PART II

Dirgantara putra 15.52 |



Malam ini aku pergi untuk menghadiri acara penyambutan kakak nicko yang akan dating dari London , sesampainya di rumah niko aku disambut hangat oleh keluarga nicko . Keluarga yang aku impikan sejak dulu , begitu hangat tidak seperti keluargaku yang semua smamak, kakakku smamak dengan perjalanannya menyusuri Indonesia karena hobby nya adalah travelling , papaku yang sekarang lebih banyak ada di Singapore , menjalankan usahanya . Sedang Mama menjalankan Salonnya Di Surabaya .
Di keluarga niko aku dapatkan kehangatan , ya kehangatan . Bukan Hanya karena aku menyukai nicko Tapi karena kehangatan Tante Alice dan Om Gunawan . Membuat aku iri banget sama Nicko , Meskipun mereka sibuk tapi ga lupa dengan tangung jawab mereka sebagai orang tua .ga seperti keluarga ku.
“Gun , Makasih ya kamu sudah dateng . Ayo aku kenalkan ke kakakq ,” Ajak Niko.
“Oke Sob , Apa ce yang ga buat sahabatku ini ,” jawabku sekenanya.
Niko pun membawaku ke kakaknya . Wah Tak jauh beda dengan niko . Kakaknya niko pun Tampan bukan main , mirip pemain Soo Sam Dong di film Dream High . Tinggi , Putih , Tampan .
Hai…..,”Sapa Daniel (kakaknya Nicko).
Kak, Ini temanku Guntur, “sela Nikko.
Sambil mengulurkan tangan aku menyebutkan namaku dan berjabat tangan . Seperti biasa malam itu nicko membuatku tak bisa berpaling darinya . Namun sosok kakaknya sempat menghipnotisku sehingga sejenak aku melupakan CINTA aku ke nicko.
Acara malam itu , berjalan sukses . Nicko , Daniel dan keluarganya pun senang . Apalagi aku diapit dua malaikat yang tampan . seakan aku lupa kalau pantatku masih nyeri akibat pertarungan aku dengan Satria tadi siang .
Keesokan harinya , aku sekolah seperti biasanya . Aku tak melihat sosok Perenggut keperawananku “satria “ tapi ya sudahlah yang penting my prince ku ada di sisiku meski dia tak tahu kalau aku sangat mencintainya . Ya , aku mencintainya ……………
Bel bunyi bubar sekolah pun terdengar , Nicko nanti sore mengajakku keluar sama kakaknya buat nonton . Tapi aku sedikit kecewa karena kali ini nicko mengajak Bella . Nicko dan Bella sudah jadian sejak Nicko Smp. Hubungan aku dan bella juga baik^^ saja . kita sering kok jalan berempat aku dan nicko serta Bella dan Winda .
Sore itu pun aku pergi ke rumah Nicko , ternyata disana hanya ada kak Daniel , karena Nicko sedang jemput Bella . Akhirnya aku pun berangkat dengan Kak Daniel .
Kak , Kakak aja ya yang Bonceng , Aku lagi Capek , “pintaku
Yawdah gun , Mana kuncinya ,”Ucap Kak Daniel.
Akhirnya aku , Nicko & Bella dan Kak Daniel jalan jalan di MaToz . kemudian Ke BNS . aku sebenarnya cemburu berat melihat Nicko dan Bella yang bisa dibilang SOO SWEET banget . mgkin Kak Daniel merasakan itu terjadi padaku . Akhirnya kak Daniel mengajakku ke sebuah toko.
Gun , kamu Suka ma Bella juga tha ?? kok kayaknya jealous gtu ma Mereka berdua , “ Tanya kak Daniel padaku
…..E..Eeenggak kok kak , “Jawabku terbata bata .
Ywdah , pulang yukkk ,,,,,”ajak kak Daniel
Akhirnya aku pulang dengan kak Daniel . sementara Nicko nganterin Bella dulu ke Rumahnya . Dalam hatiku berkata knpa g aku ajja yang jadi Cinta Nicko kenapa bukan aku yang dia anterin bukan aku yang dapetin Bunga mawar merah itu …..tapi ga mungkinlah itu terjadi padaku.
Daniel memacu motor CBR biruku secepat mungkin dengan aku di belakang sambil memeluk pinggangnya. Bulan purnama memancarkan cahayanya dengan sangat terang. Daniel menghentikan motornya di sebuah rumah. Bukan rumah namun terlihat seperti rumah. Bunga mawar merah berjejer dengan sangat rapi di sekitar teras rumah tersebut. Sebuah papan yang dibentuk seperti tumpukan kayu berwarna putih menguntai indah di atas pintu tersebut. bertuliskan ‘ROSE’. Sebuah toko bunga mawar. Daniel dan aku turun dari motor kemudian perlahan memasuki halaman rumah tersebut. Daniel mengetuk pintu rumah tersebut secara beberapa kali. Seorang nenek tua yang mengenakan daster berwarna putih dengan renda di lehernya keluar dengan tertatih – tatih.
“ahh.. daniel?”. Nenek tersebut memegang lengan Daniel kemudian mengenggam erat telapak tangannya.
“nenek”. Daniel tersenyum kepada nenek tersebut dan dengan sedikit berjongkok dia memeluknya.
“anak ini sudah besar sekarang. Ayo masuk kalian berdua”. Nenek itu menarik lengan daniel. Daniel mengikuti langkah nenek tersebut sambil di ikuti dari belakang olehku.
Rumah yang merangkap sebagai Toko bunga mawar ini terlihat menarik. Puluhan bunga mawar mengguntai indah di dinding bagian atas rumah ini. warna lantainya pun berwarna merah mawar, tumpukan bunga mawar terlihat di sisi – sisi sudut ruang tengah. Daniel memasuki ruang makan yang terdapat sebuah meja kayu kuno namun terlihat kokoh. Nenek tersebut melepaskan tarikan tangannya dan kemudian masuk ke dapur. Danie melihat sebuah meja kayu yang kuno dengan taplak bergambar bunga mawar dengan di pojok kanan terdapat vas bunga yang didalamnya terdapat bunga mawar.  Jejeran bingkai foto menghiasi meja kayu tersebut. Daniel menatapi satu persatu foto tersebut. Di ambilnya sebuah bingkai foto yang berwarna perak dan disudutnya terbentuk ornament melingkar. Daniel menatap erat foto tersebut dan kemudian menempelkan di dadanya.
“aku merindukanmu..”. ucapnya lirih.
“hei..”. aku menepuk pundak Daniel. Daniel kemudian menaruh bingkai foto tersebut kembali di posisi semula. aku mengajaknya untuk duduk di meja makan.
“makanan sudah siap”. Ucap nenek tersebut yang keluar dari dapur dengan membawa panci besar. Daniel mendekati nenek tersebut dan kemudian menggantikannya membawa panci tersebut. aku masuk ke dapur dan kemudian keluar sambil membawa beberapa perlatan makanan.
Meja kayu  yang berbentuk oval dan hanya terdapat empat kursi kayu tersebut sudah terisi oleh mereka bertiga. Satu kursi kosong terletak di sebelah daniel. Daniel menatap kursi tersebut dengan pandangan kosong. Bunyi piring yang diletakkan oleh nenek itu membuyarkan lamunan Daniel. Disini sosok Daniel terlihat berbeda. Lembut dan hangat. Mereka bertiga membicarakan beberapa hal dan terkadang tertawa bersamaan.
Setelah makan , Daniel menceritakan semua tentang masa lalunya di rumah itu dengan nenek dan juga Samantha (kekasih Daniel yang sudah meniggal akibat kecelakaan ketika pesta perpisahan sekolah). Itulah yang membuat Daniel lebih memilih kuliah di London . Aku yang ikut terdampar di rumah itu pun juga ikut larut dalam kesedihan tak terasa air mata pun membasahi pipiku .
Daniel pun ngajak aku buat nginap di rumah itu karena nenek melarang kami buat pulang karena sudah larut malam . akhirnya Daniel pun ijin ke mamanya .aku yang memang orang tuaku belum pulang akhirnya ikut nginap juga di rumah itu.
Daniel melepaskan baju putihnya kemudian memakai baju kaos polos berwarna biru dongker. Daniel membuka tas yang dia letakkan di atas kasur sederhana yang terbalut dengan selimut berwarna merah. Ranjangnya terlihat tua namun kokoh. Urat – urat kayu tersebutlah yang menampakkan ranjang tersebut sudah cukup lama berada di rumah ini. daniel melihat ke tasnya yang disebelahnya terdapat jaket hitam milikknya. Dia membuka resleting tas tersebut. daniel mencari sesuatu di dalam tasnya dan kemudian mengeluarkan sebuah foto dan  Handphone Samantha.
“handphone siapa itu?”. Aku membuka pintu. aku mengenakan kaos tanpa lengan putih dengan celana jeans pendek di atas lutut. “bukan punya siapa – siapa”. Daniel kembali memasukkan handphone samantha kedalam tasnya kembali.
“itu handphone siapa?”. aku mendekati daniel dan berusaha mengambil tas daniel.
“bukan urusan lo”. Daniel mendorong ku hingga mundur beberapa langkah.
Aku mendekati daniel lalu memegang pundaknya . aku tahu kamu sedih sekarang tapi apa gunanya kamu sembunyikan semua itu . Itu masa lalu , walau menyakitkan tapi itu harus kamu buat pacuan dalam hidup kamu , TUHAN pasti punya rencana indah .
“kamu g tau apa-apa Gun , tolong jangan komentar apa apa lagi , “ujar Daniel
Ywdah , kalo gtu kamu cerita ke aku , sapa tau kamu bisa lebih plong , emang kamu lebih tua dan aku jauh lebih muda dari kamu tapi apalah arti umur yang penting kedewasaan kita menyikapi permasalahan yang dating pada kita , “ucapku sekenanya
Akhirnya Daniel menceritakan kalau dulunya Smantha adalah cinta pertamanya . Dia dan Samantha jadian sejak 1 minggu setelah MOS disekolahnya . Daniel dan Samantha menjalani kisah cintanya dengan Mulus sampai suatu hari terjadi hal yang tak diharapkan .
Belum cerita itu selesai Daniel membanting gelas yang ada di depannya , seketika aku langsung berdiri . aku pun tanya ke Daniel tapi malah Daniel kayak orang yang hilang akal akupun berusaha menyadarkannya sampai akhirnya aku pun memukul Daniel .
Tapi pukulan aku berakibat fatal , Daniel terjatuh di tangga .
Daniel membuka matanya secara perlahan. Tubuhnya sudah berada di lantai satu dengan cepat. Dia berusaha berdiri namun punggungnya bereaksi dan menimbulkan rasa sakit hingga membuat daniel kembali terjatuh. Darah segar mengalir dari pelipis daniel akibat benturan yang menghantam kepalanya. Daniel memegang pelipisnya dan meringis. Suara langkah kaki menuruni tangga semakin dekat terdengar. Aku berjongkok dan memegang kepala daniel. Aku berusaha membopong daniel namun setiap pungunggnya di gerakkan ke atas daniel merintih sangat keras menahan sakit dipunggungnya. Aku berlari menuju dapur dan mengambil handuk kecil yang dia basahi dengan air keran. Aku kembali menuju tempat daniel terjatuh. Aku taruh handuk itu di pelipis daniel. Daniel merintih kecil.
“kenapa ini?”. nenek yang memiliki kios tersebut cukup kaget melihat keadaan daniel.
“nenek, daniel terjatuh dari tangga tadi. pungungnya sepertinya patah dan pelipisnya robek”. Jawabku dengan panik.
“nenek akan telepon ambulance”. Nenek tersebut dengan tertatih – tatih mendekati meja yang terisi oleh beberapa bingkai foto. Di antara itu terdapat sebuah telepon berwarna hijau muda dengan taplak berwarna putih di bawahnya. Dengan perlahan nenek tersebut menekan tombol rumah sakit terdekat. Nenek tersebut menutup ganggang telepon dan segera menghampiri daniel.
Dia menaruh kepala daniel di pangkuannya dan sesekali menekan handuk kecil yang terdapat di pelipisnya. Aku berlari keluar dari dapur dan membawa semangkuk air. Dia ambil handuk yang sudah dipenuhi darah tersebut dan mencelupkannya di dalam kemudian diperas agar darah tersebut keluar dari handuk tersebut. Aku kembali menaruh handuk tersebut di pelipis daniel dan berusaha menghentikan pendarahan.
“maaf yah niel, gua enggak bermaksud ngelakuin ini”. ucapku dengan sedikit terisak. Air mata secara perlahan keluar dari kedua bola mataku
“enggak papa kok. Gua yang salah tadi malah enggak hati – hati jadi jatuh kayak gini deh”. Daniel tertawa kecil dan menyeka air mataku.
“makanya kalian lain kali hati – hati””. Ucap nenek tersebut sambil mengelus rambut daniel.
Sekitar menunggu beberapa puluh menit. Serine mobil ambulance terdengar di depan rumah. Aku berlari untuk membukakan pintu dan pagar. Aku sedikit bercakap dengan para perawat dan kemudia perawat tersebut menurunkan tandu dengan kasur putih tipis di atasnya. Mereka membawa tandu tersebut masuk kedalam rumah. Sekitar empat perawat meletakkan tandu tersebut lalu menarik kaki tandu  beroda yang berwarna perak tersebut dan didirikan di dekat daniel.  Mereka dengan perlahan bersamaan mengangkat daniel kemudian menaruhnya ke atas tandu tersebut. Daniel sedikit merintih ketika punggungnya diangkat dan di letakkan di atas tandu. Perawat tersebut mendorong tandu tersebut keluar rumah dan mengangkatnya agar masuk ke dalam ambulance. Aku masuk ke dalam ambulance tersebut dan duduk di kuri panjang yang disediakan di masin – masing sisi mobil tersebut.
“aku akan pulang secepat mungkin nek, nenek di rumah saja. Aku jaga daniel. Ucap aku sambil berteriak kecil ketika secara perlahan pintu mobil tersebut akan ditutup.
“iya. Baik – baik disana ya”. Nenek tersebut memandangi aku yang terlihat dari balik kaca mobil. Nenek tersebut menutup pagar rumah ketika secara perlahan mobil tersebut ditelan kegelapan malam sambil suara sirine nya secara perlahan menghilang dari telinganya.
seorang dokter sedang menjahit pelipis daniel. Daniel hanya pasrah. Daniel beberapa kali meringis menahan rasa sakit. Dokter lain masuk ke dalam ruangan yang serba putih tersebut. Dokter yang sedang menjahit pelipis daniel tersebut mengakhiri jahitannya dengan menempelkan kapas dengan selotip dipelipis daniel. Sedangkan dokter yang lain membuka kaos daniel dan membalikkan tubuh daniel. Mereka melihat punggung daniel ada beberapa luka memar dan terlihat tulangnya sedikit bergesar. Seorang dokter menekan punggung daniel dan seketika itu juga daniel berteriak kesakitan. Dengan merasa cukup memeriksa dokter tersebut membalik tubuh daniel dengan perlahan dan memakaikan kaos nya kembali. Dokter tersebut keluar dari ruangan tersebut dan beberapa saat kemudian seorang suster masuk dan memberikan infus kepada daniel.
“hanya sedikit robekan namun punggungnya bergeser dan terdapat sedikit retakan, tidak terlalu berbahaya. Usahakan banyak meminum susu sehingga tulangnya lebih kuat. Kami kan menggeser tulangnya besok. Kondisinya sekarang terlihat kelelahan”. Seorang dokter menerangkan kondisi daniel kepada aku.
“terimakasih dok”. Aku bernafas lega mendengar tidak ada yang terlalu perlu diperhatikan dengan kondisi daniel.
Aku masuk ke dalam ruangan daniel. Seorang suster sedang sibuk membereskan bekas peralatan yang digunakan dokter untuk menjahit pelipis daniel. Beberapa kapas yang sudah berwarna merah dan jarum juga benang terlihat disebuah mangkuk perat mengkilat yang dibawa suster tersebut keluar dari ruangan daniel. Aku mendekati daniel dan mengelus pipinya kemudian kucium keningnya. Daniel tertidur kelelahan. Terlihat keringat membasahi kaosnya. Aku dengan perlahan keluar dari ruangan daniel dan menutup pintu dengan pelan agar tidak membuat daniel terbangun.
Aku langsung menelpon Nicko dan oM serta tante .aku tak berani bilang kalau akulah penyebab semua ini terjadi .tapi aku harus bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan . Karena hal sok tahu aku , Daniel harus mengalamai semua ini , andai ajja aku ga ikut campur , andai aku tahu semua bakal jadi gini ……semua itu berputar dalam kepalaku .
Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan semua meski Daniel melarang aku menceritakan hal itu karena nanti akan membuat hubungan aku dengan nicko bakal berantakan .
“om dan Tante ga nyalahin kamu kok Guntur. Tante tahu perangai anak anak tante . Tante tahu Daniel bakal ngelakuin itu kalau dia kangen Sama seseorang yang dia sayangi apalagi itu Samantha . Cinta pertama Daniel , Cewek pertama yang dibawa Daniel menemui tante . Cewek yang bisa buat hari hari Daniel lebih berarti .sejak kematian Samantha hidup Daniel menjadi kelabu . Untuk itu tante dan om mengirim Daniel ke London agar dia lupa tentang hal itu. Tapi itu sia-sia . Buktinya dia masih saja melakukan hal ini., Ujar Tante
Tiba tiba dari balik pintu kamar tempat Daniel dirawat muncul Nicko yang langsung menggelandang aku pergi dari tempat itu . aku tahu nicko pasti bakal marah besar ke aku karena aku telah buat kakak yang sangat dia sayangi terbaring tak berdaya di rumah sakit .
“jadi orang yang buat koko aku kayak gini ini kamu Gun, Sahabat aku sendiri . Orang yang udah aku anggap saudara . Kamu tahu kan Dia itu koko kesayangan aku , Ucap Nicko sambil menhan air mata dan amarahnya .
“Maaf kan aku nick, aku………”,dengan terbata bata kau menjawab nicko belum sempat aku menyelesaikan kata kataku. Tonjokan Nicko mendarat di pipiku . darah pun mengalir dari hidung dan mulutku pun berdarah.Melihat itu Bella langsung melerai nicko.
“Sudah ….Sudah apa dengan gini Kak Daniel bakal sembuh bakal buka mata ,,,,,kalian kayak anak kecil . Harusnya kalian berdoa bukan bersikap kayak anak kecil gini. Mana Nicko yang Sabar yang aku knal , Mana Guntur yang Dewasa yang aku kenal . kalian ga ada beda sama Kucing di jalanan , “Ucap Bella .
Pergi kamu dari sini , aku ga mau lihat mukamu lagio ada di tempat ini , anggap aja kita ga kenal , jangan hubungi aku lagi,” usir Nicko.
            Dengan hati yang hancur aku pergi dari rumah sakit , aku telah kehilangan sahabat aku sekaligus CINTA aku .semua perasaan berkecamuk dalam hati kau , perasaan takut , sedih , marah , menyesal , kecewa buat aku pusing tak karuan .
Hufft.. Aku menghela nafas . Terduduk diam aku di tepi pembaringan tubuh setelah semua terjadi..
Dgn sdkit grakan kepala ke atas, menatap layar komputer yg beralaskan padang rumput, ku mainkan tangan kananku dan memilih sebuah lagu dari rmamaan daftar lagu-lagu yang terpilih di hatiku..
Sebuah kisah klasik dari Sheila On 7..
“Jabat tanganku..”
Seiring dengan intro musik akustik dan lirik pembuka yang mellow, kembali kulihat dgn alam pikiran..
Di sebuah ruamah sakit kau putuskan hubungan persahabatan kita .. Ku harap bukan untuk selamanya..
” Mungkin ini yang terakhir kali kita berbincang tentang memori di masa itu. . “
Derap langkahku terasa memberat, seolah setiap keramik yg tertata rapi di lantai tempat itu bisa kuhitung jumlahnya, karena perjalanan ini..Kau terus berbincang tentang harapanmu, tujuanmu, cita-citamu, rencanamu, dan  semua sisi baik perjalananmu di sana nanti..Ku hanya mengungkapkan perasaan hatiku, rasa sepi, rasa tak rela, rasa ketakberdayaan, rasa ingin dimengerti, dan rasa egoisme, kepadamu saat itu..Namun satu yg aku pahami, Bahwa aku ga akan pernah menyesal mencintaimu.
” Peluk tubuh dan juga usap airmataku. . “
Deretan nada nada menghipnotisku , membawaku kea lam yang kelabu . Akhirnya aku pacu CBR biruku ke Sebuah lapangan Basket yang tidak jauh dari perumahan aku .tempat aku dan Nicko biasa menghabiskan waktu dengan bermain basket , bercanda ..aneh tempat yang dulu sangat aku idolakan , tempat yang biasa aku kunjungi , kini aku benci tempat ini , aku benci suasana ini , aku benci semilir angin ini yang dulu hmamar aku , aku benci orang yang tertawa di tempat ini ,,,, akuuuuuuuuu benciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.
Semuanya bercampur menjadi emosi yang menghasilkan air mata yg seharusnya tabu untk kami, kaum Adam, air mata yang sudah kupenjara selama 14 tahun dari umur 7 tahun sejak aku ditelantarkan orang tuaku  . Secara perlahan, kurasakan 2 lengan, melilit pundak dan pinggulku bersamaan..Ternyata, kau juga ingin merasakan hal yang sama..merasakan luapan emosiku untuk beberapa menit ke depan..
“Rasti , ngapain kamu disini , “Tanyaku pada sosok cewek cantik yang berdiri di depanku.
“Gun, Kamu lagi sedih kan ?? sama kayak aku …Papa dan mama aku tadi siang resmi bercerai . aku bingung harus milih ikut siapa mama atau papa. Aku ga mau mereka berdua cerai. ,”ujar Rasti dengan berlinang air mata .
“Udah ras, Janga menangis ,”hmamarku
Aku ga  bisa lihat orang lain menangis di depan aku , apalagi sahabat aku . Aku nyesel banget beberapa hari ini terlalu smamak sampe aku lupa dengan sahabat sahabat aku terutama kamu Ras, Sahabat aku dari SMP. Aku ga mau kamu sedih lagi ya , aku mau kamu bahagia ,ucapku pada Rasti.
Akhirnya sore itu aku habiskan dengan rasti , aku dan rasti saling menghibur satu sama lain . sampe malam pun datang , akhirnya aku pulang terlebih dahulu ngantar Rasti Pulang .
Sesampai dirumah , ternyata mama dan papa sudah ada di rumah . Seperti biasanya kalau mereka ada di satu tempat pasi bakal bertengkar , ga tahu apa yang mereka debatin . Tapi untungnya mereka ga Cerai . aku ga mau kalau aku alami hal senasib dengan Rasti.
Ga tahu kenapa , kepalaku rasanya berat banget . aku lihat langit langit dapur serasa berputar putar . aku pun terjatuh terkulai lemas di dapur . Bik Asih (pembantu aku ) yang tahu hal itu bilang ke mama dan papa aku . akhirnya aku di bawa ke rumah sakit .
Aku merasakan pening yang amat sangat sakit. Kepalaku serasa tertimpa batu. Aku membuka mataku secara perlahan. Pandanganku kabur. Langit – langit kamar yang seperti garis aku lihat. Aku memfokuskan mataku. Aku dapat melihat dengan jelas sekarang. Langit – langit sebuah kamar. Ruangan ini berwarna putih terang semua. sebuah meja kecil mungil terdapat di sebelah ranjang ini. sebuah vas berisi bunga mawar merah menguntai dengan indah didalamnya. Aku menggerakkan tangan kananku namun terasa sakit. Sebuah infus terpasang di lenganku.Terdapat Sebuah tirai hijau menjadi sebuah pembatas. Ini sebuah rumah sakit.  Pakaian seragam yang tadi aku kenakan sudah menjadi pakaian rumah sakit yang serba putih. Aku menggerakkan leher kepalaku untuk menghilangkan nyeri di leher. Aku melihat ke arah jendela yang sudah dmamaka tirainya yang berwarna biru polos. Cahaya matahari menembus dan membuat tubuhku sedikit hangat. Langit yang cerah.
Suara pintu terbuka dapat aku dengar. Suara tapak kaki yang melangkah mendekatiku dapat aku dengar juga. Seorang suster datang menghampiriku dengan membawa nampan berisi obat – obatan dan makanan untukku. Dia tersenyum manis kepadaku. “DEWI” namanya. Aku mengetahui itu dari kartu nama yang tertancap di dada kanannya. Aku memandanginya. Seorang suster yang cukup menarik perhatian dengan rambut hitam sebatas pundak. Mata hitamnya memancarkan kedamaian.
“hai, guntur”. Sapa suster itu. Sambil melihat sebuah papan yang terpasang diranjangku. Disitu mungkin terdapat biodata tentang diriku. Dia berjalan menuju meja kecil dan menaruh nampan yang dia bawa dengan sedikit menggeser vas bunga.
“hai, suster Dewi”. Sapaku balik.
“apa kabar denganmu hari ini?”. dia mendekatiku dan menyentuh keningku untuk memastikan diriku sudah lebih baik atau belum. Dia memegang infusku beberapa saat dan melepaskannya.
“aku merasa lebih baik”. Jawabku sambil tersenyum.
“yah, keadaanmu lebih baik sebelumnya. Panasmu menurun dan wajahmu sudah cerah seperti matahari sekarang”. Dia mengelus rambutku.
“yah. Aku rasa juga begitu”. Aku tersenyum kembali kepadanya. Aku merasa ini adalah hari baikku. Setidaknya walau dirumah sakit tapi ini lebih baik daripada disekolah mengingat semua masalah yang aku hadapi.
“aduh..”. aku merasa perutku seperti tercabik – cabik. Aku memegang perutku dan merintih.
“itu hanya efek dari penyakitmu. Berusahalah untuk melawannya..”. dia memegang perutku kemudian mengeluarkan jarum suntik dari kantungnya. Jarum panjang tersebut akan menyentuh lenganku dan menembus kulit.
“penyakit apa yang aku derita?.”. tanyaku sembari dia menyuntikku. Aku merasa perutku lebih baik sekarang. Aku menghela nafas menandakan sakit yang aku derita perlahan mulai menghilang.
“tukak lambung. Bukan penyakit serius. Asal kamu lebih banyak mensuplai makanan bergizi dan vitamin juga tidak terlalu mempunyai banyak pikiran kamu akan cepat sembuh”. Suster tersebut menerangkan tentang penyakitku.
“yah. Aku berusaha akan cepat sembuh”. Aku mengingat kejadian akhir – akhir ini. peristiwa akhir – akhir ini membuatku stress dan jarang makan. Mungkin rasa sakit di perut yang aku derita kemarin sudah menunjukkan gejalanya.
Pintu ruanganku terbuka. Sesosok pria mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan celana jeans datang. Dia tersenyum lembut kepadaku sambil membawakan buah. Papaku. Dia berjalan dengan pelan dan mengelus pipiku. Aku memeluknya. Aku sedikit merintih karena ketika memeluknya jarum infusku menjadi tertarik. Dia memegang keningku untuk memastikan demamku sudah turun. Dia mencium keningku. Dia menaruh buah yang dia bawa di atas meja tepat setelah suster Dewi membawa nampan yang berisi obat – obatan tadi keluar dari ruangan ini. dia mengambil bangku yang terletak di pojok kiri dekat jendela dan menaruhnya didekat ranjangku kemudian dia duduki.
“bagaimana kabarmu , nak?”. Dia mengambil sebuah apel merah dan kemudian memotongnya dengan pisau yang dia bawa bersama tumpukan berbagai macam buah tersebut.
“sudah lebih baik. Papa yang membawaku kesini?”. Papa memberikan sepotong apel kepadaku untuk aku makan. Aku tidak dapat menolaknya karena aku juga lapar.
“bik Asih menemukanmu terkapar dilantai dapur. Papa panik. Saat itu Mama kamu sudah berangkat ke tempat salonnya , Untung ada nicko yang dengan sigap membantu papa menemanimu ke rumah sakit bersama temannya , Bella.”. papa membelai rambutku dan kembali menyuapi sepotong apel kepadaku.
“nicko?. Dia kemarin ada disini?”. aku berkata sambil menguyah apel. Papa hanya tersenyum dan mengacak – acak rambutku.
“iya. Dia sangat khawatir. Papa sangat bersyukur kalian masih bersahabat sampai sekarang.”. papa meletakkan potongan apel tersebut di atas meja beserta pisaunya dan menatapku dengan tajam.
“kenapa pa?”. Tanyaku dengan sedikit gemetar.
“apa yang terjadi? Jelaskan pada papa!”. Papa berkata begitu tegas. Aku tahu dia begitu khawatir dengan keadaanku.
“aku hanya kelelahan karena beberapa tugas yang menumpuk sehingga membuatku pulang telat dan lupa makan.”. aku berusaha menyakinkannya. Aku berbohong namun ini adalah hal yang paling baik aku lakukan.
“jangan terlalu memforsir dirimu. Kamu benar – benar mirip mamamu”. Papa hanya menggeleng – gelengkan kepalanya karena mendengar alasanku.
“aku mirip dengan papa. Bukan mama”. Jawabku dengan tegas.
“bagaimanapun dia mamamu. Jangan membencinya.”. papa berkata lembut kepadaku.
“bahkan aku sakit sekarang dia tidak menjengukku kan? Kemana dia, dia lebih peduli dengan pelanggan di salon salonnya dan juga lebih suka bergurau dengan istri pejabat ? dia melupakan aku?.” Aku senang ayah di sini , dan masih peduli sama aku .Aku menatap kosong ke arah jendela.
“dia sedang sibuk. Dia pasti sangat merindukanmu.”. papa beranjak dari kursi dan pergi dari ruanganku. Aku tidak tahu dia akan menuju kemana. Mungkin kamar mandi atau bertemu dengan dokter yang merawatku.
Aku masih tetap menatap kosong jendela yang mempertontonkan langit biru cerah. Sampai ketika aku tersadar dari lamunanku disebabkan suara menguap dari seseorang. Aku segera melihatnya. Dia terbangun.. Kami bertatap mata tanpa sengaja. Aku tidak mengalihkan pandanganku darinya untuk membuktikan bahwa aku tidak takut kepadanya. Dia tersenyum hangat kepadaku. Aku membuang muka.
“guntur…”. dia menyebut namaku dengan lembut.
“guntur…”. dia kembali memanggilku namun tetap aku tidak hiraukan.
“GUNTUR!”. Dia teriak begitu kencang hingga tanpa sadar aku menoleh kearahnya dengan muka kesal.
Kemudian dia ke dekat ranjang tempat ku berbaring . ternyata benar dia “Nicko” Sahabatku yang kemaren memarahi aku yang sudah membuat hatiku beberapa hari ini jadi kacau.
“Maaf ya gun , aku sudah nuduh kamu , bahkan nonjok kamu . aku sudah tahu semua dari koko Daniel . Kalo kamu ga salah . Bahkan koko mau berterima kasih ke kamu gun. Tapi kamu susah banget ditemukan . akhirnya aku datang ke rumahmu tapi aku nemuin kamu mau ke rumah, “ ujar nicko dengan muka menyesal.
“ Terus ngapain kamu di sini , Aku lagi malas ketemu orang dengan keadaan kayak gini . aku ga mau nikosihani ma orang , Ucapku Ketus.
“aku ga kasihan ma kamu tapi aku peduli ma kamu ,”Rengek Nicko sambil memegang tanganku.
Lalu dari arah pintu , ada yang masuk . Dengan kursi roda dan kepala dibalut perban serta seorang suster mendorongnya . Ya….Orang itu Kak Daniel . rupanya kak Daniel sudah sadar dan mulai baikan .
“hallo, gun !!! Gimana udah enakan ya ??? , “sapa kak Daniel.
“udah kok kak , “jawabku dengan lembut.
Ga tahu kenapa , kuk aku lebih nyaman kalo yang jenguk aku Kak Daniel dibanding dengan nicko , apa aku masih marah ma dia atau emang ada alasan lain ya ….aku sendiri bingung dengan apa yang aku rasakan sekarang .
Akhirnya setelah seminggu aku dirawat di rumah sakit , aku diperbolehkan pulang . Aku senang karena Kak Daniel dan Nicko ikut nganterin aku pulang ke rumah .

0 komentar:

Posting Komentar