part 7

Dirgantara putra 16.03 |



Disekolah aku semakin murung saja, sehingga menarik perhatian Nicko, Arif dan Kevin untuk menghiburku, aku sedikit terhibur dengan mereka. Namun aku merasa ada persaingan antara Nicko dan Kevin untuk menghiburku. Aku sudah 3 hari menginap disebuah kost semenjak kepergianku dari rumah. Aku mulai berpikir untuk mencari pekerjaan sampingan setelah pulang sekolah, agar aku bisa hidup.
Aku mencoba melamar kerja sebagai asisten dokter hewan yang ada disini. Ia drh.Farhan, dia masih muda, sepertinya baru lulus, namun sudah bagus, sehingga anjingku juga kalau vaksin disini. Alhamdulillah aku diterima. Ya meskipun aku masih sekolah, namun untuk penyakit-penyakit ringan tentang hewan aku mengerti, jadi aku diterima. Aku disini bantu-bantu sedikit kalau ada hewan-hewan yang divaksin, karena ini masih mudah. Sampai akhirnya setelah aku 1 minggu bekerja, ia menawarkan aku untuk tinggal bersamanya.
Ia tinggal sendiri. Awalnya aku menolak, dengan alasan aku bukan siapa-siapanya. Namun ia tetap memaksa, aku jadi tidak enak, akhirnya aku terima tawarannya.
Aku tetap menjalani rutinitasku disekolah dan ditempat bimbel tanpa ada hambatan berarti. Nicko, Kevin dan Arif sudah mengetahui aku tidak lagi tinggal dirumah orangtuaku. Mereka terus mensupportku.
2 minggu sudah aku tidak bersua dengan kedua orangtuaku dan juga anjingku. Rasanya aku rindu sekali, namun egoku terlalu besar, sehingga aku tetap bertahan dengan kondisi ini. Tapi karena rindu sudah sangat memuncak, aku memutuskan untuk mengintip kedua orangtuaku besok pagi.
Sebelum berangkat sekolah, aku menuju kerumah orangtuaku dengan angkutan umum, aku sembunyi didekat pagar, untuk sekedar melihat orangtuaku, meskipun sejenak. Lalu tak lama, mereka keluar dari rumah, aku lihat ibuku, ia terlihat agak kurusan, dan terlihat sinar matanya menjadi redup sekali. Aku kasihan, ingin rasanya aku peluk ia, agar matanya kembali berbinar, namun lagi-lagi egoku terlalu besar.
Aku tetap besembunyi ditempatku. Sampai akhirnya mereka naik mobil. Ya mama dan papaku sekarang berangkat bersama, karena mobil papaku masih ada padaku. Setelah mobil mereka pergi, aku keluar dari persembunyianku, aku mengintip anjingku, ia terlihat menjadi kurus juga, aku ingin memeluknya, namun aku takut ketahuan oleh Bik asih. Aku pun memutuskan untuk langsung kesekolah.
Aku masih tetap tinggal bersama drh. Farhan. Sampai suatu malam, aku merasa ada yang meraba-raba tubuhku. Aku diam saja, aku pikir mungkin hanya mimpi. Namun malah semakin menjadi-jadi. Aku jadi penasaran, aku buka mataku, dan betapa kagetnya aku ketika mengetahui siapa yang sedang melakukan aksi itu. Ternyata drh. Farhan. Aku berontak.
“Dok, apa-apaan ini!!” bentakku seraya menendang dirinya
Aku pun cepat-cepat mengambil semua barang-barangku dan memasukkan kedalam mobil sambil menangis. Aku merasa kotor sekali. Aku benci drh. Farhan. Ia memang ganteng dan baik, tapi aku tidak suka diperlakukan seperti itu, aku tidak murahan, lagi pula aku laki-laki, ini gila, benar-benar gila.
Aku masuk kedalam mobilku, lalu dengan gas kencang aku tinggalkan rumah drh. Farhan. Ia memanggilku, namun tak kugubris. Aku merasa sangat kotor sekali, meskipun tadi belum terjadi sesuatu yang lebih parah. Ini sudah tengah malam, aku tidak tahu mau kemana lagi. Jalanan sudah sepi.
Aku butuh seseorang sekarang, ya aku butuh Nicko. Aku telpon ia, dan untungnya diangkat.
“Halo Gun, ada apa telpon tengah malam?” tanyanya dengan suara serak
“Aku ada masalah Nik, boleh aku kerumahmu?” tanyaku terisak
“Ya boleh, kamu hati-hati bawa mobilnya, tenangkan dulu” ujarnya khawatir
“Ya”
Sesampainya dirumah Nicko, kulihat pintu ruang tamu Nicko sudah terbuka dan kulihat ia seperti  khawatir padaku. Aku langsung berlari dan memeluknya erat. Aku tak peduli, ia mau anggap aku cengeng atau tidak. Lalu aku diajak untuk kekamarnya saja.
Aku langsung duduk ditepi ranjangnya. Sementara ia mengambilkanku secangkir air mineral. Aku teguk sedikit.
“Kamu kenapa lagi Gun?” tanyanya
“Aku kotor Dik” ucapku lemah
“Maksud kamu apa? Aku ngga ngerti” katanya sabar
Aku ceritakan semuanya. Aku tak peduli dengan apa nanti reaksinya, apakah ia akan menjauhiku atau tidak. Namun aku yakin, ia tidak akan berbuat seperti itu. Setelah aku ceritakan semuanya, ia terlihat geram sekali. Ia lalu mengajakku tidur saja, agar pikiranku tenang dan besok bisa sekolah.
Keesokan harinya aku dinasihati oleh Mamanya Nicko agar aku kembali pulang kerumah orang tuaku, karena mau bagaimana pun juga, aku adalah anak orang tuaku. Lalu katanya seorang anak tidak akan bisa sukses tanpa orang tua. Memang benar semua itu, semenjak aku pergi dari rumah, permasalahan yang menimpaku malah semakin menjadi-jadi, padahal masalahku dengan orang tuaku yang menyebabkan aku pergi dari rumah adalah masalah sepele.
Aku pun memutuskan untuk kembali pulang kerumah orang tuaku. Sepulang sekolah aku tidak langsung pulang kerumahku, namun kerumah Nicko dulu. Aku mau menunggu mereka ada dirumah dulu, baru aku pulang. Biar terkesan kejutan, meskipun ini sangat konyol.
Dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku pun pamit untuk pulang kerumah pada Nicko dan ibunya. Mobilku memasuki halaman rumahku. Aku merasa sejuk. Aku rindu sekali dengan suasana rumah ini. Meskipun aku sering sendiri dirumah. Tanpa buang-buang waktu, aku segera turun dari mobil dan mengetuk pintu rumah. Dan yang membukakan pintu adalah mamaku. Segera aku peluk ia dengan erat sambil menangis. Aku menyesal telah pergi dari rumah, hanya karena masalah sepele.
“mama, maafin Guntur. Guntur emang salah. Guntur egois.” ucapku terisak
“Ngga nak, kamu ngga salah, mama yang salah mama terlalu sibuk dengan kerjaan mama .” ucap mamaku sambil mengusap rambutku
Aku pun masuk kedalam rumah sambil merangkul ibuku. Lalu aku melihat ayahku sedang berjalan menghampiri kami. Kami bertiga pun berpelukan penuh haru.
“papa janji akan lebih memperhatikan kamu seperti dulu gun” ucap ayah disela-sela pelukan kami
Ucapan orang tuaku benar. Mereka bisa membuktikan janjinya. Ya sekarang mereka lebih memperhatikanku. Hampir tiap weekend kami pergi untuk makan diluar bersama, bahkan terkadang kami pergi keluar kota dan menyewa villa yang cukup sejuk dan asri. Meskipun aku sudah SMA, aku tetap senang dengan perubahan sikap mereka, karena inilah yang aku inginkan dari dulu.
*****
Saat jam istirahat disekolah aku dikagetkan oleh pernyataan dari Nicko.
“gun, aku mau masuk agamamu” ujarnya mantap
“Hah? Apa?” ujarku tak percaya
“Iya serius, bantu aku” ujarnya memohon
“Bukannya aku ngga mau membantu Nick, tapi aku takut dikira mempengaruhimu” ujarku khawatir
“Ngga kok, aku juga ngga asal pilih agama, sebelum ini juga, aku udah cari tau dari semua agama, dan aku ngerasa sreg dengan agamamu”
“Oh gitu, ok deh, tapi bagaimana dengan ibumu nanti, aku takut ia marah” kataku
“Ngga bakalan kok gun, dari kecil juga kan aku diberi kebebasan untuk menentukan agama mana yang ingin aku anut”
“Iya sih, tapi aku takut mamamu kecewa Nick”
“Ngga kok, udah ya mulai sekarang kamu bimbing aku ya” ujarnya mantap
“Ok deh kalo itu mau kamu” akhirnya aku memutuskan.
Nicko terus mempelajari agama yang aku anut, sampai akhirnya ia sudah bisa teori-teori dasar dan sudah bisa mengaji dan sholat. Aku senang saja. Tapi ia pernah cerita, bahwa ibunya terlihat kecewa. Namun ibunya tetap berusaha lapang dada. Hingga akhirnya karena Nicko sering ngaji dirumahnya dan ibunya sering mendengarkan, ibunya merasa tenang saat Nicko mengaji. Dan ibunya Nicko pun pindah agama. Itu semua berdasarkan hati nurani, dan tanpa paksaan sedikitpun dari Nicko maupun aku.
Waktu terlalu cepat berputar, sehingga tak terasa kami sudah menginjakkan kaki dikelas XII. UN dan SNMPTN sudah didepan mata. Kami semua terus bersaing demi meraih cita-cita. Bimbel sana sini. Belajar bareng sana sini semua kami lakukan demi meraih sebuah cita-cita. Demi meraih kesuksesan.
Hasil raport kenaikan kelas kemarin membuatku sedikit bangga, karena aku berhasil menggeser Kevin keperingkat ketiga, meskipun IP nya naik. Ya aku mendapat peringkat 1. Sedangkan Arif, ia tetap berada pada posisi 4. Nicko? Dia juga meraih peringkat 2 dikelas

0 komentar:

Posting Komentar