Disekolah
aku semakin murung saja, sehingga menarik perhatian Nicko, Arif dan Kevin untuk
menghiburku, aku sedikit terhibur dengan mereka. Namun aku merasa ada
persaingan antara Nicko dan Kevin untuk menghiburku. Aku sudah 3 hari menginap
disebuah kost semenjak kepergianku dari rumah. Aku mulai berpikir untuk mencari
pekerjaan sampingan setelah pulang sekolah, agar aku bisa hidup.
Aku
mencoba melamar kerja sebagai asisten dokter hewan yang ada disini. Ia
drh.Farhan, dia masih muda, sepertinya baru lulus, namun sudah bagus, sehingga
anjingku juga kalau vaksin disini. Alhamdulillah aku diterima. Ya meskipun aku
masih sekolah, namun untuk penyakit-penyakit ringan tentang hewan aku mengerti,
jadi aku diterima. Aku disini bantu-bantu sedikit kalau ada hewan-hewan yang
divaksin, karena ini masih mudah. Sampai akhirnya setelah aku 1 minggu bekerja,
ia menawarkan aku untuk tinggal bersamanya.
Ia
tinggal sendiri. Awalnya aku menolak, dengan alasan aku bukan siapa-siapanya.
Namun ia tetap memaksa, aku jadi tidak enak, akhirnya aku terima tawarannya.
Aku
tetap menjalani rutinitasku disekolah dan ditempat bimbel tanpa ada hambatan
berarti. Nicko, Kevin dan Arif sudah mengetahui aku tidak lagi tinggal dirumah
orangtuaku. Mereka terus mensupportku.
2 minggu sudah aku
tidak bersua dengan kedua orangtuaku dan juga anjingku. Rasanya aku rindu
sekali, namun egoku terlalu besar, sehingga aku tetap bertahan dengan kondisi
ini. Tapi karena rindu sudah sangat memuncak, aku memutuskan untuk mengintip
kedua orangtuaku besok pagi.
Sebelum
berangkat sekolah, aku menuju kerumah orangtuaku dengan angkutan umum, aku
sembunyi didekat pagar, untuk sekedar melihat orangtuaku, meskipun sejenak.
Lalu tak lama, mereka keluar dari rumah, aku lihat ibuku, ia terlihat agak
kurusan, dan terlihat sinar matanya menjadi redup sekali. Aku kasihan, ingin
rasanya aku peluk ia, agar matanya kembali berbinar, namun lagi-lagi egoku
terlalu besar.
Aku
tetap besembunyi ditempatku. Sampai akhirnya mereka naik mobil. Ya mama dan
papaku sekarang berangkat bersama, karena mobil papaku masih ada padaku.
Setelah mobil mereka pergi, aku keluar dari persembunyianku, aku mengintip
anjingku, ia terlihat menjadi kurus juga, aku ingin memeluknya, namun aku takut
ketahuan oleh Bik asih. Aku pun memutuskan untuk langsung kesekolah.
Aku
masih tetap tinggal bersama drh. Farhan. Sampai suatu malam, aku merasa ada
yang meraba-raba tubuhku. Aku diam saja, aku pikir mungkin hanya mimpi. Namun
malah semakin menjadi-jadi. Aku jadi penasaran, aku buka mataku, dan betapa kagetnya
aku ketika mengetahui siapa yang sedang melakukan aksi itu. Ternyata drh.
Farhan. Aku berontak.
“Dok, apa-apaan
ini!!” bentakku seraya menendang dirinya
Aku
pun cepat-cepat mengambil semua barang-barangku dan memasukkan kedalam mobil
sambil menangis. Aku merasa kotor sekali. Aku benci drh. Farhan. Ia memang
ganteng dan baik, tapi aku tidak suka diperlakukan seperti itu, aku tidak
murahan, lagi pula aku laki-laki, ini gila, benar-benar gila.
Aku
masuk kedalam mobilku, lalu dengan gas kencang aku tinggalkan rumah drh.
Farhan. Ia memanggilku, namun tak kugubris. Aku merasa sangat kotor sekali,
meskipun tadi belum terjadi sesuatu yang lebih parah. Ini sudah tengah malam,
aku tidak tahu mau kemana lagi. Jalanan sudah sepi.
Aku butuh seseorang
sekarang, ya aku butuh Nicko. Aku telpon ia, dan untungnya diangkat.
“Halo Gun, ada apa
telpon tengah malam?” tanyanya dengan suara serak
“Aku ada masalah Nik,
boleh aku kerumahmu?” tanyaku terisak
“Ya boleh, kamu
hati-hati bawa mobilnya, tenangkan dulu” ujarnya khawatir
“Ya”
Sesampainya
dirumah Nicko, kulihat pintu ruang tamu Nicko sudah terbuka dan kulihat ia
seperti khawatir padaku. Aku langsung berlari dan memeluknya erat. Aku
tak peduli, ia mau anggap aku cengeng atau tidak. Lalu aku diajak untuk
kekamarnya saja.
Aku langsung duduk
ditepi ranjangnya. Sementara ia mengambilkanku secangkir air mineral. Aku teguk
sedikit.
“Kamu kenapa lagi Gun?”
tanyanya
“Aku kotor Dik”
ucapku lemah
“Maksud kamu apa? Aku
ngga ngerti” katanya sabar
Aku
ceritakan semuanya. Aku tak peduli dengan apa nanti reaksinya, apakah ia akan
menjauhiku atau tidak. Namun aku yakin, ia tidak akan berbuat seperti itu.
Setelah aku ceritakan semuanya, ia terlihat geram sekali. Ia lalu mengajakku
tidur saja, agar pikiranku tenang dan besok bisa sekolah.
Keesokan
harinya aku dinasihati oleh Mamanya Nicko agar aku kembali pulang kerumah orang
tuaku, karena mau bagaimana pun juga, aku adalah anak orang tuaku. Lalu katanya
seorang anak tidak akan bisa sukses tanpa orang tua. Memang benar semua itu,
semenjak aku pergi dari rumah, permasalahan yang menimpaku malah semakin
menjadi-jadi, padahal masalahku dengan orang tuaku yang menyebabkan aku pergi
dari rumah adalah masalah sepele.
Aku
pun memutuskan untuk kembali pulang kerumah orang tuaku. Sepulang sekolah aku
tidak langsung pulang kerumahku, namun kerumah Nicko dulu. Aku mau menunggu
mereka ada dirumah dulu, baru aku pulang. Biar terkesan kejutan, meskipun ini
sangat konyol.
Dan
sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku pun pamit untuk pulang
kerumah pada Nicko dan ibunya. Mobilku memasuki halaman rumahku. Aku merasa
sejuk. Aku rindu sekali dengan suasana rumah ini. Meskipun aku sering sendiri
dirumah. Tanpa buang-buang waktu, aku segera turun dari mobil dan mengetuk
pintu rumah. Dan yang membukakan pintu adalah mamaku. Segera aku peluk ia
dengan erat sambil menangis. Aku menyesal telah pergi dari rumah, hanya karena
masalah sepele.
“mama, maafin Guntur.
Guntur emang salah. Guntur egois.” ucapku terisak
“Ngga nak, kamu ngga
salah, mama yang salah mama terlalu sibuk dengan kerjaan mama .” ucap mamaku
sambil mengusap rambutku
Aku
pun masuk kedalam rumah sambil merangkul ibuku. Lalu aku melihat ayahku sedang
berjalan menghampiri kami. Kami bertiga pun berpelukan penuh haru.
“papa janji akan
lebih memperhatikan kamu seperti dulu gun” ucap ayah disela-sela pelukan kami
Ucapan
orang tuaku benar. Mereka bisa membuktikan janjinya. Ya sekarang mereka lebih
memperhatikanku. Hampir tiap weekend kami pergi untuk makan diluar bersama,
bahkan terkadang kami pergi keluar kota dan menyewa villa yang cukup sejuk dan
asri. Meskipun aku sudah SMA, aku tetap senang dengan perubahan sikap mereka,
karena inilah yang aku inginkan dari dulu.
*****
Saat jam istirahat
disekolah aku dikagetkan oleh pernyataan dari Nicko.
“gun, aku mau masuk
agamamu” ujarnya mantap
“Hah? Apa?” ujarku
tak percaya
“Iya serius, bantu
aku” ujarnya memohon
“Bukannya aku ngga
mau membantu Nick, tapi aku takut dikira mempengaruhimu” ujarku khawatir
“Ngga kok, aku juga
ngga asal pilih agama, sebelum ini juga, aku udah cari tau dari semua agama,
dan aku ngerasa sreg dengan agamamu”
“Oh gitu, ok deh,
tapi bagaimana dengan ibumu nanti, aku takut ia marah” kataku
“Ngga bakalan kok gun,
dari kecil juga kan aku diberi kebebasan untuk menentukan agama mana yang ingin
aku anut”
“Iya sih, tapi aku
takut mamamu kecewa Nick”
“Ngga kok, udah ya
mulai sekarang kamu bimbing aku ya” ujarnya mantap
“Ok deh kalo itu mau
kamu” akhirnya aku memutuskan.
Nicko
terus mempelajari agama yang aku anut, sampai akhirnya ia sudah bisa
teori-teori dasar dan sudah bisa mengaji dan sholat. Aku senang saja. Tapi ia
pernah cerita, bahwa ibunya terlihat kecewa. Namun ibunya tetap berusaha lapang
dada. Hingga akhirnya karena Nicko sering ngaji dirumahnya dan ibunya sering
mendengarkan, ibunya merasa tenang saat Nicko mengaji. Dan ibunya Nicko pun
pindah agama. Itu semua berdasarkan hati nurani, dan tanpa paksaan sedikitpun
dari Nicko maupun aku.
Waktu
terlalu cepat berputar, sehingga tak terasa kami sudah menginjakkan kaki
dikelas XII. UN dan SNMPTN sudah didepan mata. Kami semua terus bersaing demi
meraih cita-cita. Bimbel sana sini. Belajar bareng sana sini semua kami lakukan
demi meraih sebuah cita-cita. Demi meraih kesuksesan.
Hasil raport kenaikan kelas
kemarin membuatku sedikit bangga, karena aku berhasil menggeser Kevin
keperingkat ketiga, meskipun IP nya naik. Ya aku mendapat peringkat 1.
Sedangkan Arif, ia tetap berada pada posisi 4. Nicko? Dia juga meraih peringkat
2 dikelas
0 komentar:
Posting Komentar