Aku
berangkat menuju tempat futsal bersama Arif, kulihat disana sudah ada
teman-teman sekelasku dan tentu ada Kevin. Teman-teman sekelas pun sudah ada,
namun kulihat Nicko belum datang. Tak lama kemudian Nicko pun datang dan
bergabung bersama kami. Kulirik lagi Kevin, sepertinya ia masih menunjukkan
tatapan tidak sukanya terhadap Nicko.
Permainan
pun dimulai. Aku hanya menonton saja, dan sesekali menyemanArief Nicko. mereka
tidak begitu memikirkannya, namun Arif dan Kevin terlihat memperhatikan aku
dengan tatapan aneh, lagi, lagi dan lagi. Tak terasa permainan pun telah
selesai, scorenya imbang. Aku sambut Arif dan Nicko dengan senyuman hangatku
dan aku memberikan mereka masing-masing satu botol minuman isotonic.
Aku
perhatikan Nicko, ia terlihat semakin keren karena keringat yang membasahi
tubuhnya. Akupun heran dengan diriku, mengapa aku malah terus-terusan
memperhatikan Nicko. Lalu aku beranjak memperhatikan Arif, kulihat ia juga sama
seperti Nicko, namun entah kenapa aku merasa biasa-biasa saja terhadapnya.
Aku
beralih hendak memperhatikan Kevin, dan ternyata ia sedang menatap kearahku
saat aku manatap kearahnya, pandangan kami beradu, dan jantungku berdebar keras
sekali. Tiba-tiba tepukan dibahuku membuatku kaget setengah mampus, sehingga
secara refleks aku loncat. Kulihat Nicko dan Arif tertawa-tawa melihat
ekspresiku yang seperti kepiting rebus.
“Kurang ajar, kalo
aku jantungan gimana? Hah?” sungutku kesal
“Hahahaha” tawa
mereka berdua
“Itu sama sekali
tidak lucu” semprotku kesal
Aku
pun kesal, segera kuambil kunci motorku yang aku simpan diatas meja tempatku
duduk. Aku berlalu meninggalkan mereka yang masih tertawa menuju parkiran
dengan perasaan yang campur aduk, malu, kesal dan senang. Mereka pun
mengejarku.
Dan
entah tangan siapa yang memegang pergelangan tanganku. Aku banting tanganku,
untuk melepaskan pegangannya. Dan betapa kagetnya aku, dengan siapa yang
barusan memegang pergelangan tanganku, ya dia Kevin. Karena, aku sedang kesal
aku berlalu saja meninggalkannya.
Aku lihat sekilas,
Nicko dan Arif seperti setengah melongo melihatku. Mereka pun mengikutiku
sampai parkiran.
“Gun maafin kita
dong, kita kan bercanda tadi” ujar Nicko sambil menahan tawa
“Iya, aku ngga marah
lagi kok, aku kesal aja tadi, kaget beneran sumpah deh”
“Hehehe, kita janji
deh ngga bakal ngagetin lagi” janji Arif
“Kalo aku ngga janji”
ledek Nicko
Karena kesal dengan
tingkah laku Nicko yang dari tadi mengajakku bercanda terus, aku jitak saja ia.
“Aduh, sakit
tau” ia meringis sambil memegangi bagian kepala yang aku jitak
“Hahaha rasain, emang
enak” ledekku
“Udah yuk, kita
pulang aja” ajak Arif
Kami
pun menaiki motor kami masing-masing, Nicko membawa motornya sendiri dan Arif
bersamaku. Kulihat Kevin masih ditempat tadi saat aku meninggalkannya. Ia
terlihat cemberut, aku kasihan juga padanya. Jujur tadi aku senang saat ia
memegang pergelangan tanganku, aku jadi berharap lagi untuk bisa berteman dekat
dengannya.
*****
Hari
ini adalah hari pertandinganku, namun aku tetap harus mengikuti upacara disekolah
dulu, baru aku berangkat menuju kolam renang tempat pertandinganku. Setelah
upacara selesai, guru olahraga menyebutkan satu persatu nama-nama siswa yang
mengikuti pekan olahraga kota dari semua cabang.
Dan saat cabang
renang disebutkan, kukira hanya aku yang ikut, ternyata Kevin juga ikut, aku
jadi heran, dia ikut klub renang dimana, kok bisa ikut juga.
Setelah
semua nama-nama siswa yang mengikuti pekan olahraga kota disebutkan, kami semua
disuruh langsung menuju ketempat pertandingan masing-masing, ada yang bawa
mobil dan motor masing-masing, dan bagi siswa yang tidak membawa kendaraan,
mereka naik mobil sekolah.
“Sukses ya Gun” ujar
Nicko memberi semangat seraya menepuk bahuku
“Iya, do’akan saja
ya” sahutku
“Ngomong-ngomong itu Kevin
ikut juga ya?” timpal Arif
“Iya, aku juga baru
tau, soalnya aku belum pernah liat dia di event-event lain” jawabku sekenanya
“Oh ya udah gih
berangkat sana, sukses ya” ujar Arif
“Iya. Amiin” jawabku
singkat
*****
Aku
mengikuti nomor renang gaya dada 200m, gaya bebas 100m, dan gaya kupu-kupu 50m.
Pada gaya dada 200m aku bertemu dengan Kevin. Dan hasilnya aku kalah, aku
mendapat juara 2, dan ia juara 1 nya. Pada gaya bebas 100m aku mendapat
juara 1, aku pun senang, namun pada gaya kupu-kupu 50m, aku kalah dan tidak
mendapatkan apa-apa. Aku memang kurang mahir gaya kupu-kupu.
Sedangkan
kulihat Kevin, sepertinya ia mengikuti semua nomor renang yang 200m dan
hasilnya menakjubkan, ia memenangkan semua nomor yang ia ikuti, aku jadi kagum
padanya. Namun aku juga sedikit kesal padanya, karena dari tadi aku dan dia
sama sekali tidak tegur sapa, seperti orang tidak kenal saja, padahal kita satu
kelas, setidaknya menegur lah, ini sama sekali tidak, senyum saja tidak.
Setelah penyerahan
medali dan hadiah, aku pun langsung bergegas pulang kerumah, tanpa menghiraukan
Kevin.
“Bodo amat, dia aja
kayak ngga kenal sama aku, ngapain juga aku perduli” gerutuku dalam hati
Begitu sampai
dirumah, aku pun langsung tidur sepuas-puasnya, sampai ada yang membangunkanku.
Ternyata dia adalah Nicko, kulihat ia masih memakai seragam sekolah, lalu
kulirik jam didinding kamarku, ternyata sudah jam 14.15, berarti ia langsung
kesini dari sekolah, karena sekolah pulang pukul 14.00.
“Hei atlit, gimana
nih?” katanya seraya duduk dimeja belajarku dan menatapku
Aku bangun dari
tempat tidur dan duduk ditepi ranjang.
“Cuma dapet 2 medali”
ujarku malas
“Lumayanlah, haha”
“Iya sih, tapi Kevin
hebat loh, dia dapet juara 1 dari semua nomor yang dia ikuti” ujarku antusias
“Oh” rensponnya
singkat dan datar
Aku
merasa Nicko kurang suka membahas tentang Kevin. Sebenarnya aku juga malas
membahas tentangnya, karena dia juga tadi sombong denganku, tapi entah kenapa
tadi bibirku langsung nyeplos saja tanpa permisi. Segera kualihkan pembicaraan,
agar Nicko tidak bĂȘte lagi.
“Hmm. Tadi ada tugas
ngga?”
“Tugas? Kok nanya ke
aku, nanya ke Arif sana, aku tadi ga konsen” ujarnya
“Oh iya ya, aku tahu
pasti kangen ma aku”
“Iya, kamu ingetnya
sama aku aja sih” ujarnya pede
“Iya inget ama
kejahilan kamu” ujarku bercanda
“Tapi seneng kan?”
“Seneng embahmu!
Hahaha”
“Woo”
“Wlee” balasku seraya
menjulurkan lidah
“Minggu depan kita
UTS kan?” tanyaku memastikan
“Iya, belajar bareng
yuk, aku lemah dikimia nih” ujarnya antusias
“Yuk, aku lemah
dimatematika ama fisika nih, kamu bisa matematika kan?”
“Iya, berarti kita
tinggal cari ahli fisika aja, siapa ya kira-kira?”
“Hmm Arif, dia kan
olim fisika!” ujarku semangat
“Ok sip”
“Mulai besok aja ya,
pulang sekolah kita belajar bareng, aku ngga ikut bimbel dulu deh”
“Ok deh boss”
Nicko pun pamit
pulang, ia mengambil tasnya yang tergeletak disisi kasurku, lalu
meninggalkanku.
*****
Detik
berganti menit. Menit berganti jam. Dan jam berganti hari. Tak terasa sekarang
sudah waktunya UTS. Hari-hari sebelum UTS, aku sudah belajar dengan giat
bersama Nicko dan Arif, agar nilai UTS ku bagus-bagus. Namun aku tetap masih
merasa kurang kuat dimatematika dan fisika. Tapi aku tidak menyerah begitu
saja, setiap malam aku ulang-ulang lagi latihan soal-soal agar aku lancar
mengerjakan soal-soal ulangan esok harinya.
Hari ini adalah hari
ketiga UTS dan kebetulan jadwalnya fisika dan matematika. Sebuah percampuran
yang sangat tidak bagus, karena dua-duanya bisa membuat kepala orang
mengeluarkan asap.
Jam
UTS pertama adalah fisika. Setelah soal dibagikan, langsung kulahap satu
persatu, ada yang rasanya enak dan tak sedikit pula yang rasanya pahit, sehingga
membuatku pusing, oh mekanika fluida, engkau begitu menjijikan dimataku, aku
pusing melihatmu. Tak terasa waktu UTS untuk fisika pun selesai, aku
mengumpulkan lembar jawabanku kepengawas dengan tidak bersemangat, lalu aku
keluar dari ruangan untuk istirahat sejenak, sebelum UTS matematika dimulai.
Diluar
ruang UTS ku sudah ada Nicko dan Arif, mereka berdua terlihat begitu
bersemangat membahas soal-soal fisika tadi, sedangkan aku tidak tertarik sama
sekali, aku muak, mending aku disuruh ngerjain 100 soal kimia, daripada disuruh
ngerjain 10 soal fisika.
Aku
pun membuka buku paket matematikaku, bermaksud untuk mengerjakan soal-soal
latihan lagi, agar semakin mantap. Nicko dan Arif tetap asik membahas soal
fisika tadi tanpa menghiraukanku. Sampai akhirnya bell berbunyi, menandakan UTS
matematika siap dimulai. It’s time to fight.
Begitu melihat
soal-soal matematika, aku langsung lemas sejadi-jadinya, karena tipe
latihan-latihan soal yang aku kerjakan sebelum UTS hanya keluar beberapa nomor
saja, dan sisanya lebih rumit lagi, bahkan guru matematikaku pun belum pernah
memberikannya.
Aku pun putus asa,
aku melirik kearah Arif, dia ada didepan Kevin dan Kevin ada didepanku.
“Rif, liat dong”
bisikku
Yang dibisikkin malah
cengar-cengir kecut doang, menandakan dia juga kesulitan sepertiku. Aku pun
jadi lemas, kalau sampai nilai UTS ku ada yang dibawah 80, pasti orangtuaku
akan memarahiku. Lalu aku mencoba peruntungan dengan melirik lembar jawaban Kevin.
Dan
syukur, keberuntungan memihak padaku, karena bangku Kevin tepat didepanku, jadi
aku bisa melihat dengan jelas lembar jawabannya, segera aku copy paste
jawabannya, aku tidak ragu dengan jawabnnya, karena ini kelas unggulan dan dia
juga ikut olim matematika.
Baru
setengah aku copy paste jawabannya, ia menengok kearahku, sontak aku jadi salah
tingkah, tertangkap basah sedang mengcopy paste jawabnnya tanpa izin, sungguh
tidak elite. Aku langsung pura-pura mengerjakan soal. Namun tetap saja, mukaku
merah sejadi-jadinya.
“Minjem penghapus
dong” ujarnya
Aku
tidak menjawab, aku langsung memberikan penghapusku kepadanya, tanpa melirik
sedikitpun. Entahlah bagaimana tingkahku. Lalu ia mengembalikan penghapusku dan
berterimakasih, aku lirik ia sebentar, kulihat ia sedikit tersenyum geli,
mungkin ia menyadari apa yang aku lakukan tadi.
Tak
terasa UTS pun sudah berakhir dan sekarang sudah belajar seperti biasanya lagi,
dan tentunya kita tinggal menunggu pembagian hasil UTS hari sabtu ini. Karena
wali kelasku sedang pra-jabatan PNS, jadi kelasku belum dibagikan hasil UTS
nya, padahal kelas lain sudah semua. Entah kapan dibagikannya, mungkin senin.
Hari
ini aku berangkat agak pagi, karena aku bangunnya kepagian. Sesampainya
diparkiran motor, hanya baru ada beberapa motor siswa, karena memang masih
terlalu pagi. Aku berjalan menyusuri koridor menuju kelasku, lalu samar-samar
terlihat dari jauh Kevin berjalan bersama guru kurikulum menuju ruang guru. Kevin
pun melihatku, lalu memanggilku.
“Guntur” panggilnya
setengah berteriak
‘Angin apa yang bikin
dia manggil aku?’ tanyaku dalam hati
Lalu aku sahut
panggilannya.
“Ya” sahutku
“Wali kelas kita kan
lagi ngga ada, jadi kita disuruh masukin hasil UTS anak-anak kelas kedalam map
untuk dibagikan” jelasnya hangat
Aku
hanya mengangguk saja bagai terhipnotis mengikutinya keruang guru bersama guru
kurikulum. Lalu kami pun langsung menuju kemeja wali kelas kami, hasil UTS dan
mapnya kami bagi dua, lalu kami memasukkan hasil UTS anak-anak kelas satu
persatu kedalam map, rata-rata IP nya 83an. Dari tadi suasana sunyi, tidak ada
yang membuka pembicaraan antara kami berdua. Aku smamak mencari hasil UTS ku,
namun tidak ada, mungkin ada dibagian yang Kevin masukkan. Aku jadi penasaran.
Kulirik
ia, ia sedang berhenti sejenak mengamati satu lembar hasil UTS, mungkin
miliknya, aku intip, ternyata benar, itu punyanya, kulihat IP nya, fantastis
86,76. Belum lagi nilai matematika, fisika, kimia dan biologinya. Semuanya
diatas 80. Bahkan matematikanya 90. Yaiyalah dia kan olim matematika.
Lalu
bagaimana denganku. Aku hanya yakin diantara matematika, fisika, kimia dan
biologi. Yang nilainya diatas 80 hanya kimia dan biologi. Lalu kami melanjutkan
lagi pekerjaan kami, namun ternyata mapnya kurang, ada beberapa hasil UTS
teman-teman kami yang belum kebagian map, lalu kami memberitahu kepada guru
kurikulum bahwa mapnya kurang, dan guru itu menyuruh kami membeli ditempat
photo copyan.
Sebenarnya
aku malas sekali, pagi-pagi disuruh-suruh ngga jelas begini, tapi karena ada Kevin
aku jadi bersemangat sekali. Kamipun berjalan keluar halaman sekolah menuju
photo copyan yang berada disamping sekolah. Ia berjalan didepanku, aku
membuntutinya, sesekali aku curi-curi pandang. Sampai disana ternyata photo
copyannya masih tutup. Kamipun memutuskan untuk mencari photo copyan diluar
dengan menggunakan motornya Kevin. Aku dibonceng olehnya. Senang sekali
rasanya.
Akhirnya
selesai juga, aku berjalan menuju kelas bersama Kevin dengan hati
berbunga-bunga. Ia juga nampak cerah. Segera aku duduk ditempatku bersama Arif.
“Darimana Gun? Cerah
banget kayaknya” ujarnya dengan tatapan aneh
Aku
ceritakan semuanya dari awal dengan antusias, sehingga aku merasa ia sedikit
curiga dengan tingkahku. Tapi, aku tidak mengerti apa yang ia curigakan.
Sore
harinya aku pulang dan mendapati papa dan mama aku sudah ada di rumah . aku
berikan hasil UTS ku kepada mamaku, dan ternyata benar, terjadi kiamat kecil,
yang mungkin Tuhan bikinkan khusus untukku.
“Kamu ini gimana sih,
mama udah bela-belain daftarin kamu bimbel ini itu, tapi nilai fisika dan
matematika kamu dibawah 80!” ucap mamaku tegas
Padahal
hanya nilai matematika dan fisika saja yang dibawah 80, itu pun tipis,
matematika 79 dan fisika 77, tapi aku dimarahin habis-habisan. Bahkan nilai
kimiaku 100 dan biologi 90 pun tidak digubris sama sekali, seolah tidak ada
artinya jika masih ada nilai yang dibawah 80.
“Tapi ma…” aku
berusaha menahan untuk tidak melawan
“Tapi apa? Kamu ini
mau mama rencanakan masuk kedokteran, tapi kalau nilai kamu segitu mana bisa!!!
Minimal tuh kamu harus seperti ayah kamu, kalau bisa lebih” lanjutnya
“TERSERAH KALIAN LAH,
SAYA BUKAN BONEKA YANG BISA KALIAN MAININ SESUKA HATI KALIAN TANPA PERASAAN,
LAGIAN SAYA JUGA GA MAU MASUK KEDOKTERAN, SAYA GA MINAT SAMA SEKALI” bentakku
lancang
“KAMUUU!!” jerit
mamaku seraya hampir menampar mukaku, namun dengan sigap ayahku menahan tangan
mamaku.
“TERSERAH” bentakku
Akupun meninggalkan mereka
keluar rumah dengan berjalan. Aku terus berjalan tak tentu arah. Aku sangat
kesal dengan kedua orang tuaku. Dari masih SD aku sudah dismamakkan les ini itu
dan aku sama sekali sulit mendapatkan yang namanya kebebasan untuk
bersosialisasi, sehingga aku tidak terlalu banyak teman. Namun aku masih ikhlas
saja mengikutinya, karena dulu orangtuaku masih memperhatikanku, karena mereka
belum sesukses sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar