Sekarang
kami berempat disatukan dalam satu kelas unggulan lagi, namun sekarang lebih
ketat lagi persaingannya. Aku pun harus belajar lebih giat lagi. Agar aku bisa
membuktikan kepada orang tuaku, bahwa aku bisa bersaing dengan siapapun. Aku
satu bangku kembali dengan Nicko. Arif satu bangku dengan Kevin. Namun sejak
dari awal masuk kelas ini, aku melihat Nicko seperti jaga jarak dengan Kevin.
Begitupun dengan Arif, ia seperti berusaha menjauhkanku dari Kevin dan semakin
mendekatkanku dengan Nicko. Aku memang senang semakin dekat dengan Nicko, aku
menyadari bahwa aku telah jatuh cinta padanya. Tapi kenapa aku harus dijauhkan
dengan Kevin?
Suatu sore Kevin
mendatangi rumah Nicko. Nicko heran dari mana Kevin tau rumahnya.
“Nicko, gua tau lo
suka sama Guntur, dan gua lihat Guntur juga suka sama lo. Tapi gua juga suka Guntur,
dan gua juga lihat Guntur seperti suka dengan gua juga, meskipun gua lihat rasa
suka Guntur ke loe lebih besar” ujarnya datar
Nicko hanya diam
seribu bahasa. Ia tak tahu harus mengatakan apa.
“Gua mau, kita
bersaing secara sehat aja” lanjutnya
“Bersaing apa, gimana
pun juga gua lebih dulu kenal sama Guntur?”
“Itu bukan alasan.
Siapa yang nilai UN nya paling besar, dia yang boleh terus deket sama Guntur,
sedangkan yang kalah harus jauhin Guntur” ujarnya sambil tersenyum licik
Nicko diam sejenak.
Ia menimbang. Kevin bukanlah lawan yang mudah dalam bidang pelajaran. Namun
karena Nicko gengsi, ia pun menerima taruhan Kevin.
“Ok” ucap Nicko
singkat
Setelah itu Kevin
pergi meninggalkan Nicko tanpa permisi dengan sejuta perasaan berkecamuk
menggelayut dibenak Nicko.
“Oh Tuhan, semoga aku
memenagkan taruhan konyol ini, aku benar-benar tak bisa jika menerima
konsekuensinya jika aku kalah” desis Nicko dalam hati.
*****
Hari
ini adalah pengumuman hasil UN. Kami semua optimis akan lulus dengan nilai yang
sesuai dengan harapan kami, karena kami sudah melaksanakan TO yang entah sudah
berapa kali, saking banyaknya tak terhitung dan tentu belajar mati-matian. Dan
ternyata benar, Alhamdulillah semua siswa-siswi disekolah kami lulus semua.
Jumlah
nilai UN ku adalah 53,71 atau dengan rata-rata sekitar 8,95an. Cukup fantastis,
karena ini murni hasil kerjaku, bukan dengan kunci jawaban yang bocor.
“Nicko, kamu berapa
jumlahnya?” tanyaku dikelas setelah melihat hasil pengumumanku
“53,62” ujarnya lesu
“Lho kok udah segitu
masih ngga semangat sih?” tanyaku heran
“Nng..ngga kok”
ucapnya
“Oh yaudah, kekantin
aja yuk” ajakku
“Ngga ah, aku mau
disini aja”
“Oh yaudah, aku
kekantih ya” ujarku seraya meninggalkan Nicko
Nicko
sekarang harus siap dengan konsekuensi yang akan ia terima. Ya, Nicko kalah
tipis dengan Kevin. Jumlah nilai UN Kevin adalah 53,63. Sangat tipis, namun
tetap Kevin lah pemenangnya.
Sebuah
suara yang tak asing lagi ditelinga Nicko menyapanya dengan nada penuh
kemenangan. Dan itu membuatnya muak.
“Hei bro”
“Ngapain lo” ucap Nicko
datar
“Tenang bro, lo emang
kalah, tapi konsekuensinya nanti aja deh pas kita udah masuk universitas, biar
lo bisa merasakan dulu betapa sakitnya perpisahan dengan Guntur” ujarnya dengan
nada penuh kemenangan.
Nicko
tak menyangka orang sepintar Kevin bisa selicik ini. Ia pun geram, lalu ia
dengan cepat menonjok muka Kevin, namun yang ditonjoknya malah diam saja.
Untung kelas dalam keadaan sepi. Saat Nicko akan menonjok lagi, Guntur dan Arif
datang.
Arif melerai Nicko,
dan menenangkannya. Sedangkan aku malah membela Kevin.
“Nicko, kenapa sih!”
bentakku
Nicko seolah tak
percaya dengan bentakanku. Ia diam saja. Lalu Arif membela Nicko.
“Lo itu yang kenapa
sih Gun, udah jelas-jelas Nicko sahabat lo!” bentak Arif padaku
Semua
hening. Nicko masih terlihat geram pada Kevin dan ia masih kecewa padaku. Aku
bukannya tidak mau membela Nicko, namun tadi yang aku lihat adalah Nicko yang
salah. Arif juga terlihat kesal padaku.
Waktu
terus bergulir dan tak terasa sekarang aku sudah masuk salah satu universitas
bonafit di DIY. Tepatnya aku masuk di Fakultas Kedokteran, sebenarnya aku tidak
mau masuk FK, namun orang tuaku memohon padaku agar aku mau masuk FK, akhirnya
akupun menyetujuinya karena aku tidak ingin membuat mereka kecewa lagi. Arif
dan Nicko satu fakultas denganku. Aku disini susah untuk bisa santai-santai,
karena system kuliahnya blok dan 2 minggu sekali ujian, jadi aku harus giat
belajar. Sedangkan Kevin masuk Fakultas Kedokteran Gigi di universitas yang
sama.
Meskipun
aku dan Nicko satu jurusan denganku, aku dan dia tidak pernah tegur sapa lagi
semenjak kejadian itu. Sudah berkali-kali aku mencoba minta maaf padanya, namun
tak mendapatkan respon yang baik darinya. Kuminta bantuan Arif, namun ia
seperti ogah-ogahan membantuku. Separah itukah salahku? Jujur aku jadi merasa
sangat kesepian, aku sedih. Bagaimana pun juga, aku telah memupuk cinta
padanya, namun mengapa ia malah menjauh.
Meskipun
aku setiap hari bertemu dengan Nicko, namun kami seperti orang tak kenal. Nicko
terlihat lebih pendiam, dan tak seceria dulu. Terkadang Arif lah yang mencoba
menghiburnya, aku selalu perhatikan Nicko. Namun, tetap saja itu tak dapat
mengembalikannya seceria dulu.
Kevin
setiap hari selalu datang kekostanku, jujur aku sudah tak ada rasa padanya,
karena aku telah sadar bahwa gara-gara aku membelanyalah aku jadi dijauhi
Nicko, sahabatku yang sangat aku cintai.
Nicko
semakin hari semakin jauh dariku, aku pun tak tahan dengan kondisi ini. Aku
akan mencoba mendekatinya lagi. Sepulang kuliah, segera aku hampiri ia
diparkiran mobil.
“Nicko, kamu kenapa?
Apa kamu masih marah?” tanyaku putus asa
“Ngga” ucapnya datar
seraya bergegas masuk kedalam mobilnya
Aku buru-buru pegang
tangannya.
“Nicko, aku sayang
kamu melebihi sahabat” ucapku pelan
Nicko
tak menjawab. Ia malah melepaskan pegangan tanganku dan langsung masuk kedalam
mobilnya. Aku kecewa dengan reaksinya. Tapi aku merasa ia senang dengan
ucapanku barusan, namun seperti ada gunting besar yang memotong rasa senangnya
itu. Aku tak tahu apakah gunting itu.
0 komentar:
Posting Komentar