak Daniel jalan jalan di MaToz . kemudian Ke BNS .
aku sebenarnya cemburu berat melihat Nicko dan Bella yang bisa dibilang SOO
SWEET banget . mgkin Kak Daniel merasakan itu terjadi padaku . Akhirnya kak Daniel
mengajakku ke sebuah toko.
Gun , kamu Suka ma
Bella juga tha ?? kok kayaknya jealous gtu ma Mereka berdua , “ Tanya kak
Daniel padaku
…..E..Eeenggak kok
kak , “Jawabku terbata bata .
Ywdah , pulang yukkk
,,,,,”ajak kak Daniel
Akhirnya
aku pulang dengan kak Daniel . sementara Nicko nganterin Bella dulu ke Rumahnya
. Dalam hatiku berkata knpa g aku ajja yang jadi Cinta Nicko kenapa bukan aku
yang dia anterin bukan aku yang dapetin Bunga mawar merah itu …..tapi ga
mungkinlah itu terjadi padaku.
Daniel
memacu motor CBR biruku secepat mungkin dengan aku di belakang sambil memeluk
pinggangnya. Bulan purnama memancarkan cahayanya dengan sangat terang. Daniel
menghentikan motornya di sebuah rumah. Bukan rumah namun terlihat seperti
rumah. Bunga mawar merah berjejer dengan sangat rapi di sekitar teras rumah
tersebut. Sebuah papan yang dibentuk seperti tumpukan kayu berwarna putih
menguntai indah di atas pintu tersebut. bertuliskan ‘ROSE’. Sebuah toko bunga
mawar. Daniel dan aku turun dari motor kemudian perlahan memasuki halaman rumah
tersebut. Daniel mengetuk pintu rumah tersebut secara beberapa kali. Seorang
nenek tua yang mengenakan daster berwarna putih dengan renda di lehernya keluar
dengan tertatih – tatih.
“ahh.. daniel?”.
Nenek tersebut memegang lengan Daniel kemudian mengenggam erat telapak
tangannya.
“nenek”. Daniel
tersenyum kepada nenek tersebut dan dengan sedikit berjongkok dia memeluknya.
“anak ini sudah besar
sekarang. Ayo masuk kalian berdua”. Nenek itu menarik lengan daniel. Daniel
mengikuti langkah nenek tersebut sambil di ikuti dari belakang olehku.
Rumah
yang merangkap sebagai Toko bunga mawar ini terlihat menarik. Puluhan bunga
mawar mengguntai indah di dinding bagian atas rumah ini. warna lantainya pun
berwarna merah mawar, tumpukan bunga mawar terlihat di sisi – sisi sudut ruang
tengah. Daniel memasuki ruang makan yang terdapat sebuah meja kayu kuno namun
terlihat kokoh. Nenek tersebut melepaskan tarikan tangannya dan kemudian masuk
ke dapur. Danie melihat sebuah meja kayu yang kuno dengan taplak bergambar
bunga mawar dengan di pojok kanan terdapat vas bunga yang didalamnya terdapat
bunga mawar. Jejeran bingkai foto menghiasi meja kayu tersebut. Daniel
menatapi satu persatu foto tersebut. Di ambilnya sebuah bingkai foto yang
berwarna perak dan disudutnya terbentuk ornament melingkar. Daniel menatap erat
foto tersebut dan kemudian menempelkan di dadanya.
“aku merindukanmu..”.
ucapnya lirih.
“hei..”. aku menepuk
pundak Daniel. Daniel kemudian menaruh bingkai foto tersebut kembali di posisi
semula. aku mengajaknya untuk duduk di meja makan.
“makanan sudah siap”.
Ucap nenek tersebut yang keluar dari dapur dengan membawa panci besar. Daniel
mendekati nenek tersebut dan kemudian menggantikannya membawa panci tersebut.
aku masuk ke dapur dan kemudian keluar sambil membawa beberapa perlatan
makanan.
Meja
kayu yang berbentuk oval dan hanya terdapat empat kursi kayu tersebut
sudah terisi oleh mereka bertiga. Satu kursi kosong terletak di sebelah daniel.
Daniel menatap kursi tersebut dengan pandangan kosong. Bunyi piring yang
diletakkan oleh nenek itu membuyarkan lamunan Daniel. Disini sosok Daniel
terlihat berbeda. Lembut dan hangat. Mereka bertiga membicarakan beberapa hal
dan terkadang tertawa bersamaan.
Setelah
makan , Daniel menceritakan semua tentang masa lalunya di rumah itu dengan
nenek dan juga Samantha (kekasih Daniel yang sudah meniggal akibat kecelakaan
ketika pesta perpisahan sekolah). Itulah yang membuat Daniel lebih memilih
kuliah di London . Aku yang ikut terdampar di rumah itu pun juga ikut larut
dalam kesedihan tak terasa air mata pun membasahi pipiku .
Daniel
pun ngajak aku buat nginap di rumah itu karena nenek melarang kami buat pulang
karena sudah larut malam . akhirnya Daniel pun ijin ke mamanya .aku yang memang
orang tuaku belum pulang akhirnya ikut nginap juga di rumah itu.
Daniel
melepaskan baju putihnya kemudian memakai baju kaos polos berwarna biru
dongker. Daniel membuka tas yang dia letakkan di atas kasur sederhana yang
terbalut dengan selimut berwarna merah. Ranjangnya terlihat tua namun kokoh.
Urat – urat kayu tersebutlah yang menampakkan ranjang tersebut sudah cukup lama
berada di rumah ini. daniel melihat ke tasnya yang disebelahnya terdapat jaket
hitam milikknya. Dia membuka resleting tas tersebut. daniel mencari sesuatu di dalam
tasnya dan kemudian mengeluarkan sebuah foto dan Handphone Samantha.
“handphone siapa
itu?”. Aku membuka pintu. aku mengenakan kaos tanpa lengan putih dengan celana
jeans pendek di atas lutut. “bukan punya siapa – siapa”. Daniel kembali
memasukkan handphone samantha kedalam tasnya kembali.
“itu handphone
siapa?”. aku mendekati daniel dan berusaha mengambil tas daniel.
“bukan urusan lo”.
Daniel mendorong ku hingga mundur beberapa langkah.
Aku mendekati daniel
lalu memegang pundaknya . aku tahu kamu sedih sekarang tapi apa gunanya kamu
sembunyikan semua itu . Itu masa lalu , walau menyakitkan tapi itu harus kamu
buat pacuan dalam hidup kamu , TUHAN pasti punya rencana indah .
“kamu g tau apa-apa
Gun , tolong jangan komentar apa apa lagi , “ujar Daniel
Ywdah
, kalo gtu kamu cerita ke aku , sapa tau kamu bisa lebih plong , emang kamu
lebih tua dan aku jauh lebih muda dari kamu tapi apalah arti umur yang penting
kedewasaan kita menyikapi permasalahan yang dating pada kita , “ucapku
sekenanya
Akhirnya
Daniel menceritakan kalau dulunya Smantha adalah cinta pertamanya . Dia dan
Samantha jadian sejak 1 minggu setelah MOS disekolahnya . Daniel dan Samantha
menjalani kisah cintanya dengan Mulus sampai suatu hari terjadi hal yang tak
diharapkan .
Belum cerita itu
selesai Daniel membanting gelas yang ada di depannya , seketika aku langsung
berdiri . aku pun tanya ke Daniel tapi malah Daniel kayak orang yang hilang
akal akupun berusaha menyadarkannya sampai akhirnya aku pun memukul Daniel .
Tapi pukulan aku
berakibat fatal , Daniel terjatuh di tangga .
Daniel
membuka matanya secara perlahan. Tubuhnya sudah berada di lantai satu dengan
cepat. Dia berusaha berdiri namun punggungnya bereaksi dan menimbulkan rasa
sakit hingga membuat daniel kembali terjatuh. Darah segar mengalir dari pelipis
daniel akibat benturan yang menghantam kepalanya. Daniel memegang pelipisnya
dan meringis. Suara langkah kaki menuruni tangga semakin dekat terdengar. Aku
berjongkok dan memegang kepala daniel. Aku berusaha membopong daniel namun
setiap pungunggnya di gerakkan ke atas daniel merintih sangat keras menahan
sakit dipunggungnya. Aku berlari menuju dapur dan mengambil handuk kecil yang
dia basahi dengan air keran. Aku kembali menuju tempat daniel terjatuh. Aku
taruh handuk itu di pelipis daniel. Daniel merintih kecil.
“kenapa ini?”. nenek
yang memiliki kios tersebut cukup kaget melihat keadaan daniel.
“nenek, daniel
terjatuh dari tangga tadi. pungungnya sepertinya patah dan pelipisnya robek”.
Jawabku dengan panik.
“nenek akan telepon
ambulance”. Nenek tersebut dengan tertatih – tatih mendekati meja yang terisi
oleh beberapa bingkai foto. Di antara itu terdapat sebuah telepon berwarna
hijau muda dengan taplak berwarna putih di bawahnya. Dengan perlahan nenek
tersebut menekan tombol rumah sakit terdekat. Nenek tersebut menutup ganggang
telepon dan segera menghampiri daniel.
Dia
menaruh kepala daniel di pangkuannya dan sesekali menekan handuk kecil yang
terdapat di pelipisnya. Aku berlari keluar dari dapur dan membawa semangkuk
air. Dia ambil handuk yang sudah dipenuhi darah tersebut dan mencelupkannya di
dalam kemudian diperas agar darah tersebut keluar dari handuk tersebut. Aku
kembali menaruh handuk tersebut di pelipis daniel dan berusaha menghentikan
pendarahan.
“maaf yah niel, gua
enggak bermaksud ngelakuin ini”. ucapku dengan sedikit terisak. Air mata secara
perlahan keluar dari kedua bola mataku
“enggak papa kok. Gua
yang salah tadi malah enggak hati – hati jadi jatuh kayak gini deh”. Daniel
tertawa kecil dan menyeka air mataku.
“makanya kalian lain
kali hati – hati””. Ucap nenek tersebut sambil mengelus rambut daniel.
Sekitar
menunggu beberapa puluh menit. Serine mobil ambulance terdengar di depan rumah.
Aku berlari untuk membukakan pintu dan pagar. Aku sedikit bercakap dengan para
perawat dan kemudia perawat tersebut menurunkan tandu dengan kasur putih tipis
di atasnya. Mereka membawa tandu tersebut masuk kedalam rumah. Sekitar empat
perawat meletakkan tandu tersebut lalu menarik kaki tandu beroda yang
berwarna perak tersebut dan didirikan di dekat daniel. Mereka dengan
perlahan bersamaan mengangkat daniel kemudian menaruhnya ke atas tandu
tersebut. Daniel sedikit merintih ketika punggungnya diangkat dan di letakkan
di atas tandu. Perawat tersebut mendorong tandu tersebut keluar rumah dan
mengangkatnya agar masuk ke dalam ambulance. Aku masuk ke dalam ambulance
tersebut dan duduk di kuri panjang yang disediakan di masin – masing sisi mobil
tersebut.
“aku akan pulang
secepat mungkin nek, nenek di rumah saja. Aku jaga daniel. Ucap aku sambil
berteriak kecil ketika secara perlahan pintu mobil tersebut akan ditutup.
“iya. Baik – baik
disana ya”. Nenek tersebut memandangi aku yang terlihat dari balik kaca mobil.
Nenek tersebut menutup pagar rumah ketika secara perlahan mobil tersebut
ditelan kegelapan malam sambil suara sirine nya secara perlahan menghilang dari
telinganya.
seorang
dokter sedang menjahit pelipis daniel. Daniel hanya pasrah. Daniel beberapa
kali meringis menahan rasa sakit. Dokter lain masuk ke dalam ruangan yang serba
putih tersebut. Dokter yang sedang menjahit pelipis daniel tersebut mengakhiri
jahitannya dengan menempelkan kapas dengan selotip dipelipis daniel. Sedangkan
dokter yang lain membuka kaos daniel dan membalikkan tubuh daniel. Mereka
melihat punggung daniel ada beberapa luka memar dan terlihat tulangnya sedikit
bergesar. Seorang dokter menekan punggung daniel dan seketika itu juga daniel
berteriak kesakitan. Dengan merasa cukup memeriksa dokter tersebut membalik
tubuh daniel dengan perlahan dan memakaikan kaos nya kembali. Dokter tersebut
keluar dari ruangan tersebut dan beberapa saat kemudian seorang suster masuk dan
memberikan infus kepada daniel.
“hanya sedikit
robekan namun punggungnya bergeser dan terdapat sedikit retakan, tidak terlalu
berbahaya. Usahakan banyak meminum susu sehingga tulangnya lebih kuat. Kami kan
menggeser tulangnya besok. Kondisinya sekarang terlihat kelelahan”. Seorang
dokter menerangkan kondisi daniel kepada aku.
“terimakasih dok”.
Aku bernafas lega mendengar tidak ada yang terlalu perlu diperhatikan dengan
kondisi daniel.
Aku
masuk ke dalam ruangan daniel. Seorang suster sedang sibuk membereskan bekas
peralatan yang digunakan dokter untuk menjahit pelipis daniel. Beberapa kapas
yang sudah berwarna merah dan jarum juga benang terlihat disebuah mangkuk perat
mengkilat yang dibawa suster tersebut keluar dari ruangan daniel. Aku mendekati
daniel dan mengelus pipinya kemudian kucium keningnya. Daniel tertidur
kelelahan. Terlihat keringat membasahi kaosnya. Aku dengan perlahan keluar dari
ruangan daniel dan menutup pintu dengan pelan agar tidak membuat daniel
terbangun.
Aku langsung menelpon
Nicko dan oM serta tante .aku tak berani bilang kalau akulah penyebab semua ini
terjadi .tapi aku harus bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan . Karena
hal sok tahu aku , Daniel harus mengalamai semua ini , andai ajja aku ga ikut
campur , andai aku tahu semua bakal jadi gini ……semua itu berputar dalam
kepalaku .
Akhirnya
aku memutuskan untuk menceritakan semua meski Daniel melarang aku menceritakan
hal itu karena nanti akan membuat hubungan aku dengan nicko bakal berantakan .
“om dan Tante ga
nyalahin kamu kok Guntur. Tante tahu perangai anak anak tante . Tante tahu
Daniel bakal ngelakuin itu kalau dia kangen Sama seseorang yang dia sayangi
apalagi itu Samantha . Cinta pertama Daniel , Cewek pertama yang dibawa Daniel
menemui tante . Cewek yang bisa buat hari hari Daniel lebih berarti .sejak
kematian Samantha hidup Daniel menjadi kelabu . Untuk itu tante dan om mengirim
Daniel ke London agar dia lupa tentang hal itu. Tapi itu sia-sia . Buktinya dia
masih saja melakukan hal ini., Ujar Tante
Tiba
tiba dari balik pintu kamar tempat Daniel dirawat muncul Nicko yang langsung
menggelandang aku pergi dari tempat itu . aku tahu nicko pasti bakal marah
besar ke aku karena aku telah buat kakak yang sangat dia sayangi terbaring tak
berdaya di rumah sakit .
“jadi orang yang buat
koko aku kayak gini ini kamu Gun, Sahabat aku sendiri . Orang yang udah aku
anggap saudara . Kamu tahu kan Dia itu koko kesayangan aku , Ucap Nicko sambil
menhan air mata dan amarahnya .
“Maaf kan aku nick,
aku………”,dengan terbata bata kau menjawab nicko belum sempat aku menyelesaikan
kata kataku. Tonjokan Nicko mendarat di pipiku . darah pun mengalir dari hidung
dan mulutku pun berdarah.Melihat itu Bella langsung melerai nicko.
“Sudah ….Sudah apa
dengan gini Kak Daniel bakal sembuh bakal buka mata ,,,,,kalian kayak anak
kecil . Harusnya kalian berdoa bukan bersikap kayak anak kecil gini. Mana Nicko
yang Sabar yang aku knal , Mana Guntur yang Dewasa yang aku kenal . kalian ga
ada beda sama Kucing di jalanan , “Ucap Bella .
Pergi kamu dari sini
, aku ga mau lihat mukamu lagio ada di tempat ini , anggap aja kita ga kenal ,
jangan hubungi aku lagi,” usir Nicko.
Dengan hati yang hancur aku pergi
dari rumah sakit , aku telah kehilangan sahabat aku sekaligus CINTA aku .semua
perasaan berkecamuk dalam hati kau , perasaan takut , sedih , marah , menyesal
, kecewa buat aku pusing tak karuan .
Hufft.. Aku menghela
nafas . Terduduk diam aku di tepi pembaringan tubuh setelah semua terjadi..
Dgn sdkit grakan kepala ke atas, menatap layar komputer yg beralaskan padang rumput, ku mainkan tangan kananku dan memilih sebuah lagu dari rmamaan daftar lagu-lagu yang terpilih di hatiku..
Sebuah kisah klasik dari Sheila On 7..
Dgn sdkit grakan kepala ke atas, menatap layar komputer yg beralaskan padang rumput, ku mainkan tangan kananku dan memilih sebuah lagu dari rmamaan daftar lagu-lagu yang terpilih di hatiku..
Sebuah kisah klasik dari Sheila On 7..
“Jabat tanganku..”
Seiring dengan intro
musik akustik dan lirik pembuka yang mellow, kembali kulihat dgn alam pikiran..
Di sebuah ruamah sakit kau putuskan hubungan persahabatan kita .. Ku harap bukan untuk selamanya..
Di sebuah ruamah sakit kau putuskan hubungan persahabatan kita .. Ku harap bukan untuk selamanya..
” Mungkin ini yang
terakhir kali kita berbincang tentang memori di masa itu. . “
Derap
langkahku terasa memberat, seolah setiap keramik yg tertata rapi di lantai
tempat itu bisa kuhitung jumlahnya, karena perjalanan ini..Kau terus berbincang
tentang harapanmu, tujuanmu, cita-citamu, rencanamu, dan semua sisi baik
perjalananmu di sana nanti..Ku hanya mengungkapkan perasaan hatiku, rasa sepi,
rasa tak rela, rasa ketakberdayaan, rasa ingin dimengerti, dan rasa egoisme,
kepadamu saat itu..Namun satu yg aku pahami, Bahwa aku ga akan pernah menyesal
mencintaimu.
” Peluk tubuh dan
juga usap airmataku. . “
Deretan
nada nada menghipnotisku , membawaku kea lam yang kelabu . Akhirnya aku pacu
CBR biruku ke Sebuah lapangan Basket yang tidak jauh dari perumahan aku .tempat
aku dan Nicko biasa menghabiskan waktu dengan bermain basket , bercanda ..aneh
tempat yang dulu sangat aku idolakan , tempat yang biasa aku kunjungi , kini
aku benci tempat ini , aku benci suasana ini , aku benci semilir angin ini yang
dulu hmamar aku , aku benci orang yang tertawa di tempat ini ,,,, akuuuuuuuuu
benciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.
Semuanya bercampur menjadi emosi yang menghasilkan air mata
yg seharusnya tabu untk kami, kaum Adam, air mata yang sudah kupenjara selama
14 tahun dari umur 7 tahun sejak aku ditelantarkan orang tuaku . Secara perlahan, kurasakan 2 lengan,
melilit pundak dan pinggulku bersamaan..Ternyata, kau juga ingin merasakan hal
yang sama..merasakan luapan emosiku untuk beberapa menit ke depan..
“Rasti , ngapain kamu
disini , “Tanyaku pada sosok cewek cantik yang berdiri di depanku.
“Gun, Kamu lagi sedih
kan ?? sama kayak aku …Papa dan mama aku tadi siang resmi bercerai . aku
bingung harus milih ikut siapa mama atau papa. Aku ga mau mereka berdua cerai.
,”ujar Rasti dengan berlinang air mata .
“Udah ras, Janga
menangis ,”hmamarku
Aku
ga bisa lihat orang lain menangis di
depan aku , apalagi sahabat aku . Aku nyesel banget beberapa hari ini terlalu smamak
sampe aku lupa dengan sahabat sahabat aku terutama kamu Ras, Sahabat aku dari
SMP. Aku ga mau kamu sedih lagi ya , aku mau kamu bahagia ,ucapku pada Rasti.
Akhirnya sore itu aku
habiskan dengan rasti , aku dan rasti saling menghibur satu sama lain . sampe
malam pun datang , akhirnya aku pulang terlebih dahulu ngantar Rasti Pulang .
Sesampai dirumah ,
ternyata mama dan papa sudah ada di rumah . Seperti biasanya kalau mereka ada
di satu tempat pasi bakal bertengkar , ga tahu apa yang mereka debatin . Tapi
untungnya mereka ga Cerai . aku ga mau kalau aku alami hal senasib dengan
Rasti.
Ga
tahu kenapa , kepalaku rasanya berat banget . aku lihat langit langit dapur
serasa berputar putar . aku pun terjatuh terkulai lemas di dapur . Bik Asih
(pembantu aku ) yang tahu hal itu bilang ke mama dan papa aku . akhirnya aku di
bawa ke rumah sakit .
Aku
merasakan pening yang amat sangat sakit. Kepalaku serasa tertimpa batu. Aku
membuka mataku secara perlahan. Pandanganku kabur. Langit – langit kamar yang
seperti garis aku lihat. Aku memfokuskan mataku. Aku dapat melihat dengan jelas
sekarang. Langit – langit sebuah kamar. Ruangan ini berwarna putih terang
semua. sebuah meja kecil mungil terdapat di sebelah ranjang ini. sebuah vas
berisi bunga mawar merah menguntai dengan indah didalamnya. Aku menggerakkan
tangan kananku namun terasa sakit. Sebuah infus terpasang di lenganku.Terdapat
Sebuah tirai hijau menjadi sebuah pembatas. Ini sebuah rumah sakit.
Pakaian seragam yang tadi aku kenakan sudah menjadi pakaian rumah sakit yang
serba putih. Aku menggerakkan leher kepalaku untuk menghilangkan nyeri di
leher. Aku melihat ke arah jendela yang sudah dmamaka tirainya yang berwarna
biru polos. Cahaya matahari menembus dan membuat tubuhku sedikit hangat. Langit
yang cerah.
Suara
pintu terbuka dapat aku dengar. Suara tapak kaki yang melangkah mendekatiku
dapat aku dengar juga. Seorang suster datang menghampiriku dengan membawa
nampan berisi obat – obatan dan makanan untukku. Dia tersenyum manis kepadaku. “DEWI”
namanya. Aku mengetahui itu dari kartu nama yang tertancap di dada kanannya.
Aku memandanginya. Seorang suster yang cukup menarik perhatian dengan rambut
hitam sebatas pundak. Mata hitamnya memancarkan kedamaian.
“hai, guntur”. Sapa suster
itu. Sambil melihat sebuah papan yang terpasang diranjangku. Disitu mungkin
terdapat biodata tentang diriku. Dia berjalan menuju meja kecil dan menaruh
nampan yang dia bawa dengan sedikit menggeser vas bunga.
“hai, suster Dewi”.
Sapaku balik.
“apa kabar denganmu
hari ini?”. dia mendekatiku dan menyentuh keningku untuk memastikan diriku
sudah lebih baik atau belum. Dia memegang infusku beberapa saat dan
melepaskannya.
“aku merasa lebih
baik”. Jawabku sambil tersenyum.
“yah, keadaanmu lebih
baik sebelumnya. Panasmu menurun dan wajahmu sudah cerah seperti matahari
sekarang”. Dia mengelus rambutku.
“yah. Aku rasa juga
begitu”. Aku tersenyum kembali kepadanya. Aku merasa ini adalah hari baikku.
Setidaknya walau dirumah sakit tapi ini lebih baik daripada disekolah mengingat
semua masalah yang aku hadapi.
“aduh..”. aku merasa
perutku seperti tercabik – cabik. Aku memegang perutku dan merintih.
“itu hanya efek dari
penyakitmu. Berusahalah untuk melawannya..”. dia memegang perutku kemudian
mengeluarkan jarum suntik dari kantungnya. Jarum panjang tersebut akan
menyentuh lenganku dan menembus kulit.
“penyakit apa yang
aku derita?.”. tanyaku sembari dia menyuntikku. Aku merasa perutku lebih baik
sekarang. Aku menghela nafas menandakan sakit yang aku derita perlahan mulai
menghilang.
“tukak lambung. Bukan
penyakit serius. Asal kamu lebih banyak mensuplai makanan bergizi dan vitamin
juga tidak terlalu mempunyai banyak pikiran kamu akan cepat sembuh”. Suster
tersebut menerangkan tentang penyakitku.
“yah. Aku berusaha akan
cepat sembuh”. Aku mengingat kejadian akhir – akhir ini. peristiwa akhir –
akhir ini membuatku stress dan jarang makan. Mungkin rasa sakit di perut yang
aku derita kemarin sudah menunjukkan gejalanya.
Pintu
ruanganku terbuka. Sesosok pria mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan
celana jeans datang. Dia tersenyum lembut kepadaku sambil membawakan buah.
Papaku. Dia berjalan dengan pelan dan mengelus pipiku. Aku memeluknya. Aku
sedikit merintih karena ketika memeluknya jarum infusku menjadi tertarik. Dia
memegang keningku untuk memastikan demamku sudah turun. Dia mencium keningku.
Dia menaruh buah yang dia bawa di atas meja tepat setelah suster Dewi membawa
nampan yang berisi obat – obatan tadi keluar dari ruangan ini. dia mengambil
bangku yang terletak di pojok kiri dekat jendela dan menaruhnya didekat
ranjangku kemudian dia duduki.
“bagaimana kabarmu ,
nak?”. Dia mengambil sebuah apel merah dan kemudian memotongnya dengan pisau
yang dia bawa bersama tumpukan berbagai macam buah tersebut.
“sudah lebih baik.
Papa yang membawaku kesini?”. Papa memberikan sepotong apel kepadaku untuk aku
makan. Aku tidak dapat menolaknya karena aku juga lapar.
“bik Asih menemukanmu
terkapar dilantai dapur. Papa panik. Saat itu Mama kamu sudah berangkat ke
tempat salonnya , Untung ada nicko yang dengan sigap membantu papa menemanimu
ke rumah sakit bersama temannya , Bella.”. papa membelai rambutku dan kembali
menyuapi sepotong apel kepadaku.
“nicko?. Dia kemarin
ada disini?”. aku berkata sambil menguyah apel. Papa hanya tersenyum dan
mengacak – acak rambutku.
“iya. Dia sangat
khawatir. Papa sangat bersyukur kalian masih bersahabat sampai sekarang.”. papa
meletakkan potongan apel tersebut di atas meja beserta pisaunya dan menatapku
dengan tajam.
“kenapa pa?”. Tanyaku
dengan sedikit gemetar.
“apa yang terjadi?
Jelaskan pada papa!”. Papa berkata begitu tegas. Aku tahu dia begitu khawatir
dengan keadaanku.
“aku hanya kelelahan
karena beberapa tugas yang menumpuk sehingga membuatku pulang telat dan lupa
makan.”. aku berusaha menyakinkannya. Aku berbohong namun ini adalah hal yang
paling baik aku lakukan.
“jangan terlalu
memforsir dirimu. Kamu benar – benar mirip mamamu”. Papa hanya menggeleng –
gelengkan kepalanya karena mendengar alasanku.
“aku mirip dengan
papa. Bukan mama”. Jawabku dengan tegas.
“bagaimanapun dia
mamamu. Jangan membencinya.”. papa berkata lembut kepadaku.
“bahkan aku sakit
sekarang dia tidak menjengukku kan? Kemana dia, dia lebih peduli dengan
pelanggan di salon salonnya dan juga lebih suka bergurau dengan istri pejabat ?
dia melupakan aku?.” Aku senang ayah di sini , dan masih peduli sama aku .Aku
menatap kosong ke arah jendela.
“dia sedang sibuk.
Dia pasti sangat merindukanmu.”. papa beranjak dari kursi dan pergi dari
ruanganku. Aku tidak tahu dia akan menuju kemana. Mungkin kamar mandi atau
bertemu dengan dokter yang merawatku.
Aku
masih tetap menatap kosong jendela yang mempertontonkan langit biru cerah.
Sampai ketika aku tersadar dari lamunanku disebabkan suara menguap dari
seseorang. Aku segera melihatnya. Dia terbangun.. Kami bertatap mata tanpa
sengaja. Aku tidak mengalihkan pandanganku darinya untuk membuktikan bahwa aku
tidak takut kepadanya. Dia tersenyum hangat kepadaku. Aku membuang muka.
“guntur…”. dia
menyebut namaku dengan lembut.
“guntur…”. dia kembali
memanggilku namun tetap aku tidak hiraukan.
“GUNTUR!”. Dia teriak
begitu kencang hingga tanpa sadar aku menoleh kearahnya dengan muka kesal.
Kemudian
dia ke dekat ranjang tempat ku berbaring . ternyata benar dia “Nicko” Sahabatku
yang kemaren memarahi aku yang sudah membuat hatiku beberapa hari ini jadi
kacau.
“Maaf ya gun , aku
sudah nuduh kamu , bahkan nonjok kamu . aku sudah tahu semua dari koko Daniel .
Kalo kamu ga salah . Bahkan koko mau berterima kasih ke kamu gun. Tapi kamu
susah banget ditemukan . akhirnya aku datang ke rumahmu tapi aku nemuin kamu
mau ke rumah, “ ujar nicko dengan muka menyesal.
“ Terus ngapain kamu
di sini , Aku lagi malas ketemu orang dengan keadaan kayak gini . aku ga mau nikosihani
ma orang , Ucapku Ketus.
“aku ga kasihan ma
kamu tapi aku peduli ma kamu ,”Rengek Nicko sambil memegang tanganku.
Lalu dari arah pintu
, ada yang masuk . Dengan kursi roda dan kepala dibalut perban serta seorang
suster mendorongnya . Ya….Orang itu Kak Daniel . rupanya kak Daniel sudah sadar
dan mulai baikan .
“hallo, gun !!!
Gimana udah enakan ya ??? , “sapa kak Daniel.
“udah kok kak ,
“jawabku dengan lembut.
Ga
tahu kenapa , kuk aku lebih nyaman kalo yang jenguk aku Kak Daniel dibanding
dengan nicko , apa aku masih marah ma dia atau emang ada alasan lain ya ….aku
sendiri bingung dengan apa yang aku rasakan sekarang .
Akhirnya
setelah seminggu aku dirawat di rumah sakit , aku diperbolehkan pulang . Aku
senang karena Kak Daniel dan Nicko ikut nganterin aku pulang ke rumah .
0 komentar:
Posting Komentar